Jejudo, April 2016
Boram berjalan menyusuri laluan yang kini dipenuhi haruman cherry blossoms yang mulai mekar disepanjang jalan menuju tempatnya bekerja, dari kejauhan tampak sebuah kedai bunga dengan plang berwarna pastel bertuliskan Jeon Florist. Tiba-tiba matanya tertutup sepasang tangan yang amat ia kenal. Perlahan aroma kopi menyusup indra penciumannya. Boram tersenyum dan mencubit pelan tangan yang masih setia bertengger dimatanya itu. “Aww!” Jerit Wonho mendramatik cubitan Boram yang sama sekali tak sakit itu. “Kau kejam betul Boram-ah” Sungutnya sambil mengusap lengannya yang dicubit Boram tadi. Boram memutar bulat matanya, menghadapi kegadaan Wonho yang selalu ia lihat setiap pagi.
Share this novel