Rate

BAB 2

Fanfiction Completed 222

Setiap saat makhluk pluto itu selalu saja mengekor di belakangku. Benar-benar membuatku ingin menendangnya sampai ke tempat asalnya, planet pluto. Yang membuat stresku sampai ke tiitk puncak adalah saat semua teman sekelasku bersorak dan bersiul gak jelas sambil tersenyum-senyum menatapku dan juga makhluk pluto itu yang kini mengekor di balik punggungku. Aku menaikkan satu alisku, keheranan.

“Ciye.. yang setiap hari sama-sama.” goda Benu.
“Hm, hm. Udah satu rumah, satu sekolahan, satu kelas lagi. Apa tidak jodoh tuh?” kata si Ardi gentong menimpali.
“Yang setiap detik sama-sama, apa tidak bosen tuh Lans.” sahut Nana sambil tersenyum masam.
“Ciye, ciye, ciye.”
“Khm, hm hm hm.”
“Suit, suit.”

Dengan buasnya mereka melontaran kata-kata yang membuat telingaku mengepulkan asap. Sedangkan cecurut di belakangku itu malah cengar-cengir kayak unta bego.
“Diam!” bentakku sembari memukul meja dengan tanganku. Dan semuanya seketika menjadi hening.
“Apa kalian fikir aku suka dengan keadaan seperti ini? Sebelum aku membuat bibir kalian tidak bisa terbuka untuk selamanya sebaiknya sekarang kalian tutup rapat-rapat mulut kalian akan hal ini, sekarang dan untuk seterusnya. Mengerti!” ancamku dengan penuh sungguh-sungguh, dan tidak ada suara apa pun.

“MENGERTI!!” bentakku sekali lagi, membuat seluruh teman sekelasku kaget dan kembali ke tempat duduk mereka masing-masing tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Hahaha, di sini aku yang berkuasa. Aku ketua kelas XI MIA1 dan tak akan ada yang berani untuk menyanggah satu pun kata yang ke luar dari mulutku.
“Dia itu ketua kelas killer. Baru kali ini aku menemukan cewek segualak dia. Uhh, lebih galak dari singa. Bener deh.” suara yang terdengar seperti suara bisikan itu dapat sampai ke telingaku yang membuatku menoleh dengan sinisnya ke arah bangku sebelah dan memolototi si Amer yang tengah mendekatkan mulutnya ke telinga makhluk pluto itu.

Ketika melihat mataku yang bener-bener siap membunuh, dia langsung buang muka, tapi tidak menunjukkan ekspresi ketakutan. Yah, mungkin hanya dia yang cuek dan tidak menampakkan ekspresi takut saat mendengar kemarahanku. Dia adalah wakil ketua kelas, tapi aku sama sekali tidak menganggapnya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience