FUNNY

Romance Completed 5241

Aku ingin tertawa melihat raut wajah Melanie didepanku. Pucat pasi tapi berubah lagi menjadi semburat merah dan kembali berubah menjadi merah yang kalian tahu pasti kalau orang sedang marah.

“Is… Istriiii? Anda sudah gila?" ucapnya kemudian lalu segera berlari pergi dariku. Ahahah… Sungguh hiburan yang membuat suasana hatiku ceria. Bagaimana dia sedari tadi mengira kalau Bulan adalah anakku. Bagaimana dia mengira kalau Mbak Ceryl itu istriku. Haiisshhh suka bingung dengan pikiran kaum wanita. Mereka suka menyimpulkan dengan perasaan bukan dengan otak mereka.

Masa panggilan Papi dan Umi sinkron? Kalau Papi itu ya dengan Mami dan Umi dengan Abi. Aiisshh ngomong apa sih aku ini. Yang penting seharian ini aku puas mengerjai Melanie galak itu. Entahlah mulai kecanduan mengerjai asistenku itu. Salah siapa jadi orang kok galak.

Aku menggendong Bulan dan melangkah ke luar dari ruanganku. Ehm... Harus ketempat Daddy sekarang dan memintanya untuk mengantarkan ke rumah Kak Al.

*****

"Halo Eyang Kung!" Raut wajah Daddy langsung tersenyum begitu melihat Bulan digendonganku.

"Looohh itu Bulan ko bisa sama kamu By?" Daddy langsung beranjak dari duduknya dan menerima Bulan dari tanganku.

"Biasa tadi diantar Mbak Ceryl, Dad. Kangen katanya ama Papinya." Daddy tersenyum lalu menciumi pipi gembil Bulan.

"Lah terus ini gimana? Dia bobok gini."

"Kita anterin aja ke rumah langsung ya! Tadi Aby pakai motor soalnya Dad jadi pakai mobil Daddy aja ya?" Daddy mengangguk setuju.

Akhirnya kami berdua melangkah keluar dari ruangan Daddy dengan Bulan digendonganku lagi. Bocah ini kalau sudah tidur memang pulas.

Saat kami melangkah keluar dari lobi rumah sakit menuju parkiran, disana aku melihat Melanie sedang berdiri di depan rumah sakit tepatnya di tepi jalan seperti sedang menghadang angkot.

Aku segera masuk kedalam mobil dan Daddy segera melajukan mobilnya keluar dari tempat parkir.

"By itu kan Suster Melanie ya?" Daddy menunjuk Melanie yang memang sedang berdiri di pinggir jalan. Hari sudah menjelang malam dan dia sepertinya kehabisan angkot saat ini.

"Dad… Kita anterin aja." Aku menoleh kearah Daddy dan dia mengangguk setuju. Mobil akhirnya berhenti didepannya membuat dia sedikit memundurkan tubuhnya.
Kubuka kaca disebelahku.

"Sus... Kita antar?" Dia tampak terkejut melihatku dan Daddy.

"Oh… Tak usah, Dok."

"Ayo Sus! Kita antar, lagian searah kok. Kita juga sedang menuju Jalan Mataram." Daddy ikut mengajaknya membuatnya sedikit bingung. Aihh ini wanita. Akupun segera keluar dari mobil.

"Sudah kita antar." Kubuka pintu penumpang dan dia masih menatapku ragu.

"Tapi saya." Dia menatap jam ditangan dan melihat ponselnya dengan resah.

"Sudah masuk yuk kasian Bulan kalau kelamaan disini." Akhirnya dia mengangguk dan menurut. Kututup pintu setelah dia masuk kedalam mobil.

*****

"Jadi ini ke rumah Al dulu ya?" Daddy memecah kesunyian didalam mobil.

Aku melirik Melanie dari balik spion diatasku. Dia hanya bermain-main lagi dengan ponselnya.

"Melanie tak keberatan kan ya? Soalnya rumahnya Al sebelum Jalan Mataram." Daddy menoleh kebelakang sedangkan aku hanya menatapnya dari spion lagi.

"I… Iya… Dok... Tak apa," jawabnya membuat Daddy tersenyum lalu membelokkan mobilnya menuju rumah kak Al.

*****

"Ehhh… Bulan bobok ya?" Mbak Ceryl langsung meminta Bulan dari gendonganku.

"Iya capek maen tadi padahal belum makan juga dia." Daddy sudah berdiri disampingku.

"Pah... By... Makan aja sekalian yuk disini. Tuh kebetulan Mas Al baru aja pulang dan buat menu baru gitu." Aku dan Daddy saling bertatapan. Lapar juga ini perut apalagi kan Mommy hari ini sedang ke Semarang menunggui Mbak El yang sudah mau melahirkan jadi tak ada salahnya makan disini. Hehehe.

"Wuaaahhh aku sih seneng bisa makan disini Daddy gimana?" Daddy mengangguk antusias malah.

"Ya udah yuk masuk." Mbak Ceryl mengajakku dan Daddy untuk masuk kedalam rumah.

"Dok." Eh aku baru ingat dengan suara itu. Ketika aku menoleh, Melanie sudah berdiri di depan mobil dengan menenteng tasnya.

"Oh lupa Dad, ada Melanie kan ya." Aku menoleh kearah Daddy.

"Mel, ikut makan sekalian yuk!" Daddy bersuara sebelum aku juga berpikiran yang sama.

"Ohhh ada tamu toh. Yuk ikut makan bersama saja." Mbak Ceryl malah sudah menghampiri Melanie dan menggandengnya.

"Tapi… Saya… Eh... Tak usah… Saya langsung pulang."

"Suster Melanie, tak baik menolak itikad baik orang dan jangan menolak rejeki." Suara Daddy membuat Melanie akhirnya terdiam dan melangkah ragu memasuki rumah tapi sesekali dia melirikku dengan aneh. Haaa... Kenapa gadis ini.

"Langsung ke meja makan aja ya! Mau boboin Bulan duluuu." Mbak Ceryl melangkah ke arah kamar di lantai 2. Daddy langsung melangkah menuju ruang makan yang lurus dengan ruang tamu tempat kami berdiri.

"Dokter Aby saya pulang saja." Tiba-tiba Melanie menarik ujung jaketku membuatku menoleh ke arahnya.

"Nanti habis makan. Masakan Kak Al beuuuhhh enak loh!" Kuacungkan jempolku ke arahnya.

"Ehnm tak enak Dok ini kan rumah Dokter dan ada istrinya pula." Ehhh… Dia ngomong apa sih?
.

"Om Abyyyyyyyyy." Tiba-tiba suara duo rame alias Mahardika putri sulung Kak Al yang kini berusia 12 tahun dan Bumi putra kedua Kak Al yang kini berusia 10 tahun sudah mengagetkanku.

"Haissshhhh kalian ini!" Mereka sudah memelukku dari belakang berbarengan membuat tubuhku agak limbung kedepan.

"Ahahahah mana lolinya?" bisik Bumi membuatku tersenyum. Terang saja mereka berbisik begitu karena takut dimarahin Uminya kalau ketahuan minta permen loli kepadaku.

"Tuh di bagasi mobilnya Eyang Kung tapi jangan yang rasa coklat itu punya Om!"

"Okee siaaappp Bos!" ucap keduanya dan segera berebut berlarian keluar menuju mobil

"Dok."

"Eh ada Melanie." Aku mencoba mencandainya karena dia sepertinya sudah mulai kesal.

"Saya pulang ya." Dia berbalik ke arah pintu.

"Abyyyyyyy itu Melanie-nya diajakin kesini!" Teriakan Daddy membuatku tersenyum ke arah Melanie dan menarik pergelangan tangannya membuatnya terkejut.

"Jangan kurang ajar Dok!" Dia mencoba mengibaskan tangannya dariku.

"Ehh itu Daddy sudah berteriak-teriak gitu jadi harus segera kesana."

“Tapi saya, Dok." Dia kembali mencoba berontak.

Akhirnya kulepaskan tanganku darinya. Dia tampak melotot ke arahku dengan galak.

"Dokter itu tak malu apa disini ada istri Dokter juga ada papa Dokter. Kenapa menarik-narik tangan saya?" Eh mengomel absurd lagi ini cewek.

"Siapa yang istri? Kamu dari tadi bilang istri terus. Kamu mau jadi istri saya?" Matanya makin membulat mendengar ucapanku.

"Dasar dokter genit. Saya tak mau dipoligami!" Ehhhh apa kata dia? Poligami.

"Lah siapa yang mau berpoligami satu aja belum dapet kok!" jawabku santai membuatnya makin menatapku kesal.

"Sadar Dok disini ada istrinya. Kasian istri cantik dan muslimah kok Dokter sibuk merayu wanita lain." Heh dia pikir Mbak Ceryl istriku? Astaga naga dia masih salah paham sepertinya.

"Siapa yang istri saya?" Aku kini melangkah mendekat ke arahnya tapi dia melangkah mundur.

"Umi-nya Bulan," jawabnya lantang membuatku seketika membelalak tapi kemudian tawaku akhirnya pecah.

"Abiiiii kebiasaan yaa ketawanya!" Ketika aku menoleh kulihat Kak Al dan Mbak Ceryl yang bergandengan mesra sedang menatapku dan Melanie.

"Ishhh Kak Al ganggu aja."

"Iya gangguin kamu yang lagi ngerayu gadis cantik udah rayu merayunya nanti aja. Sekarang makan.” Kak Al langsung berlalu dari hadapanku dengan menggandeng Mbak Ceryl.

Kulirik Melanie yang tampak melongo didepanku.

"Apa?" Kuucapkan itu saat dia menatapku bingung.

"Saya masih belum beristri dan beranak ya Sus. Jadi..." Aku bersedekap didepannya dan menatap wajahnya yang kini benar-benar memerah karena malu.

"Tapi… Bulan... Tadi." Dia masih mencoba membela diri.

"Haaaa soal Bulan ya? Ehmmm… Bisa jadi dia memang anak saya." Bisa kulihat raut wajahnya yang berubah lagi kali ini tampak ada kekecewaan tapi hanya sedikit dan mungkin kemarahan di sana.

"Dokter jangan mempermainkan saya ya!" ucapnya galak lagi.

Ahhhaaa ini sungguh menyenangkan.

Kuhampiri dirinya dan kutepuk kepalanya membuat dia membelalak lagi.

"Kepala cantiknya ini tolong ya dibuat berpikir dulu." Ucapanku terang saja membuatnya meradang.

"Adaaaaaaaaawwww!" Tanpa kuduga dia menginjak kakiku dengan sepatunya itu... Aiiiiiiihhhhhh sakiiiiiit.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience