Rumah

Drama Series 600

Sayup-sayup suara bilal shubuh terdengar, ayat suci mengalun lembut di bilik sebelah. Gemiricik air, suara anak-anak saling bersahutan....
kusibak selimutku dan beranjak dari tempat tidurku, berjalan perlahan ke kamar mandi, membersihkan diri, kemudian bergabung dengan keluarga lain memenuhi panggilan Rabb kami.
Ayah selalu menjadi imam sholat di rumah kami ini, ibuku selalu menyebutnya istana. Bagi ibu, sebuah rumah tak layak di sebut sebagai gubuk. Rumah menampung banyak energi positif, rumah sebagai tempat pertama bagi ilmu menginjakkan diri, rumah adalah naungan, rumah adalah istana bagi raja, dan ratu, rumah adalah surga bagi mereka yang selalu bersama Tuhannya.
Di rumah inilah pertama kali aku dan saudaraku dikenalkan apa itu tata krama, dikenalkan apa itu Tuhan, dikenalkan apa itu kehidupan...
"nduk... " panggil ibu lembut setelah jamaah shubuh selesai di tunaikan. Nduk itu merupakan panggilan sayang untuk seorang perempuan jawa yang usianya lebih muda.
" bagaimana hafalanmu...? Masih ingat...? Durrotun nasikhin. " kata ibu. Begitulah ibuku, dia selalu menomorsatukan pendidikan. Bagi ibu, ilmu itu akan bermanfaat jika kita selalu mencintainya.
" Insya Allah bu, setiap hari masih sema'an lewat daring sama Gus Mad. " Jawabku. Gus Mad itu guruku di pondok pesantren.
" Semalam ibu bermimpi, kamu berjalan bersama laki-laki bersayap. Entahlah sepertinya ibu terlalu banyak nonton sinetron fiksi ilmiah. "
" Hehehe, dramanya sudah tamat bu. " Jawabku terkekeh. Ibu tersenyum, dan kami beranjak dari mushola, kembali ke rumah.

***
" Senjaaaaa...!!!"
" Dalem buuu. " (saya bu)
" Ada Wisnu."
Aku beranjak, menuju ruang tamu. Terlihat Wisnu duduk tertunduk, karena sedang ngobrol dengan ayahku. Wisnu itu teman kuliahku, aku jadi akrab sama dia karena satu kompleks.
" Hai.." Sapaku
Dia tersenyum
" Apa kabar Ja. "
"Sehat, kamu...? "
" Iya. Aku denger dari temen-temen kamu udah pulang. Jadi aku kesini. "
" Iya Wis, belum waktunya sih tapi udah di pulangkan. Serem banget di sana."
" Kenapa serem...? "
" Kamu tahu...
" Nggak. "
" Aku belum cerita bambang. "
" hehehhe. "
" Aku dsana di sandera sama OPM, mereka tinggi, besar, item, nyeremin Wis. Galak lagi, masak perutku di tendang-tendang. Kan sakit. "
" Terus...? "
Ayah tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya, berlalu sambil mengusap-usap jilbabku.
" ayah mau kemana...? "
" males dengerin ceritamu."
Cuma bisa nyengir.....
" Lanjutin Ja... " kata Wisnu penasaran.
" Akhirnya aku berhasil kabur, aku masuk hutan. Haduh, lebat banget hutanya. Pake nyasar lagi. Gelap Wiiiis, nakutiiiin. Aku laper sampe 3 hari. Aku udah pasrah sama Allah, kalo harus mati di sini ya udah aku pasrah."
" Haduh, terus gimana kamu bisa sampe rumah kalo pasrah."
" Akhirnya di tolongin sama Pak Brimob yang lagi jaga di hutan. "
( Brimobnya ganteng banget Wis, baik, tinggi, putih, manis, aku jatuh cintaaaa.)
" Hoe, kamu kenapa senyum-senyum sendiri."
" Gak papa, udah selamat deh gue. "
" Ngeri ya, makanya aku dulu males di suruh bapakku daftar tentara. Takut kalo harus jaga perbatasan dengan kondisi seperti itu. "
" iya Wis. Semoga para prajurit di sana selalu di beri keselamatan, kesehatan, bisa pulang dengan selamat. "
" iya Ja, amin. "
" Udah sarapan belum. "
" udah donk... Jalan yuk. Anak-anak ngajakin nongkrong. "
" Okey, tungguin aku pamit ayahku dulu. "
" Iyes. "

***
Dua tahun telah berlalu, meski sudah tidak lagi kuliah. dan kini aku sudah mendapatkan tugas di sebuah puskesmas, aku masih gabung dengan teman-teman komunitas. Karena hobi bagiku bukan hanya hobi, tapi juga kehidupanku.

" Ja, kita mau naik gunung besok tanggal 02 bulan depan, kamu gabung nggak. "
" Iya donk, udah lama aku gak muncak. "
" kali ini ada yang beda Ja, kita akan di bina oleh kakak-kakak dari Watukosek.
"Widiiih, seru donk. "
" iya, aku daftarin ya "
" siap. "

Hari itupun tiba, aku sudah bersiap untuk naik gunung bersama teman-teman. Semua perlengkapan sudah kusiapkan, kami berkumpul di depan kampus. Kemudian berangkat naik elf ke posko pertama gunung Semeru. yang ada di Jawa timur ini.

Disana kami duduk berbaris, mendengarkan arahan dari kakak pembina yang penuh pesona,hahahha. Mereka tidak tampan, tapi punya tinggi dan besar badan yang sama, itu karena mereka berasal dari barak anggota pasukan khusus kepolisian Indonesia.
" Ahmad Syamsudin. "
" Ahmad Tohari. "
" Badrus Ali. "
" Bagus Rimbawan. "
" Budi Baskoro. "
" Cecilia agustina. "
" Cimeli Nurul dyah. "
" Darmawan. "
" Diandra Paramita. "
" Eki oktaviani. "
" Firman dwi Haryono. "
" Gladista Prameswari. Hariyadi. "
"Hidayatun Khoiriah."
Mendengar nama mereka di absen satu,-satu. aku masih sibuk dengan pomselku,karena sejak tadi adikku merengek mau pinjam buku milikku sedang aku tidak mengijinkan.
" Senja Indraswari. "
"Senja. "
" ada kak... " Jawabku seraya mengangkat kepalaku. dan betapa terkejutnya aku. Siapa yang mengabsen kami sejak tadi. Dia adalah pak Brimob yang membawa lari hatiku.
Aku menutup mulutku yang ternganga karena terkejut
Lirih namun pasti terdengar ia mengatakan.
" Senja. "

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience