Pulang

Drama Series 600

Hujan deras mengguyur puncak jaya, awan hitam,kilat, gemuruh petir yang menyambar membuat keadaan malam ini begitu dingin, dan beku.
Suara deru tembakan, masih terdengar, dari jauh maupun dari dekat. Gelapnya malam derasnya hujan membuat mata tak mampu lagi melihat dengan jelas.
Kemudian terdengar.... " DOOOR"
sesuatu menembus dadaku, tidak sakit. Sedikit panas, ku pegang dadaku sebelah kanan. Merembes darah.... Aku mempercepat langkahku, aku berusaha lari dan menghindar namun lebatnya hujan, semak belukar dan ranting pohon membuat lariku tak bisa cepat.
" Door. " sekali lagi, benda itu menembus kulitku. Kali ini betisku yang mengucurkan darah. Aku terjatuh terguling, rasa panas di tubuhku karena benda itu semakin terasa, darah tak hentinya mengucur dari tubuhku, kepalaku mulai pusing. Aku terus berlari, mataku semakin kabur... Aku terjatuh. Dadaku terasa sesak, serasa ada dahak di tenggorokan, namun aku tahan. Jangan sampai aku memuntahkanya. Karena itu darah jika aku muntahkan aku akan mati.
Aku terus berlari, tanpa tahu kemana aku harus pergi, dan aku terjatuh sekali lagi ketika kurasakan ada sayatan benda tajam di punggungku.... Dalam hujan aku melihat mereka berdiri membawa senapan, satu lagi membawa pedang panjang bercucuran darah. Dan kemudian semuanya gelap.
Ketika aku membuka mataku kembali, aku seperti berada di suatu tempat. Semacam padang, tak ada tumbuhan, tak ada angin, bulan dan matahari berada di tempat yang sama. Aku berdiri menatap kagum pada tempat itu, aku memakai seragamku, namun anehnya tak ada sedikitpun darah. Padahal tadi seragamku penuh dengan darah. Tubuhku juga tidak terluka, aku sangat senang karena aku tidak apa-apa.
Namun, ada yang begitu ganjal. Kenapa matahari dan bulan tidak bergerak. Apakah disini tidak ada waktu, dimana aku sebenarnya. Apakah aku sudah mati dan di kini di alam lain. Dialam barzah...? di padang Mahsyar...?
Aku berjalan perlahan, berjalan terus menyusuri jalan didepan ku, jalan tanpa ujung, aku mengikutinya tanpa henti.
Dari kejauhan aku melihat guruku, beliau Sayyid Abdurrahman. Guruku ketika aku mengaji dulu di pondok pesantren. Aku setengah berlari menghampirinya.
" Abah. " sapaku
" Kau siapa..?" tanya beliau.
" saya Dhani."
" Saya lupa. "
" Bah, saya dari asrama rijal no 25."
" Aku tidak pernah melihatmu. "
" Maafkan saya bah, sejak lulus saya selalu bertugas di tempat yang jauh sehingga jarang sowan ke pondok. "
" Lalu, sedang apa kau di sini. "
" Entahlah bah, saya tidak mengerti. Tiba-tiba saja saya disini. "
" Kalau begitu pergilah ke tempat asalmu. Ini bukan tempatmu. Kau masih harus memenuhi semua kewajibanmu di dunia. "
" Bagaimana caranya bah. "
" Kau hafal al quran berapa juz? "
" 30 bah. "
" Ambil tayamum dengan pasir itu, kemudian bacalah hingga khatam. "
" Iya bah. Laksanakan. "
" Aku gurumu bukan komandanmu. "
" Hehehhe. "
Kemudian aku membaca Al quran ayat, demi ayat sambil terus berjalan menyusuri jalan panjang itu. Tanpa ku sadari abah guruku tidak berada disampingku lagi. Kini aku sendirian lagi disini. Hingga tiba pada kalimat
" alladzi khalaqal-mauta walhaayata liyabluwakum ayyukum akhsanu 'amala, wa huwal-'azizul-gafur
Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun. (Qs, Al-Mulk ayat 2)
Ada cahaya begitu terang di depanku. Cahaya yang begitu terang hingga silau, mataku terpejam tak mampu melihat cahaya itu. Namun ketika ku buka lagi mataku, aku sudah di suatu tempat yang berbeda. Aku di sebuah ruangan, dengan seorang wanita muda disampingku sambil terus melantukan ayat suci al quran,
"alla ya'lamu man khalaq, wa huwal-lathiiful-khabir
Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus, Maha Mengetahui ( Qs, Al Mulk ayat 14)
" Almira." lirihku
" Masya Allah, mas kau bangun. Alhamdulillah ya Allah. "
" ibuuuuk, ibuuuuk, mas Dhani bangun buk. "
" Buuuuk. "
Aku masih begitu bingung, bukankah aku sedang di puncak jaya, kenapa sekarang Almira bersamaku. Lalu kenapa ia memanggil ibu... dimana aku.
" Masya Allah, Alhamdulillah ya Allah. Anakku balik gustiiiii... "Aku masih diam.
Ibuk, bapak, Almira, dokter dan juga perawat datang menghampiriku yang masih terbaring. Dokter memeriksaku, dan berkata,
" Alhamdulillah, mas Dhani baik-baik saja bu. organ vitalnya juga berfungsi dengan baik. Ini karunia Allah yanh telah mengembalikan mas Dhani kembali. "
Kini aku bisa menyimpulkan bahwa aku telah terbangun dari tidur panjangku, semacam koma, atau mati suri...
Aku melihat ibu, bapak, Almira, aku bersama mereka. Mungkin ini cara Tuhan membuatku pulang dengan cara yang begitu syahdu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience