Rate

BAB 3

Drama Completed 352

Kota Solo adalah kota pilihanku saat ini, untuk menghilangkan kenangan-kenangan bersama Panji. Udaranya sangat sejuk, suasana tenang. Aku berharap aku mampu perlahan melupakan kenangan itu. Banyak orang-orang baru yang kutemui dan orang itu asing semua dan mulai detik ini aku mencuba untuk sedikit demi sedikit kenangan tentangnya.

Jangan sembunyi
Ku mohon padamu jangan sembunyi
Sembunyi dari apa yang terjadi
Tak seharusnya hatimu kau kunci

Bertanya, cubalah bertanya pada semua
Di sini ku cuba untuk bertahan
Ungkapkan semua yang ku rasakan

Kau acuhkan aku, kau diamkan aku
Kau tinggalkan aku

Lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia
Ku ingin ku lupakannya

Jangan sembunyi
Ku mohon padamu jangan sembunyi
Sembunyi dari apa yang terjadi
Tak seharusnya hatimu kau kunci

Lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia
Hapuskan memoriku tentang dia
Hilangkanlah ingatanku jika itu tentang dia
Ku ingin ku lupakannya

Lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia
Hapuskan memoriku tentang dia
Hilangkanlah ingatanku jika itu tentang dia
Ku ingin ku lupakannya

Lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia
Ku ingin ku lupakannya

Kau acuhkan aku, kau diamkan aku
Kau tinggalkan aku

2 tahun telah berlalu, itulah waktu yang aku gunakan untuk melupakannya. Tapi, itu semua tak berhasil ingatanku tentang dia masih terekam jelas dalam pikiranku. Apakah dia begitu penting dalam hidupku?

Aku kangen dengan suasana Jakarta yang sangat berbeda seperti disini, Aku ingin kesana. Tapi, itu artinya aku harus rela ingat dengan memoriku kembali. Tapi mungkin tak sesakit dulu.

Perjalanan panjang telah ku tempuh menuju kota Jakarta. Suasana ramai dan panas inilah yang aku rindukan. Kemacetan yang terus merajalela juga masih terlihat. Tidak ada yang berubah selama 2 tahun ini. Begitu juga perasaanku padanya. Aku rindu dengan rumahku, sekolahku dan tentunya ‘DIA’ .

Mobil yang membawaku ke Jakarta sudah tepat berhenti di depan rumah. Keke juga sudah tampak berdiri disana. Aku menghampirinya dan memeluk erat tubuh Keke. Perlahan Keke melepaskan pelukan itu.

“Din, apa kamu sudah mampu melupakan nya?”

“Masih belum.” ucapku sambil menampakkan wajah yang masam

“Setelah 2 tahun kau meninggalkan kota Jakarta ini, kamu belum mampu melupakannya?”

“Iya. Aku mau masuk ke dalam. Aku capek.”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience