Rate

BAB 2

Drama Completed 352

Senja, Awan berwarna oranye dan sinar matahari yang mulai meredup. Itulah penggambaranku tentang keadaan sore ini. Aku berjalan ke arah lapangan bola basket sekolahku tempat dimana aku dan dia menyatakan cinta. Aku melihat sosoknya. Sosok yang membuatku tekagum-kagum padanya. Dia berdiri disana! Mengenakan kaos putih dan celana jeans panjang hitam. Aku menghampiri sosok itu.

“Panji, kamu udah nunggu lama?” Tanya ku.

Panji adalah panggilan pasangan hidupku itu. Panji Dhewa Saputra. Ia tak menjawab apa-apa dia langsung memegang erat kedua tanganku itu. Aku dan dia saling bertatapan. Tapi, pandangannya terhadapku aneh, tak seperti biasanya. Panji menghembuskan nafas perlahan.

“Din, Maaf aku tak mampu melanjutkan hubungan ini!” ucapnya
Waktu terasa berhenti berjalan, jantungku berhenti berdetak, nafasku tercekat, Aku melepaskan genggamannya dan berlari tanpa arah Air mataku terus menitis seiring aku berlari. Aku masih Tak percaya? Kenapa dia tak mengejarku? Apa dia sudah tak mencintaiku? Aku berharap dia mengejarku dan menjelaskan semua alasanya. Tapi, TIDAK!. Dia tak mengejarku sama sekali!

FLASH BACK OFF

Matahari sudah berada di atas kepala. Bel pulang sekolah juga sudah berbunyi. Biasanya dia menjemputkku disini. Tapi semua itu hanya kenangan. Aku mulai menitikkan air mata mengingat kenangan itu lagi. Aku masih belum sanggup.

Hari minggu ini masih terasa hampa tanpa kehadirannya. Aku masih belum mampu move on dari darinya. Mungkin dengan rencanaku ini aku mampu melupakannya dan mencari penggantinya. Aku sibuk membereskan barang-barangku dan memasukkannya dalam sebuah koper besar. Keke hanya melihatiku.

“Din, apa keputusanmu sudah bulat untuk meninggalkan kota Jakarta ini?”

“Aku yakin, aku harus move on dari dia. Kalau aku disini aku takkan mampu melupakannya.”

“Kamu gak bawa foto, Panji?”

“Untuk apa? Aku mau benar-benar move on!”

Aku menarik koper besar itu keluar dari rumah besarku. Aku membuka pintu mobil itu. Terlihat sebuah bayangan kecil sosok Panji disana. Aku cuba menghampirinya perlahan ke arah sosok itu.

“Panji?”

Wajah itu menoleh ke arahku. Iya benar itu Panji. Tapi kenapa dia mengacuhkanku? Kenapa dia juga tiba-tiba datang kesini. Aku masih berkutat dalam pertanyaan-pertanyaan itu. Setelah aku tersadar kembali sosok Panji sudah hilang entah kemana. Apakah itu benar-benar Panji atau hanya sebuah ilusi?

Aku kembali berjalan mendekati mobil yang membawaku ke luar kota. Aku memeluk erat sahabatku tanda perpisahan. Tapi, sahabatku itu masih terheran-heran perilaku ku tadi.

“Din, tadi ngapain kamu kesana?”

“Oh bukan apa-apa tak usah dipikirkan. Tolong jangan pernah lupakan aku kerana kamu adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Suatu saat nanti aku pasti kembali kesini.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience