Rate

BAB 1

Drama Completed 352

Linangan air menitis satu per satu terjun melewati ujung daun kerana hujan telah cukup lama membasahi dunia ini. Langit masih kelabu dan kemungkinan akan hujan lagi, Ahh, rasanya tak mungkin. Kerana hujan telah turun selama 3 jam.

Semenjak hari yang sangat kelam itu, aku masih terpuruk dalam keadaan yang selalu membuatku tercekat dan sesak nafas. Saat kata-kata itu terlontarankan dari mulutnya. “Maaf aku tak mampu melanjutkan hubungan ini!” Kerana apa? Kau tak boleh langsung pergi! Kau harus menjelaskan padaku! Jangan membuat aku bingung! Tapi, apalah usahaku. TAK MUNGKIN BERHASIL.

Aku masih duduk menatap suasana luar dari sebuah jendela kayu bilik ku. Sebenarnya aku tak melihat pemandangan itu. Pandanganku hanya KOSONG. Aku masih memikirkan kejadian itu. Kenapa aku tak mampu melupakannya? Apa aku terlalu mengharapkannya? Dina ayo move on dari dia!!! Kamu gak boleh mengharapkannya!!! Hanya ucapan itu yang sejenak menyemangatiku.

Lamunan itu telah hancur, kerana terasakan olehku tepukan tangan yang menepukkan ke bahuku secara perlahan. Aku mendongak dan menatapnya. Orang itu tersenyum ke arahku. Wajahku yang sembab dan air mata itu masih sedikit mengalir. Aku langsung mengusapkannya dengan tanganku. Orang itu merangkulku. Terasa hangat dan sangat hangat. Andaikan dia yang sekarang memelukku?.

“Din, kamu gak boleh sedih terus kayak gini. Kamu harus mampu move on dari dia!” ucap Orang itu yang aku anggap sebagai sahabatku. Keke.

“Tapi, pikiranku masih terus mengingatkanku padanya. Aku belum mampu !” ucapku sembari terisak lagi.

“Kamu pasti mampu . Percayalah padaku!” Ucap Keke meyakinkanku.

Hari ini aku mencuba untuk memulai hari-hariku lagi. Hari-hari yang dulu aku aku jalani sebelum ada kehadiran lelaki itu dalam hidupku. Rasa perih dalam hati ini masih menghurungi diriku. Sebenarnya aku tak berdaya untuk menahannya. Tapi, aku harus kuat! Aku tidak harus kelihatan dan merasa lemah!

Kaki ini menuntunku berjalan menyusiri koridor sekolahan. Sejenak aku memalingkan pandanganku ke arah lapangan basket itu. Tapi, dimana dia? Aku tak melihatnya. Aku mohon kau jangan sembunyi! Walau hati ini masih terasa tersayat, aku masih sanggup untuk melihatmu. Aku mohon tampakkanlah wajahmu!

Wajahku masih terlihat suram, Aku berjalan gontai masuk ke dalam kelas. Aku duduk melamun, dan menyendiri. Itulah yang aku lakukan disana. Keke menghampiriku dan duduk di sampingku.

“Din, apa kamu benar-benar sudah sanggup untuk kembali menjalani hidup ini?”

“Aku sanggup bagaimana pun ini adalah jalan hidupku. Aku tak boleh terpuruk disini. Aku harus mampu bertahan walau tanpa kehadirannya.”
Pelajaran hari ini sudah dimulai. Aku tak mampu menangkap satupun pelajaran yang diberikan. Otakku sudah penuh tentang kenangan-kenangan bersamanya. Waktu perlahan terus berjalan tapi, pikiranku masih berhenti dalam suatu kejadian yang sampai saat ini masih membuatku bertanya-tanya.

FLASH BACK ON

Matahari sudah muncul mengantikan rembulan. Semakin tinggi, semakin tinggi. Aku masih duduk di depan meja belajarku menatap sebuah ponsel yang aku tunggu-tunggu untuk berbunyi. Kenapa sampai saat ini dia belum meneleponku? Biasanya jam segini dia sudah menanyakan padaku. Sudah makan belum? Lagi apa? Aku sangat merindukan pertanyaan-pertanyaan itu.

DRRTTT… DDDRRRTT…

Ponselku bergetar! Aku langsung bergegas meraihnya dan mengangkatnya. Aku melihat layar ponselku dan ternyata benar dia meneleponku! Seketika itu hatiku yang penuh dengan penantian, berubah menjadi berbunga-bunga.

“Halo,”

“Nanti sore kamu ada acara?”

“Tidak, emangnya kenapa?”

“Aku mau ketemu kamu di tempat pertama aku menyatakan cintaku padamu.”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience