Ethan meneguk minuman yang dihidangkan Denny, mereka bertiga berbincang dengan lancar, namun yang keduanya tidak ketahui adalah rencananya Denny.
Ethan dengan khusyuk menelaah pelajaran yang mereka bincang, perlahan efek ubat tidur berjalan, entah mengapa perasaan Ethan dia semakin lelah dan terlelap.
"Ethan?..."Elya terkejut melihat Ethan yang entah bila terlena tanpa dia sedari.
"Ah...sepertinya dia kelelahan kerana belajar!" ujar Denny.
"Hm...kalau macam tu, setakat ni sajalah, nanti kita belajar lagi!" Ujar Elya cuba bangkit.
Namun tiba-tiba, Denny menangkap lengannya dan menariknya hingga dia terjatuh ke pangkuan Denny, wajah Elya segera memerah.
"A..apa yang kamu buat?" ujar Elya, dia memandang jengkel kearah Denny.
"Awak nak balik sekarang Ker?" Tanya Denny, wajahnya merenung tajam.
"Habis tu? Ethan sudah mengantuk, jadi lebih baik balik, esok kan kita boleh sambung!" jawab Elya, hatinya merasa resah.
Tanpa diduga, Denny memautnya lebih rapat, Elya cuba menolak menjauh tetapi Denny terus menariknya hingga dia betul-betul bertentangan wajah dengan Denny.
"Ethan lagi tidur jadi biarkan dia, kita lanjutkan pembelajaran lainnya!" ujar Denny yang senyuman mulai berubah.
"Pembelajaran lain? jangan main-main!!" Bentak Elya.
Mendengar suara Elya yang makin keras, Denny menekup mulut gadis itu, dia mengangkat Elya dengan mudah dan menghempaskannya ke katil, mata Elya terbeliak tidak percaya, dia cuba meronta namun tekanan yang diberikan Denny lebih kuat.
"Jangan bergerak, sulit tahu!" ujar Denny menyeringai, perlahan jemarinya menyusup kebawah gaun yang dikenakan Elya dan menemui sesuatu yang dicarinya.
"Jangan Sentuh!!" bentak Elya.
"Alah, sebentar jer pun," Denny menyeringai, dia meraba sambil memainkan jemarinya, Elya meronta dan cuba melepaskan diri dari tindihan Denny.
"Aku kata lepaskan!" ujar Elya terus meronta.
Denny tidak mendengar ucapan Elya, sentuhannya membuahkan hasil, permukaan tersebut kini mulai lembab dan basah, wajah Elya memerah dan suaranya mulai teredam dengan sedikit desahan.
"Denny....cukup! jangan lakukan lagi!..."ujarnya dengan suara putus-putus.
"Apa? awak tak nak yang lebih nikmat?" tanya Denny tersenyum, pelahan dia menarik celana dalam Elya hingga menampakkan lembah yang sudah basah.
"Er..r..apa yang kamu lakukan?" ujar Elya lantas menutup bahagian tersebut dan segera bangkit duduk berhadapan dengan Denny, wajahnya merah padan.
"Wah...tengok ni! basah habis!" ujar Denny menayangkan celana dalam Elya yang dibasahi cecair lembah tadi.
"Kamu! dasar otak bejat!" Bentak Elya segera merampas celana dalamnya.
Denny tersengih dan kemudian menarik kedua kaki Elya hingga gadis itu terlentang lagi, gaunnya tersingkap dan menampakkan pemandangan yang mengugah nafsu.
Segera Denny menunduk dan menghampiri lembah yang ditumbuhi rumput halus serta tanah yang merah jambu itu. Denny menjulurkan lidahnya dan menikmati permukaan tanah merah tersebut.
"Hmph! jangan!!"Elya menolak keras kepala Denny dan hendak bangkit melepaskan diri. Tetapi Denny menekan lebih kuat membuat Elya tidak bisa meronta.
Sementara itu ditempat karaoke, Kego terus mengerakkan pinggulnya sambil menikmati gua yang Nana, Nana hanya mendesah sambil mengulum senjata milik Rigan.
"Hahaha...kau menikmatinya Kego?" Soal Rigan ketawa menarik senjatanya keluar dari mulut Nana.
"Ya...ini nikmat sekali" ujarnya sambil menepuk pinggul Nana yang empuk.
"Hmph!"
Kego mengangkat Nana dan membuatnya dalam posisi duduk, dia juga turut duduk dan Nana bangkit lalu menjajarkan Senjata Kego bertepatan dengan gua miliknya.
Srutt!!!
Senjata Kego menerobos masuk, Kego merasa keenakan saat senjatanya memasuki gua lembab, Rigan menyeringai dibelakang Nana dan menolaknya ringan hingga Nana jatuh ke dada Kego.
"Oi! apa yang kau buat!" tanya Kego tersentak.
"Takkan kau saja yang nyaman! aku pun mahu!" ujar Rigan melaraskan kedudukan senjatanya ke gua lain.
"jangan disitu! aku belum pernah melakukan itu!" ujar Nana saat Rigan menargetkan lubang yang satu lagi.
"Hahaha....jadikan ini pengalaman pertamamu!" dengan gelaknya Rigan tanpa ampun membenamkan senjatanya kelibang yang lain.
Sreett!!!
Nana memaut erat Kego saat senjata Ringan membenam, Kego memeluk Nana dengan lembut lalu mengerakkan senjatanya, Rigan menyeringai lalu turut mengerakkan pinggulnya.
"Kalian berdua kejam! hmph!" ujar Nana, dengan sedikit desahan.
"Ya! lubang yang satu ini sempit sekali!" ujar Rigan tersengih masih terus mengerakkan pinggulnya.
"Aku mahu keluar!" ujar Kego setelah beberapa waktu.
"Kita keluar bersama, isi penuh kedua lubangnya Nana!!" jawab Rigan.
"Jangan didalam.....ha..." Rasa panas memenuhi ruangan dalamnya, saat Kego dan Rigan memenuhi kedua gua miliknya.
Cecair pekat pelahan menitis saat Kego dan Rigan menarik senjata mereka keluar, keduanya tersenyum puas, sementara Nana terjelepuk di pangkuan Kego.
"Kau okay?" Soal Rigan.
"Okay apanya! kau buat aku merasa perit!" ujar Nana mengelus pantatnya yang terasa perih ditusuk Rigan.
Setelah itu, Rigan membantu Nana mengelap sisa cecair nikmat yang mengotori nya, setelah selesai mereka bertiga meninggalkan tempat itu dengan Nana yang berjalan agak aneh.
Dirumah Denny, Elya menggeliat saat Denny terus menikmati guanya, dia terus menolak kepala Denny untuk menghentikan lelaki dari terus melakukan ulah.
"C...cu...kup!" ujar Elya, tubuhnya mula terasa bahangnya, peluh mulai membasahi keningnya, namun Denny masih melanjutkan permainan.
Tiba-tiba tubuh Elya menyentak dan satu pancuran membasahi wajah Denny, Elya merasakan pertama kalinya dia mengeluarkan cecair nikmat pertamanya.
"I...i..ini memalukan!" ujarnya memandang kebawah melihat wajah Denny yang basah.
Denny bangkit dan mendekat ke wajah Elya, dia menghampiri gadis yang kini berwajah merah seperti baru direbus itu dan berbisik.
"Ini tidak adil! awak mencapai klimaks dulu dan membuat wajahku basah lencun! kamu harus melakukan perkara yang sama juga denganku!" busuknya sambil menyeringai.
"APA!" Elya memandang Denny, wajah memerah.
Share this novel