Rate

BAB 1

Drama Completed 325

Sejak masa ospek yang berlangsung selama tiga hari itu, hubungan Meliza dengan Oki bertambah akrab. Meskipun jurusan yang mereka ambil berbeda, tapi tidak membuat keduanya saling menjauh. Melainkan jadi makin dekat. Meliza gadis berambut panjang dan bergelombang ini diterima di jurusan Komunikasi. Sementara Oki, pria yang baru dikenalnya selama ospek, memilih jurusan Ekonomi.
Walaupun berbeda fakultas, Oki selalu menyempatkan waktu untuk menemuinya disela-sela kuliah. Terang saja kehadiran Oki di dalam hidupnya membuat Meliza merasa senang. Sebab ditengah kesibukannya mengerjakan tugas-tugas kuliah yang memusingkan, pria itu bisa mengubah suasana hatinya yang buruk jadi menyenangkan. Dengan berbagai celotehan dan candaanya.

“Mukamu kenapa kumel begitu?” tanya Oki yang muncul tiba-tiba dari arah belakang, lalu duduk di sebelahnya.
“Ini pusing mikirin tugas paperku nggak kelar-kelar,” sahutnya pasang muka cemberut.
“Ngapain pusing-pusing segala?”
“Gimana nggak pusing? Nanti sore udah harus kelar, tapi ini bahannya masih kurang. Pusing tau mikirin nih tugas!”
“Lagian tugas kok dipikirin?!”
“Nah, kalau nggak dipikirin gimana mau selesai?”
“Ya kalau mau selesai, kerjain! Bukannya dipikirin!” tegas Oki. “Kalau mau mikir, mending mikirin aku! Hahaha…” celotehnya sambil cekikikan.
“Hahaha… kamu tuh bisa aja. Dari pada mikirin kamu, ya mending mikirin tugasku!” sahut Meliza meledek.
“Loh, kamu salah! Justru lebih penting mikirin aku dari pada tuh tumpukan kertas!” tunjuk Oki ke tumpukan paper milik Meliza . Sembari melebarkan senyum di bibirnya dan mengedipkan mata secara berulang.
“Wkwkkwk… mikirin kamu nggak akan ada habisnya. Yang ada cuma bikin ngakak melulu…! Hahaha…” balasnya tertawa terbahak-bahak, melihat ekspresi Oki yang sok kegantengan.
“Loh, kok malah ngakak? Hati-hati nanti malah jadi kebayang-bayang lo…”
“Hahaha… kePDan!”
Meliza selalu dapat dibuat tertawa oleh Oki. Celotehan-celotehan pria bertubuh tegap dan berwajah kotak itu menjadikannya terlepas dari kebingungan dan kepenatan akan tugas kuliahnya.

Sudah hampir dua semester hubungan persahabatan mereka terjalin. Keduanya nampak selalu bersama-sama kemanapun mereka pergi. Dimana ada Meliza , disitu pasti ada Oki. Bahkan teman terdekat ramai yang menganggap bahawa mereka pasangan kekasih. Tapi hal tersebut dinafikan sekerasnya oleh Meliza . Baginya hubungan mereka tidak lebih dari sekadar kawan.
Beberapa teman juga sempat mengusiknya dan mengatakan bahwa dalam hubungan antara seorang lelaki dan wanita, pasti akan tumbuh cinta. Tidak mungkin hanya sekedar teman. “Kamu harus tau Meliz, impossible just for friend!” tegas Lina teman kuliahnya.
“Sudahlah Lin, itu cuma dugaanmu saja,” balas Meliza .
“Mungkin sekarang hanya dugaanku, tapi kita lihat saja nanti.”
Ucapan Lina terus membayangi pikiran Meliza . Gadis berambut panjang berwarna kehitaman ini pun terus memikirkan perkataan teman satu kelasnya. “Apa maksud perkataan Lina? Dia pasti cuma menduga-duga saja. Lagian selama ini hubunganku dengan Oki memang cuma sekedar teman,” pikirnya sembari merebahkan tubuh di atas kasur.

Kala sedang berjalan melewati koridor, dari kejauhan Meliza melihat sosok lelaki yang sangat dikenalnya tengah berbincang dengan seorang kawan. Ia berjalan mengendap-endap dari arah belakang, berniat untuk mengagetkan jejaka itu yang tak lain adalah Oki. Namun serentak itu juga Meliza menghentikan langkahnya, saat mendengar namanya disebut.
“Meliza ?” celetuknya. Gadis itu pun berbalik, dan langsung bersembunyi dari balik tembok, tidak jauh dari tempat Oki dan temannya. Sehingga percakapan mereka masih dapat terdengar olehnya.
“Iya Meliza , kamu dekat sama dia kan udah lama. Apa kamu mau terus berteman, tanpa pacaran?” tanya salah seorang kawan, yang berdiri di sebelah Oki.
“Nggak tau lah!” sahut Oki menggerdikkan bahunya.
“Kok nggak tau? Emang kamu nggak ada perasaan sama dia?”
“Hemmm… gimana ya? aku juga bingung. Kalau dibilang suka, ya memang aku suka sama dia. Tapi mau gimana, dia sepertinya sudah nyaman dengan pertemanan kita.”
“Deg… deg… deg…” suara debaran jantung Meliza , terasa jelas. “Apa ini yang aku dengar barusan?” gumamnya kaget, tidak percaya mendengar ucapan Oki. Perasaannya menjadi tidak karuan. Otaknya dipenuhi dengan kebingungan, mengapa lelaki itu mengatakan hal demikian. Membuatnya merasa cemas dan panik.
“Terus, apa kamu bakalan diam saja? tanpa mengatakan perasaanmu yang sebenarnya?” tanya temannya lagi.
“Iya kalau memang harus begitu. Kenapa nggak?!” balas Oki.
“Bodoh banget kamu! Kalau aku jadi kamu, sudah pasti langsung ngomong ke dia!” tandas temannya.
“Kok kamu malah ngatain aku bodoh sih!” balas Oki kesal.
“Loh memang benar begitu kan? Sekarang cuba kamu pikir, kalau terus diam tanpa ngungkapin perasaanmu ke dia, apakah dia bakalan tau perasaan kamu? Nggak kan?!” sentak jejaka itu melutut .
“Iya bener juga. Tapi aku belum berani bilang ke dia. Gimana kalau nanti dia malah marah ke aku?” pikir Oki.
“Belum dicuba udah takut duluan! Gini deh, kamu pikirin lagi omonganku. Jangan jadi orang bodoh, yang hanya diam memendam perasaanmu. Kamu harus katakan sama dia. Sebelum nantinya kamu menyesal, jika dia pacaran sama jejaka lain.”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience