Melanie POV
Akhirnya, penderitaanku selesai. Dua jam, dokter gila itu mengajakku berputar putar. Sekarang dengan kejamnya, ketika sudah sampai dirumah sakit dia dengan tak memberiku jeda untuk beristirahat sudah menyuruhku memulai jadwal praktik pagi ini. Padahal jam masih menunjukkan pukul 9 pagi. Masih 1 jam lagi dari jadwal yang ditentukan. Walau pasien memang sudah mengantri. Haiiisshhh… Aku tersiksa kalau begini.
"Suster Melanie... Senyum." Tuh kan dia kembali membuatku kesal. Dia sudah tampak segar dengan rambut basahnya yang baru saja dia basuh di kamar mandi dan sekarang sudah rapi dengan jas dokternya. Dia sih enak sempat mandi setelah tadi dari pasar. Lah aku masih berkeringat begini sudah disuruhnya mendata pasien.
"Saya tak bisa senyum kalau dokter terus memaksa saya" ucapku ketus tapi dia tak menanggapinya.
"Sudah panggil pasien pertama, kasihan anak-anak yang sakit menunggu" tuh kan dia memerintah seenaknya sendiri.
Akupun akhirnya menurutinya dan bergegas memanggil pasien.
Aby POV
Kulirik Melanie yang sedari tadi mengusap-usap keningnya yang basah itu. Hahaha… aku bisa lihat dia tak nyaman karena tubuhnya pasti lengket setelah kuajak berkeliling 3 pasar tadi pagi. Wajahnya juga sudah nampak kelelahan dan raut mukanya tampak jutek sejak tadi.
"Sudah kan Dok pasien sudah habis, kalau dokter tak ada keperluan lagi saya harus ijin untuk berganti pakaian dan mandi" ucapnya ketus kearahku.
"Ehmm suster masih berkeringat begitu tak baik mandi dengan badan berkeringat begitu" dan dia makin melotot kearahku. Haaa… kena dia.
"Saya juga tak mau berada disini dengan badan lengket begini" ucapnya galak lagi. Tapi aku menunjuk jam di dinding.
"Jadwal anda masih 2 jam lagi Sus… jadi jangan meminta ijin lagi... saya mau memeriksa daftar pasien dulu ya... suster duduk saja disana... siapa tahu nanti saya butuh sesuatu" dan dia akan memprotes tapi kemudian kulihat dia mengatupkan bibirnya. Menghentak kakinya dan berjalan kembali ke mejanya.
"Paaaaapiiiiii" tiba tiba suara anak kecil membuatku terkejut.
Aku tersenyum ketika menyadari siapa yang ada diambang pintu dan terlihat senang melihatku.
"Aihhhh Bulaaann yaa… sini Papi kangen" aku beranjak dari kursiku dan mendekati balita usia 4 tahun itu. Bulan putri bungsu Kak Al yang memang sangat lengket denganku. Kalian tahu kan lolipop past?. Dulu Raya… putri sulung Kak Al yang sekarang sudah berusia 12 tahun dan juga Bumi putra kedua Kak Al yang sekarang sudah berusia 10 tahun memang sangat akrab denganku.
Apalagi sekarang bulan juga selalu memanggilku Papi karena Kak Al dipanggilnya Abi dan Mbak Ceryl Umi.
"Sama siapa kesini?" Bulan langsung menunjuk pintu dimana seorang perempuan cantik dengan hijabnya itu muncul dan tersenyum.
"Itu katanya Bulan kangen dengan papinya..." Mbak Ceryl melangkah kearahku dan Bulan yang sudah kugendong.
"Mi... Bulan sama Papi aja ya!" rajuk Bulan ke arah Mbak Ceryl dan aku juga mengangguk mengiyakan.
"Papinya gimana?" Mbak Ceryl bertanya kepadaku.
"Ya udah tinggal aja… nanti biar pulang ama Papi ya" kucium pipinya yang gembil membuat Bulan terkikik geli.
"Bulan jangan nakal ya ama Papi!" Mbak Ceryl mengusap kepala bulan dengan sayang. Lalu segera menatapku.
"Papi titip bulan ya... nanti langsung kerumah aja." Mbak Ceryl lalu melangkah keluar diikuti lambaian tangannya.
"Siaaapp Umiii."
Mbak Ceryl memang memanggilku dengan sebutan Papi jika didepan bulan karena itu permintaannya. Kalau tak dituruti ini anak bisa merajuk dan rewel.
"Papiiii minta lolynyaaa," rengek Bulan ke arahku. Aku terkekeh tuh kan pasti minta permen.
"Ehmm jadi ini anaknya?" Tiba-tiba kudengar suara Melanie. Astaga aku sampai lupa kalau ada Melanie didalam sini.
“Iiyaaaa," jawabku sekenanya karena Bulan sudah mulai merengek turun dan meminta lolipop.kalau tak segera dituruti nanti dia bisa menangis disini.
"Ohhh…" hanya itu yang terdengar dari mulut Melanie.
"Papiiiiii ketempat Akung yaaa!" Tuh kan Bulan sudah rewel lagi ninta ke tempat Daddy.
"Ehhh Bulan… Akung lagi praktek. Nanti setelah jam makan siang ya. Bulan disini dulu tuh Papi punya lolipop banyak." Kutunjuk tas yang berisi lolipop tadi dipojok ruangan.
"Oh Suster Mel… tolong ya... jagain Bulan sebentar. Saya masih harus memasukkan data pasien dulu."
"Bulan sama Suster Mel dulu ya!" Aku mengecup pipi Bulan.
"Okeee Piii… Yuukk aahh… Sus Mel… Ambilin Bulan pelmen itu." Bulan memang anak yang gampang akrab dengan siapa saja. Kulirik Melanie tampak terkejut saat Bulan sudah menariknya untuk berdiri.
"Sus... main boneka-bonekaan ama Bulan ya! Piiii boneka Bulan mana?" Bulan menoleh ke arahku. Kutunjuk nakas yang ada diujung kamar.
Kemarin aku menyimpan boneka yang dibawanya kemarin tak sengaja.
Melanie kembali mengernyit menatapku tapi apa peduliku.
*****
Melanie POV
Jadi si dokter tengil itu sudah punya anak dan istri? Astaga kenapa ada rasa kecewa menyelusup di hatiku. Aiisshh apa-apaan ini? Apa peduliku juga.
"Dok ini anaknya tidur" Setelah 2 jam bermain dengan gadis kecil yang menggemaskan ini. Putrinya sangat lucu dan menggemaskan berbeda dengan papinya itu haiisssh.
"Oh makasih ya Sus kau pintar merawat anak… hemm bisa bisa." Dia mengerling kearahku lalu menggendong Bulan.
"Jangan genit Dok, ingat istri," entah kenapa aku mengucapkan itu. Uhh bodohnya aku. Dokter Aby berbalik ke arahku. Mati aku.
"Istri? Kau mau jadi istriku?"
"Haaahh?" Astaga naga dokter ini memang sudah tak waras.
Share this novel