SEMALAMAN Harum bersengkang mata. Teman yang merajuk enak menjamah tilam
usang di kamar sepi. Harum kasihan, Harum simpati. Tahap perasaan paling
dalam meresap merusuh diri. Kuntum lena menjamah mimpi. Wajah yang
tenang, sesekali terusik kerutan yang mungkin disinggah igau ngeri.
Seminggu sudah didapati Kuntum hilang dari rumah. Namun baru semalaman
Kuntum dijumpai sedang lena di bawah pohon pisang kepunyaan Harum.
Dipimpin temannya pulang ke teratak usang yang letaknya di balik kebun
buah-buahan Harum. Pepohon yang sedang ranum berbuah melihat gelagat dua
teman itu, yang sedang asyik menjalin pimpinan agar sampai ke teratak
dengan selamat. Kelihatan pohon rambutan yang lebat berbuah merah
mengenyet mata kepada pohon mangga. Masing-masing terbuai oleh pawana
petang yang damai.
Saksi alam kepada kejadian itu seperti meleraikan resah terpendam. Harum
hanya melihat mainan pepohon dan tanamannya, riang mengusik sesama
sendiri. Dia tahu benar, pohon langsat gemar mengusiknya tika Kuntum
datang bertandang. Senyumnya pudar tiba-tiba. Harum ligat menyusun
fikir, mengapa Kuntum terdampar seperti itu? Adakah Kuntum menjadi
santapan rakus Si Jalang yang sedang asyik memburu mangsa serakahnya?
Ah…jangan! Tidak sekali…Jangan!
Share this novel