Rate

BAB 4

Fanfiction Completed 372

Muka si Besar Dua mendidih. Si Besar Dua mendekati si Cantik dan kemudian menendang perutnya. Aku diambil lagi oleh si Jebol . Berlarilah si Jebol ke arah si Besar Dua, kemudian diayunkannya tubuh aku dengan sekuat tenaga, kena tengkuk si Besar Dua. Tak cukup di situ, si Jebol nampaknya kurang puas. Tubuh aku diayunkan lagi, berkali-kali mendarat di kepala si Besar Dua, sampai kepalanya remuk. Setelah itu si Cantik dan si Jebol berjalan gontai masuk ke gang yang gelap itu. Aku tetap mematung di tempat, dengan darah berlumuran di sekujur tubuh.

Berhari-hari aku diam di tempat itu, sampai gerombolan pemuda dengan baju putih abu datang. Salah satu dari gerombolan itu membawa aku dan memasukkan aku ke dalam tasnya. Aku dibawa pergi. Ah, aku tak bisa melihat si Cantik lagi. Aku tak tahu akan dibawa ke mana. Pemuda itu terus berjalan dan berhenti di suatu tempat. Aku diambil kemudian dilempar begitu saja menuju arah gerombolan lain di sebrang jalan. Lalu diambil lagi, dilempar lagi, terus diambil dan dilempar ke sana kemari, seperti bola pimpong. Terakhir aku dilempar begitu jauh melewati target sasaran, dan terbujur di tempat sekarang ini.

Saudara aku yang budiman. Aku memang batu, tapi bukan berarti aku tak bisa melakukan apa pun. Meskipun aku tak memiliki telinga dan mata seperti saudara, aku tetap bisa melihat dan mendengar. Walaupun aku tak mempunyai kaki dan tangan seperti saudara, aku bisa bergerak dengan cara aku sendiri.

Sekarang aku berdiri betul-betul di sebuah bangunan yang megah. Orang sering menggelarnya bangunan Dewan Perwakilan. Aku tidak tahu apa yang akan kulihat dan kudengar. Mungkin anda semua dapat meneka. Barangkali abang…

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience