prolog

Fantasy Series 345

Bab 1

Vina Robert telah meninggal dunia. Dia meninggal dalam keadaan yang mengerikan.
Tetapi malangnya tiada satu pun dari ahli keluarganya bersedih, malahan keluarganya berasa itu adalah pembalasan akibat perbuatannya sendiri. Semua orang merasa gembira tatkala mendengar berita kematiannya termasuklah tunangnya yang sangat dia cintai, Megan Albert.Bukannya mengurus pengebumian untuk mayatnya malah ahli keluarganya pergi ke pesta pertunjukan anak angkat mereka memainkan piano, Arlyka Robert.

Di atas pentas, Arlyka Robert memainkan piano yang melantunkan lagu merdu di bawah sorotan lampu. Wajah ayah dan ibunya tersenyum lembut. Keluarga ini terlihat sangat bahagia. Setelah lagu berakhir, telefon Sara Martin tiba-tiba berdering. Orang di seberang telefon menyampaikan berita kematian Vina Robert. Sara Martin terdiam sejenak, lalu berkata dengan dinginnya, " Padan muka. Kalau dia mampus, pergi jauh-jauh. Jangan ganggu kami".
Dylan Robert menambah dengan ekspresi datar, " Sampaikan kepada Vina, buat masalah juga ada batasnya. Menggunakan cara bodoh seperti ini untuk meraih simpati kami sangatlah menjijikkan. Buat malu keluarga Robert saja!".

"Ayah ibu jangan salahkan kakak. Ini semua salahku, kalau aku tidak muncul dan mengambil posisinya sebagai anak perempuan kamu, dia mungkin tidak akan membuat banyak masalah kerana dengki kepadaku" kata Arlyka dengan air mata yang bertakung di tubir mata.
"Kamu terlalu baik hati. Itu adalah balasan yang setimpal untuk Vina sendiri. Suara garau seorang lelaki namun lembut terdengar. Lelaki bertubuh tinggi dan berkarisma itu mendekati Arlyka sambil tersenyum nipis.
"Megan!" Arlyka langsung berdiri dan berlari ke pelukan lelaki itu.
Lelaki yang datang itu adalah Megan Albert, tunang kepada Vina. Suasana bahagia mulai memenuhi ruangan.

Vina tersenyum melihat tiga orang terpenting dalam hidupnya memeluk Arlyka, memanjakan dan melimpahkan kasih sayang pada gadis itu.
Dia tersenyum sambil menangis. Dia mengingat kembali, ketika keluarga Robert menjemputnya pada usianya lapan belas tahun. Vina baru tahu bahawa dirinya adalah anak dari seorang pengusaha terkenal dan kaya. Dia yang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu langsung terharu saat mendengar Sara berkata dengan nada tersedu-sedu. "Akhirnya kami telah menemukanmu, anakku!"
Begitulah, Vina akhirnya di bawa kembali ke tengah keluarga Robert.

Namun, sudah ada Arlyka yang menggantikan posisinya sebagai anak perempuan kesayangan semua orang di rumah. Jadi, Vina diminta untuk menjadi anak perempuan ke dua keluarga Robert dengan statusnya sebagai anak angkat.
Tetapi dia tidak peduli dengan semua itu, kerana dia hanya menginginkan kasih sayang sebuah keluarga. Dia selalu berperilaku hati-hati atas semua tindakannya dan merendah diri demi mengambil hati keluarga Robert.

Hanya saja, seberusaha apapun yang dia lakukan. Dia tetap tidak mampu menandingi sikap manja dan polos Arlyka. Disebabkan Arlyka terlihat lemah dan tidak ada kepercayaan diri, Dylan dan Sara berkata kepada Vina, "Arlyka selalu dimanjakan sedari dia bayi dan sekarang kerana hal ini terjadi membuatnya tidak ada kepercayaan diri. Vina, bolehkah kamu jangan membuatnya semakin merasa tidak selesa".
Tunangnya juga memberi peringatan dengan sombong, "Vina, kamu sudah merebut semuanya dari Arlyka. Bertolak ansur sedikitlah padanya!"
Kawan-kawan Arlyka juga mengejeknya, "cermin dirimu dengan baik. Perempuan selekeh macam kau tidak akan pernah layak walaupun jadi pembantu Arlyka, apalagi menjadi anak dari keluarga Robert. Mimpi!"

Semua orang menyayangi Arlyka. Dia adalah anak perempuan keluarga Robert yang berharga, sedangkan Vina hanyalah pengemis jalanan yang hina bagi mereka.
Vina tidak berani melawan Arlyka, lagi pula dia juga tidak akan mampu!
Dia selalu menjaga tingkah laku dan mengalah, tetapi malah perlakuan yang tidak adil yang diterimanya, justru membuat luka dihatinya semakin lama semakin dalam.

Vina masih ingat lagi pada hari ulang tahunnya empat tahun yang lalu, Arlyka beria-ria mengajak hendak pergi ke sebuah pulau. Di sana, Arlyka jatuh ke laut. Keluarga Robert bertungkus-lumus menyuruh orang untuk mencari selama seminggu. Namun, hasilnya gagal. Vina dituduh menjadi pembunuh Arlyka. Dylan dan Sara terlalu marah sehingga memutuskan hubungan dengan Vina. Bahkan mereka membiarkan Megan menghumbannya ke dalam penjara.
"Rawat dia dengan baik" cuma beberapa kata, Vina meringkuk di penjara selama empat tahun. Dia disiksa dan merana sepanjang berada didalam sana.

Ketika hari di mana dia dibebaskan, Vina melihat kedekatan antara Arlyka dan Megan di booth galery tepi jalan. Dia baru tahu kalau Arlyka rupanya baik-baik saja dan masih hidup.
Sesaat selepas itu, dia merasa tubuhnya tiba-tiba melayang. Dia dilanggar oleh sebuah lori.
Tubuhnya melayang beberapa meter lalu jatuh meghentam bumi dengan kuat. Seluruh organ dalam badannya terasa hancur. Rasa sakit yang kuat membuatnya tidak mampu bergerak. Dia akhirnya meninggal di situ. Tubuhnya tergeletak di tanah yang sejuk dan dingin. Dia melihat salji yang turun melayang dari langit, dan bermonolog sendiri. "kenapa dia diperlakukan sekejam ini? Sedangkan terang lagi bersuluh Arlyka masih lagi bernyawa!"

Ketika dia sedang sekarat. Dia sempat berfikir adakah ini kifarahnya?
Roh Vina menyaksikan detik demi detik, dia fikir setelah meninggal hatinya tidak akan sakit lagi. Namun, rasa sakit dan amarah yang datang malah lebih hebat menghambat jiwanya dan melukai hatinya. "arhh!" betapa kejamnya. Bahkan setelah dia meninggal, dia masih lagi perlu melihat kasih sayang tak terbatas mereka kepada Arlyka dan macam mana mereka bergembira di atas kematiannya.
Mata Vina menjadi merah. Hatinya bagai disiat. Dia mulai menanam kebencian dan dendam. Pada saat ini, dia lupa yang dirinya sekarang hanyalah roh yang bergentayangan. Dia teringin sekali maju ke depan dan mencabut topeng polos dan pura-pura Arlyka. Namun begitu, ketika dia melangkah maju ke hadapan. Sebuah kekuatan yang maha dahsyat tiba-tiba menariknya ke dalam kegelapan tak berpenghujung.
Dia benci! Benci sekali kerana merasa diperlakukan dengan begitu tidak adil.
Vina menangis lirih dan bersumpah dalam hati. Seandainya waktu diputarkan kembali, dia tidak akan dibutakan lagi oleh kasih sayang keluarga. Tidak akan dia biarkan dirinya dipijak-pijak. Sebab terlalu percaya orang lainlah dia jadi begini. Pandangan Vina mulai kabur lalu menjadi gelap. Dia akhirnya hanyut ke dalam kegelapan.

Sayup-sayup, terdengar seseorang memanggil namanya. "Vina, Vina.." kejadian yang baru saja dia alami tadi seolah-olah hanyalah sebuah mimpi. Tiba-tiba Vina terjaga dan membuka mata. Di atas kepalanya, sebuah lampu chandelier bercahaya menyilaukan. Dia melihat cadar tilam putih hotel dan mencium aroma detol yang samar-samar.

Situasi ini. Vina tertegun. Bukankah dia sudah meninggal? Dia meninggal pada hari dia dikeluarkan dari penjara setelah menjalani hukuman selama empat tahun secara tidak adil. Mayatnya juga dibiarkan tanpa ada ahli keluarga yang menuntut. Vina segera bangkit dari baringannya, dia memeriksa seluruh badannya sendiri dan tiba-tiba dia menyadari sesuatu. Dia langsung lompat dari atas katil lalu menuju ke depan cermin di dalam bilik. Pantulan dirinya di cermin menampilkan seorang gadis berambut hitam panjang, berkulit putih dan memiliki sepasang mata yang indah.
Ini adalah rupanya sewaktu dia berusia lapan belas tahun.
Dia masih hidup! Dia masih lagi belum mempercayainya. Dia memegang dadanya, merasakan jantungnya berdebar dengan laju airmatanya mulai mengalir.
Ya Tuhanku sungguh baik, mengizinkanku untuk terlahir kembali ke usia lapan belas tahun.
Tidak ada bekas luka yang mengerikan di badannya yang didapatnya dari penjara. Vina tertawa sambil menangis. Setelah kegembiraan itu berlalu, perasaan benci di hatinya mulai hadir. Di kehidupannya yang lalu, dia terjerumus dalam cinta sebelah pihak terhadap tunangnya,dan dia juga tidak di sayangi dan diabaikan oleh keluarganya sehingga berakhir mati dengan tragis.
Di kehidupan kali ini, semuanya masih belum terlambat. Dia tidak mahu dipijak-pijak lagi oleh orang sesuka hati. Dia ingin mengubah takdirnya!

Vina mengesat airmatanya. Sepasang matanya meliar, seperti binatang buas mencari mangsa. Hilang sudah kenaifan dalam dirinya, digantikan dengan perasaan dendam yang menakutkan.

Kemudian, dia mengambil pasu bunga dari meja dan melangkah menuju ke pintu bilik yang tertutup rapat.

bab 1 (terlahir kembali)

Share this novel

User22774
2024-11-18 01:39:04 

novelnya bagus


NovelPlus Premium

The best ads free experience