Rate

BAB 3

Drama Completed 325

“Tanyakan pada hatimu. Seberapa penting Oki bagimu. Terus apa yang kamu rasakan ketika tidak ada dia di sampingmu.”
“Oki itu sudah menjadi setengah bagian dalam hidupku Lin. Meskipun aku menghindar darinya, tapi sebetulnya aku selalu merasa takut. Aku takut jauh darinya. Aku juga takut kehilangan dia.”
“Itu tandanya kamu memiliki perasaan yang sama ke dia! Jadi tunggu apa lagi?!”
“Maksud kamu?”
“Kamu sebetulnya juga suka sama dia, dan selalu ingin berada di sampingnya. Cinta itu telah tumbuh di hatimu. Dimana kamu merasa takut akan kehilangan dia.”
“Tapi Lin…”
“Sudah tidak perlu tapi-tapian. Sekarang kamu pergi samperin dia, dan bilang mengenai perasaan kamu.”
“Tapi gimana kalau ternyata dia sudah punya pacar? Cewek tadi?” pikirnya.
“Tidak! Aku yakin belum. Meskipun mereka dekat, belum tentu pacar. Perasaan cinta tidak semudah itu untuk berpaling Ran. Ketika kita mencintai seseorang, perasaan itu akan terus tumbuh. Perlu waktu lama, untuk dapat memalingkan hati kepada yang lain. Jadi aku yakin dia masih nunggu kamu,” ujar Lina memegang erat bahu Meliza .
“Benarkah dia masih menungguku?”
“Aku yakin dia masih menunggumu. Cintanya tidak akan memudar begitu saja. Sekarang pergilah! Dan ungkapin perasaanmu padanya.”
Mendengar ucapan Lina, gadis berambut panjang, yang membiarkankan rambut hitamnya terurai ini, segera berlari menuju deretan ruang kuliah fakultas Ekonomi. Hari ini dia akan mengatakan semuanya pada Oki. Bahwa dia juga mencintainya. Sehingga mereka bisa bersama-sama lagi.

Begitu sampai di dekat ruang kuliah Oki, langkahnya terhenti. Ia melihat Oki sedang berbincang dengan seorang gadis yang tadi dilihatnya. Meliza bergegas mencari tempat persembunyian, di balik semak-semak. Saat menyadari tatapan gadis itu nampak serius memandang mata Oki.
“Ki, ada hal yang ingin aku katakan sama kamu sejak dulu. Tapi melihatmu selalu bersama Meliza , aku jadi mengurungkannya. Dan sekarang, begitu tau kalau kamu tidak berhubungan sama dia lagi, aku merasa senang,” ucap gadis yang duduk di sebelah Oki.
“Apa katanya? Dia senang, kalau aku tidak lagi dekat dengan Oki?!” geram Meliza di tempat persembunyiannya.
“Kenapa kamu bilang begitu?” sahut Oki heran.
“Iya aku senang. Dengan begitu, aku bisa dekat sama kamu.”
“Kamu ngomong apa sih Ver? Aku nggak ngerti deh. Kan memang kita dekat, kerana berteman.”
“Bukan itu maksudku.”
“Lalu?”
“Jadi hal yang ingin aku katakan sama kamu itu, meskipun kita satu kelas, tapi aku ingin jadi lebih dari sekedar temanmu.”
“Maksudmu?!” sentak Oki mengernyitkan alisnya penasaran.
“Iya Ki, sebetulnya dari dulu aku suka sama kamu. Tapi aku cuma nggak ada kesempatan bilang ke kamu. Kerana kamu selalu sama Meliza ,” ungkap cewek itu menatap Oki.
“What? Jadi dia suka sama Oki?” gumam Meliza kaget.
“Gimana Ki, kamu mau kan terima cinta aku. Dan kita jadian?” tanya cewek itu lagi.
“Duh… gimana kalau ternyata Oki bakalan bilang iya? Gara-gara aku marah padanya. Terus mereka jadian. Aku nggak mau kehilangan dia!!! Lalu apa yang harus aku lakukan?” Meliza makin panik. Ia sudah tidak sabar ingin mendengar jawaban Oki.
“Aku ngerti perasaan kamu Ver. Memang benar Meliza kini menghindariku, bahkan kita tidak lagi saling ngobrol seperti dulu. Aku pikir mungkin dia marah padaku. Jadi…” “Haaaaccciu…!” belum sempat Oki melanjutkan ucapannya. Mendadak Meliza bersin, lantaran hidungnya tersumpal semak-semak yang membuat hidungnya merasa gatal hingga bersin. Alhasil suara bersin tersebut membuat Oki menghentikan ucapannya. “Ver, apa kamu bersin?” tanya Oki kemudian.
“Tidak!” sahut Vera menggeleng.
“Lalu suara siapa tadi, aku dengar ada yang bersin?” tukas Oki penasaran. “Pasti ada orang lain di sekitar sini.” Oki segera mencari tau, namun ia tidak melihat siapapun disana kecuali dirinya bersama Vera. “Haiiiiccuuu…” suara bersin terdengar lagi. Suara berasal dari balik semak-semak. Oki lekas mengecek, untuk memastikannya. “Meliza ?!” seru Oki kaget melihat gadis itu jongkong dan bersembunyi di balik semak-semak.
“Oki, hehehe…” Meliza nyengir, kepergok oleh Oki.
“Kamu ngapain disini?”
“Tadi sebetulnya… aku… mau…” ucap Meliza terbata-bata.
“Kamu ngapain kesini? Ganggu aja sih?!” celetuk Vera nampak marah, yang muncul di belakang Oki. “Bukannya kamu sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi sama Oki? Terus ngapain kesini? Pasti kamu nguping ya?!” kesalnya melutut .
“Bukan… aku nggak bermaksud untuk mendengar obrolan kalian. Tapi…” elak Meliza , mengangkat kedua tangannya kedepan dada.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience