Rate

BAB 1

Fanfiction Completed 222

Pagi yang benar-benar cerah, hh.. badanku benar-benar segar pagi ini. Aku ke luar dari bilik ku dan berjalan menuruni tangga dengan senyum yang merekah, semangatku benar-benar menggumpal hari ini, pasalnya hasil dari lomba cipta puisi yang ku ikuti 2 hari yang lalu di sekolah akan segera diumumkan hari ini, dan aku yakin benar kalau puisiku akan mendapat juara lagi, hehe.

Maaf ya bukannya pamer, aku sudah memperoleh juara sebanyak 3 kali berturut-turut dalam lomba tersebut. Lomba tersebut diadakan setiap satu semester dan sekarang sudah semester 4, dan kalau kali ini aku mendapat juara lagi, hahaha, dunia benar-benar berada dalam genggamanku hii, hihihi.

“Hei, sayang, udah bangun yah, ceria banget hari ini, gak seperti biasanya.” sapa Mama sambil menyodorkan susu kepadaku yang telah duduk di meja makan.
“Yah, tunggu aja kejutannya.” kataku sambil tersenyum bahagia. Sambil nyengir sana-sini, tiba-tiba tertangkap olehku sebuah sosok. Sebuah makhluk. Apa-apaan ini, apa dia itu dari planet pluto, wajahnya benar-benar asing.

Dia menatapku dengan senyum lebar di wajah aliennya. Dia benar-benar membuatku tidak nyaman, tidak nyaman. Entah dari mana asalnya, dan bagaimana dia bisa masuk ke rumahku dan duduk satu meja denganku. Aku benar-benar merasa dia itu berasal dari dunia lain. Yah, seorang LAKI-LAKI. Kenapa aku menggaris bawahi kata tersebut dan menuliskannya dengan ukuran besar dan mencetak tebalnya. Pasalnya aku punya dendam kesumat terhadap makhluk yang bernama laki-laki itu.

Usut punya usut ayahku pergi meninggalkan ibuku demi untuk menikah dengan perempuan lain yang punya lebih banyak uang dan menghilang dari lingkunganku dan juga ibuku, meninggalkan aku yang masih dalam kandungan. Ha.. dasar makhluk rendahan. Dan sebagai ganjarannya, setiap laki-laki yang ku lihat selalu ku tatap dengan kesinisan, semua laki-laki di sekolahku pun merasa canggung untuk mendekatiku. Dan di rumahku sama sekali tidak ada makhluk seperti itu, hanya ada aku, Mama, dan Nenek.

Aku membuang pandanganku darinya, wajahku yang semula berseri hangat, kini menjadi dingin. Ha, aku kira ini hari keberuntunganku, dari mana datangnya makhluk ini, batinku.
“Eh, iya Mama lupa, kamu pasti bingung ya. Ini Lans.” Lans? Ha, jangan-jangan dia benar-benar makhluk dari Pluto.
“Dia ini anak dari sepupunya Papa yang ada di luar negeri. Orangtuanya menitipkannya di sini supaya dia bisa sekolah di sini.” terang Mama. Wao, hebat sekali. Sepupu Papa? Papa apa? Papa siapa? Apa itu Papa? Aku benar-benar kesal hari ini, dan untuk seterusnya.

Bagaimana mungkin aku bisa satu rumah dan satu sekolah dengan makhluk seperti dia. Rumah ini akan segera menjadi neraka. Dia terus menatapku dengan senyum lebar yang masih terpampang di wajahnya. Aku benar-benar risih. Aku segera meraih tasku dan bangkit dari kursiku. “aku pergi dulu, Ma” Kataku lalu kemudian meraih tangan Mama dan menciumnya. Aku benar-benar tidak nyaman, sama sekali.

“Loh, apa-apaan ini? Kamu kan belum makan apa pun kok udah mau berangkat.” kata Mama keheranan.
“Mm, lagi buru-buru Ma.. ada urusan di sekolah.” jawabku sambil berlalu ke luar dari rumah dan berjalan menuju halte yang tidak jauh dari rumah. Dan sungguh membuatku naik darah, makhluk aneh itu mengekor di belakangku. Aku berbalik melihatnya barang sejenak, lalu kemudian berbalik kembali untuk mendengus sepanjang-panjangnya.

Aku sama sekali tidak mempedulikannya sampai kami tiba di halte. Kurang dari 15 menit, bus sudah datang dan aku pun menaikinya, dan kembali dia mengekoriku. Hu.
“Mm, bisakah kau tunjukkan di mana ruang kepala sekolah?” tanyanya saat kami telah memasuki sekolah dan berjalan di lorong-lorongnya.
Aku tidak mempedulikannya, aku terus berjalan dan meninggalkannya.
“Hey, tunggu! Kau–”

Ini dia yang ku tunggu-tunggu. Upacara telah tiba. Sebentar lagi akan diumumkan pemenang lomba cipta puisi semester ini. Wao benar-benar menegangkan. Teman-temanku sudah bersorak meneriaki namaku saat detik-detik terakhir nama pemenang akan disebutkan.
“Dan pemenang lomba cipta puisi semester ini adalah….”
“Tari Tari Tari!”
“Astarii!!! yee.” teriak teman-temanku yang begitu mendukungku.

“Pemenangnya adalah–” ya ampun, lama banget sih nih Pak Kepsek, bikin orang menggigil aja.
“Lisa Andini!” nama itu dikumandangkan oleh Pak Kepsek yang diikuti sorakan siswa yang mendukung sang pemenang.
“Apa?” gumamku tak percaya. Para teman yang mendukungku pun kecewa, lebih-lebih aku. Padahal kan udah menang sampai tiga kali berturut-turut, kok sekarang kalah sih. Parah!! Ini sial namanya.

15 menit setelah bel masuk berbunyi, Pak Ronald guru Bahasa Indonesia masuk ke kelasku dengan membawa seorang laki-laki. Entah, aku tidak memperhatikannya. Aku pura-pura sibuk menulis sesuatu, padahal aku hanya mencoret-coret tidak jelas. Aku masih memamerkan bibir manyunku gara-gara juara yang ku pegang tiga kali berturut-turut harus jatuh ke tangan orang lain. Sakitnya tuh di sini.

“Selamat pagi anak-anak!” sapa Pak Ronald dengan ramah.
“Selamat pagi Pak!” jawab anak-anak serempak.
“Hari ini kita kedatangan teman baru, Bapak harap kalian bisa akur satu sama lain.”
“Perkenalkan dirimu.” kata Pak Ronald sembari menoleh pada anak baru itu.
“Mm, perkenalkan nama saya Harlans Asesi. Saya pindahan dari Amerika.”

Seketika aku mengarahkan pandanganku padanya kerana teman-temanku bersorak dengan gembira, udah kayak menang lotre aja. “Ha? Dia? Kok–” gumamku. Hh, belum cukup aku satu atap dengannya, aku mesti satu sekolah juga dengannya. Dan sekarang, aku juga harus satu kelas dengannya. Ini benar-benar menyebalkan!

Saat ini dia duduk bersebelahan dengan bangkuku dan Caca di baris ketiga. Ia satu bangku dengan Amer, anak yang menurutku paling menyebalkan satu sekolahan. Ya Tuhan, kutukan apa yang telah menimpa kehidupanku. Setelah dua minggu ia berada dalam kehidupanku yang benar-benar sukses membuat hidupku acak-acakan gak karuan. Pasalnya dia adalah anak yang manjanya gak ketulungan dan juga sangat merepotkan. Tingkahnya itu seperti putri kerajaan. Benar-benar membuatku ingin membunuhnya.

Share this novel

Amani Osama
2020-07-24 00:11:40 

.


NovelPlus Premium

The best ads free experience