Rate

BAB 1

Fanfiction Completed 372

JIKA aku boleh memilih, aku tidak mahu menjadi batu, kerana batu tidak dibenarkan melakukan apa-apa. Rakan aku berkata batu, mungkin Tuhan mempunyai rancangan lain. Dia berkata, "bayangkan jika anda lembut dan boleh bercakap. Tidak akan ada nama samaran otak batu, kepala batu, atau batu kencing. Rakan batu aku yang lain menambah, "senyap batu adalah kebijaksanaan."

Aku tak setuju dengan mereka, sebagai batu aku berusaha sebaik-baiknya untuk selalu memerhatikan manusia. Aku tak bisa diam dan mengeras begitu saja melihat manusia menggunakan batu seenaknya. Sebagai batu aku harus punya sikap, yang mana yang harus aku bela dan yang mana yang tidak. Teman-teman batu aku yang sableng itu tak mengerti politik batu sepertinya. Maka dari itu, saudara manusia yang budiman, jika aku diizinkan berbicara, kesaksian ini yang akan aku berikan. Saudara tinggal diam dan mengeras saja. Tak akan lama.

Sekian abad yang lalu, sejak saudara-saudara masih entah di mana, gunung yang bernama Gunung Sunda Purba meletus, letusannya begitu dahsyat. Saudara tahu letusan gunung ‘kan? Pertama, ibu aku bergemuruh seperti kelaparan, kemudian memuntahkan cairan merah yang panas, lalu batu-batu beterbangan seperti laron. Letusan itu meninggalkan lubang yang menganga, kemudian oleh saudara yang katanya mengerti perbatuan diberi nama Kaldera Sunda. Ah, aku tak peduli apa itu Kaldera, bebaslah saudara mau menyebutnya apa. Hal terpenting bagi aku bahwa letusan itu telah melahirkan aku ke permukaan bumi, dan memberikan sebuah kehidupan yang lebih benderang. Aku bisa melihat matahari, aku bisa melihat bulan dan bintang, dan terutama aku bisa merasakan angin segar. Saudara tahu? Di perut ibu aku sangat panas dan gerah.

Aku sebal, lagi-lagi saudara menyebut aku dengan nama yang lain, Gunung Tangkuban Perahu. Huh, bukan berarti aku mirip perahu yang terbalik lantas aku diberi nama Tangkuban Perahu. Aku tetaplah batu sebagaimana perahu adalah perahu. Tapi tak apalah, itu urusan saudara. Sekarang tubuh kasar aku setiap hari bisa dielus matahari, dan itu cukup untuk menutupi kesebalan aku terhadap saudara.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience