Rate

BAB 4

Drama Completed 569

Pedro tiba-tiba terdiam. Keadaan menjadi hening seketika. “Kalo ternyata itu gue. Gue bersyukur, Ra,” balas Pedro akhirnya.

Setelah berhari-hari lamanya. Setelah begitu sulit rasanya. Akhirnya Zafira kini telah benar-benar memaafkan kejadian kecelakaan orang tuanya. Pelan-pelan dirinya pun kembali seperti dirinya yang dulu —yang ramah, periang, dan hangat.
Zafira kembali membuka diri, tak dapat disangkanya ia mendapatkan respon positif dari semua temannya. Terutama Rinny —teman sebangkunya— malah Rinny sampai ingin bersujud di hadapan orang yang telah mengubah hidup Zafira kini.
Tapi tentu saja, tak ada orang yang tau pasti siapa yang telah mengubah hidup Zafira kecuali Zafira sendiri.

Senin pagi telepon rumahnya berdering.
Zafira sempat kaget kerana telepon itu datang dari kepolisian dan dirinya diminta untuk datang ke kantor polisi saat itu juga.
“Mbak Zafira ya? Terima kasih mbak sudah bersedia datang,” sapa salah seorang petugas kepolisian pada Zafira .
“Kami hanya ingin mengabarkan, bahwa orang yang menyebabkan kecelakaan kedua orangtua mbak sudah menyerahkan diri kemarin sore,” kata sang Polisi.
Jantung Zafira berhenti saat itu juga. Orang yang menyebabkan kematian ayah dan ibu, ulang Zafira dalam hati.
Zafira tiba-tiba teringat akan janjinya dulu. Janji untuk membalas semua perbuatan si penabrak dengan setimpal. Dirinya kembali teringat akan kebenciannya pada si penabrak dan juga tentang balas dendam yang sempat direncanakannya dulu.
Dada Zafira terasa sangat sesak. Ia tak tahu harus apa sekarang.
“Jika mbak Zafira meminta agar si penabrak itu dihukum, kami bersedia. Tapi jika mbak Zafira memilih memaafkan, kami tidak dapat menolak. Semua keputusan ada di tangan mbak Zafira . Tapi sebaiknya mbak bertemu dulu ya sama dia. Sebentar saya panggilkan.”

Deg.
Jantung Zafira tiba-tiba berdetak kencang.
Keinginannya selama ini sebentar lagi akan terlaksana. Keinginan untuk bertemu langsung dengan penyebab kecelakaan ayah dan ibunya. Sekarang waktunya telah tiba, Zafira bahkan belum sempat mempersiapkan diri.
“Pedro ?” — “Zafira ?”
Zafira sontak terkaget dan terpukul. Entah mengapa dadanya terasa lebih sesak melihat Pedro ada di sana dan sedang mendampingi seorang wanita yang memakai baju tahanan.
“Kalian saling kenal?” tanya wanita tersebut. Selang beberapa saat, tak ada yang menjawab dari keduanya.
“Jadi kamu Zafira ? Maafkan saya. Saya bersedia diadili di hadapan hukum kerana telah menyebabkan kematian orangtua kamu,” ucap wanita tadi.
Pedro menoleh, “Ini kakak gue, Ra. Gue tidak tau selama ini ternyata…”
Zafira tak berani berkutik.
“Ini kebetulan yang aneh” lanjut Pedro tiba-tiba.
“Semua tidak ada yang kebetulan. Semua udah diatur dalam takdir-Nya. Gue tidak akan ngelupain nasihat seseorang supaya belajar memaafkan. Dan setelah gue berhasil, gue tidak akan mengulanginya lagi,” balas Zafira .
“Saya mungkin kecewa kerana kakak telah menyebabkan kematian ayah dan ibu saya. Tapi saya udah ngerti, ini bukan salah siapa-siapa, juga bukan salah kakak.”
“Ini adalah takdir dan adik kakak sendiri yang ngasih tau saya. Semua manusia harus belajar memaafkan. Saya memaafkan kakak dari hati saya,” lanjut Zafira dengan tenang.
Wanita tadi bergusar. “Tapi saya tidak mau, hidup saya dihantui rasa bersalah. Apa ada hal yang harus saya lakuin untuk ngebalas dosa saya sama orangtua kamu?”
“Ada.” Zafira mengangguk, ia meneruskan, “Maafkan diri kakak juga maafkan takdir yang udah terjadi.”
Wanita itu langsung memeluk Zafira erat. Ia menangis, tapi bukan tangis kesedihan. Ia memeluk Zafira sampai tangisnya itu mereda perlahan.

“Kamu punya hati yang luar biasa. Sekali lagi, maafin saya ya dik.”
Zafira hanya mengangguk kecil.
“Ra?” panggil Pedro . Zafira menoleh.
“Makasih,” lanjut Pedro lalu juga memeluk Zafira . “Gue kagum sama lo, Ra! Bener-bener kagum.”
“Do you wanna be mine?” tanya Pedro tiba-tiba.
Jantung Zafira kembali berhenti sesaat. Tapi fikirannya malah melega. Ia mengangguk tanpa berfikir lagi.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience