Rate

BAB 3

Fanfiction Completed 372

Si Besar Satu dan Dua saling bertatapan, mereka mengangguk seolah tahu siasat apa yang akan dilakukan untuk menaklukan lawannya. Si Besar Satu, laki-laki yang tubuhnya paling besar kemudian memegang badan si Cantik dari belakang. Si Besar Dua menamparnya di pipi, lalu memukulnya tepat kena hidung, bocor. Satu tendangan lutut menyusul, kena ulu hatinya, memaksa si Cantik membungkukkan badannya. Si Besar Satu yang bertugas menyekap si Cantik kemudian menempelkan tubuh si Cantik ke kap mobil. Roknya dirobek, selangkangannya dipaksa dibuka, kemudian bergiliran mereka memperkosanya. Tak selesai di situ. Setelah diperkosa, si Cantik dipukuli lagi hingga tersungkur ke tanah, lalu diludahi. Sesudah mendapat kenikmatan purba, kedua laki-laki itu pergi.

Aku ingin menolongnya. Sekuat otot batu, aku mencoba menggerakan tubuh batu aku . Tak seinci pun tubuh aku bergerak. Saudara tahu aku telah dikutuk untuk diam. Hmm, menjadi batu memang sialan. Tapi aku berjanji, aku akan membalaskan pelecahan ini. Ini tak bisa dibiarkan, aku tak bisa diam saja, manusia macam begitu harus dilenyapkan. Saudara setuju kan? Caranya aku tak tahu. Entahlah, aku akan memikirkannya dulu.

Datang seorang laki-laki bertubuh kurus dan kecil berlari dari sebuah gang sempit yang gelap. Laki-laki ini aku sebut si Cunkring. Si Jebol kemudian menggendong perempuan itu masuk ke dalam gang. Aku tak tahu siapa, semoga saja si Jebol bisa mengobatinya. Esoknya, si Cantik dan si Jebol itu kembali, aku melihat si Jebol membawa sebuah golok.

Tiap malam si Cantik dan si Jebol itu duduk di sebuah bangku di bawah pohon rindang hingga kesempatan yang mereka tunggu-tunggu itu datang. Sebuah mobil melaju pelan, mobil yang sama yang dipakai dua laki-laki yang memukuli dan memperkosa si Cantik. Si Jebol kemudian lari ke tengah jalan, mengacungkan goloknya. Si Besar Satu dan si Besar Dua keluar dari mobilnya. Perkelahian pun dimulai.

Si Jebol dengan goloknya tak sebanding dengan si Besar Satu dan Dua. Sabetan golok pertama si Jebol berhasil ditangkis, dengan gaya silat pitung si Besar Satu memukul si Jebol , kena matanya. Si Jebol sempoyongan, kemudian sebuah pukulan susulan menyodok dagunya. Si Jebol tumbang. Si Besar Satu dan Dua kemudian mengerumuni si Jebol , mereka menendangnya terus menerus.

Selanjutnya saudara tahu? Aku diambil oleh si Cantik. Dengan tangan bergetar, si Cantik menggenggam tubuh aku . Si Cantik kemudian berlari ke arena perkelahian, dari belakang si Cantik menghantamkan tubuh aku ke kepala si Besar Satu. Darah muncrat dari kepalanya, satu tumbang. Si Besar Dua menoleh, dihantamnya si Cantik. Si Cantik tersungkur, dan aku pun ikut terpental.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience