Abdi

Drama Series 600

The water is wide, I can’t cross o’er
And neither have I wings to fly
Give me a boat that can carry two
And both shall row, my love and I.
Syahdu....
Begitulah perasaanku setiap kali lirik itu melantun pelan, perlahan memenuhi relung hatiku
Lagu itu begitu menyentuh hatiku....
Setiap jam 3 sore aku selalu setia duduk manis di depan radio butut milik bapakku, menanti lagu yang begitu menyentuh perasaanku di putar. Padahal sebenarnya aku sama sekali tak mengerti apa maksudnya. Hehehe...m
Masa kecil, iya masa kecilku yang berlalu begitu saja tanpa bisa aku mengingat semuanya.... Betapa berharganya masa kecil itu kita rasakan ketika dewasa, dimana setiap hari harus bergelut dengan segala permasalahan orang dewasa.
Ibu, betapa inginnya aku engkau belai seperti dulu. Engkau timang seperti dulu....
Ibu.... Aku ingin kembali menjadi tole mu... Yang selalu kau marahi tiap kali hendak makan.
Kini... Aku selalu meneteskan air mata tiap kali makan dengan menu yang tak ku inginkan... Bu, anakmu ini sangat berlebihan.
Perasaanku masih menerawang jauh kelangit malam... Tanpa bintang tanpa cahaya rembulan
Kupandangai lekat langit yang gelap, sunyi, bahkan suara jangkrik pun tak ada.
Beginilah hidupku sekarang, jauh di perantauan... Mengabdikan diri kepada negara yang menurut mereka negara kafir, negara thogut, dan masih banyak lagi, namun aku tak pernah menyesal menjadikan diriku abdi dari yang thagut.
Jika bukan karena aku dan kawan2 yang rela hidup disini hanya bermodalkan seragam dan senjata,, yang ikhlas lillahi ta'ala makan ubi dan minum air kali apa mereka bisa tidur nyenyak bersama anak dan istrinya....? Belum tentu.
Apa mereka pernah berjalan menggunakan kepala demi untuk menjadi sang abdi yang berangkat menaruhkan nyawa demi kenyamanan mereka...? Belum tentu juga.Haha.. Betapa lucunya hidup ini.
. Oh love is gentle and love is kind
The sweetest flower when first it’s new
but love grows old and waxes cold and fades away
like morning dew
Kupejamkan mata yang tak ingin terpejam... Ku selami duniaku dalam angan yang tak berujung.
Angan bahwa suatu hari aku bisa ganti baret dan bisa berkumpul bersama ibu dan bapakku. Bertemu dengan gadis yang ku ijinkan membawa hatiku, dan melihat buah hati yang teramat aku cintai. Tersungging senyum meskipun sedikit tapi itu mampu menghiburku. Hehehhehe
Bisakah aku seperti itu.... Insya Allah bisa karena ini negara damai aku pasti akan pulang dengan selamat.
" Bang..." seseorang kemudian, membuyarkan anganku
" Kau harus turun, kapten memanggilmu" lanjutnya... Dia Pardi... Teman satu barak namun beda leting.
" Kau tau ada apa?" tanyaku
" kurang tau bang, sepertinya penting bang."
" baiklah, gantikan aku jaga."
" siap bang".
Tak perlu waktu lama bagiku untuk tiba di posko... Disana telah duduk kapten dan komandan barak yang mungkin telah menungguku.
" Brigadir satu Prasetyo siap menerima perintah."
" Kau harus ke Tembagapura malam ini, keadaan genting antara petugas dengan kriminal."
" Siap laksanakan perintah kapten"
" Lima belas menit cukup bagimu untuk bersiap."
" Siap kapten."
" Laksanakan....!"
" Siap Laksanakan.".
. " Bang...." seseorang menepuk pundakku, setiba aku di barak untuk berkemas
" Hemmmm"
" mau boyong kemana bang"
" Tembagapura"
" bukankah saat ini disana sedang konflik bang...?"
" karena itu aku berangkat."
" Bang, jangan tinggalkan aku bang... Aku tak bisa hidup tanpamu."
Plak.... ku tampar pelan pipinya.
" dasar bocah gembul"
" aw.... Sakit bang." jawabnya sambil ngelus-ngelus pipinya.
" Doakan aku, pulang dari sana, baretku berubah."
" siap, saya aminkan bang."
Dan... Malam itu usai sudah kisahku diperbatasan ini. Dalam perjalanan, hanya satu dalam hatiku, semoga Allah masih memberiku kesempatan menjadi anak dari bapak dan emakku. Aku ingin mereka memelukku dengan senyuman indah ketika nanti aku pulang membawa nama yang membuat mereka bangga terhadapku....
Mak, aku telah mengukir janji dalam hatiku, aku tidak akan menjadi badung lagi. Aku kan menjadi penyejuk hatimu,,dan penolongmu di hari akhir nanti mak.... Aku yakin saat jni, disepertiga malammu tak akan henti kau menyebut namaku. Aku rindu padamu mak, aku juga rindu bapak...
Air mata yang semula beku, kini menetes perlahan lengan seragamku....

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience