Rate

Dua

Drama Series 6097

Lelaki itu berjalan dengan tenang, tangan yang di masukan di kedua saku celana tak pula meninggalkan kesal yang begitu cool. Tak pula ia tersenyum kepada seluruh awak kapal yang melihatnya dulu.

Pandai memainkan situasi yang ada merupakan ciri khas keluar Jhonson Benedict. Pria berkulit putih serta mata biru kehijauan itu selalu saja lolos dari setiap perangkap yang ada.

Terlintas di benaknya suara jeritan bahkan desahan kesakitan dari si korban yang meronta-ronta, membuat seutas senyuman yang mengembang terkesan manis dan lembut di sana.

Tapi siapa yang tahu, senyuman semanis itu ternyata hanyalah sebuah kedok belaka.

*
* *
Mata Jessica terpenjam untuk kesekian kalinya ketika kepalanya berbenturan dengan bantal lembut nan empuk itu.

Sangat nyenyak untuk tidur di jam segini.

Daniel yang masih senantiasa berada di bangkunya kini beranjak naik ke kasur dan berbaring di samping Jessica yang telah masuk ke alam mimpi. Didekatkannya wajah nan tampannya itu ke wajah Jessica.

Cup...

Sebuah kecupan manis namun singkat Daniel berikan tepat di bibir Jassica. Senyum yang mengembang terlontar di wajah tampan Daniel ketika di lihatnya Jassica yang tidak merespon dirinya.

Jam yang telah menunjukkan pukul 3 pagi membuat mata calon ibu itu terlelap dengan nikmatnya setelah bergadang semalaman karena Daniel yang selalu memperhatikannya terbaring di atas kasur.

Tidak ada alasan untuk Jessica mengusir pria itu, karena kamar ini merupakan kamar sewaan Daniel selama di kapal pesiar.

??
??
??

Wangi aroma sub, membuat Jessica terbangun dari tidur nyenyak nya. Tidur di atas kasur King Size ini memang sangat ampuh membuatnya tertidur senyenyak ini. Bahkan mungkin ini pertama kalinya Jessica merasakan nikmatnya tidur di sebuah kasur nan empuk itu, kasur yang ia miliki di rumah kecilnya bukan lah kasur yang begitu empuk bahkan terkesan sudah ingin lapuk karena sudah lama belum pernah ia ganti sejak pertama kali ia membeli nya 5 tahun yang lalu.

Aroma sub yang menggugah selera tak henti menggoda dan terus menggoda imannya. Jessica pun mencoba bangun dan duduk di pinggir ranjang. Diambilnya sub itu untuk ia makan bersama sang cabang bayi.

Enak sangat enak rasa sub itu, Jessica sampai-sampai tak meninggalkan setetes pun. Diletakkannya kembali mangkok itu di tempat semula dan ia beranjak mengarah kearah jendela yang masih tertutup dengan gorden panjang bewarna putih ini.

Digesernya tirai gorden ke arah samping dan melihatkan pemandangan nan indah di luar. Terlihat seorang pria yang sedang berenang di kolam renang di bawah sana. Jessica begitu yakin bahwa pria itu pasti Daniel yang sedang berenang menikmati sentuhan air kolam yang begitu hangat dikala teriknya mentari di siang ini.

Tetapi seperti ada yang berbeda. Jessica kembali melihat seisi ruangan kamar yang di tidurinya. Sebuah kasur berukuran King Size, dua buah lemari bewarna hitam senada, sebuah nakas kecil di samping tempat tidur, sebuah kaca besar nan panjang, serta sofa dan Tv yang berhadapan.

Dimana ini?  Bukankah ia berada di dalam kapal pesiar beberapa waktu yang lalu? Dan pakaiannya? Ia sekarang memakai sebuah piyama bewarna putih. Apa yang terjadi? Dimana Daniel sekarang? Bukankah ia bersama pria itu beberapa menit sebelum ia tertidur tadi. Dan pria yang sedang berenang di bawah sana itu pasti Daniel.

Jessica dengan berlari kecil mengarah kepintu yang diyakininya pasti pintu utama di ruangan ini. Belum saja Jessica membuka ganggang pintu ternyata pintu itu terlebih dahulu terbuka dan menampakan seorang pria tampan dengan ciri khas mata birunya dan senyuman manis yang selalu terlontar di wajah tampan itu. Dia Daniel.

"Hai..." seketika Jessica terpanah akan senyuman yang begitu manis serta sapaan dari pria di hadapannya ini.

"Aku tahu aku tampan, jadi jangan berlebihan melihatku seperti itu. " Daniel sembari menarik hidung Jessica.

Begitu manis dan imut Jessica di matanya. Seorang pria misterius serta memiliki ketampanan bak pangeran dari negeri dongeng ini kini telah jatuh hati dengan seorang gadis berparas bak dewi yunani serta tubuh mungilnya yang begitu ringan.

"Katakan padaku, ini dimana?" tanya Jessica dengan tatapan serius mengarah kemata Daniel yang sedari tadi menatap matanya.

"Ini rumahku." kata Daniel sembari bejalan melangkah masuk kedalam kamar yang telah ditiduri Jassica selama 2 hari ini. Dan yahhhh, Daniel membiusnya, sengaja ia melakukan itu karena ia tak ingin wanita yang kini telah memikat hatinya lolos begitu saja.

"Rumahmu?" tegas Jessica memastikan pendengarannya tidak salah.

"Yah, rumahku. Kenapa? Kau terkejut?"

"Ba-bagaimana bisa? Bukankah tadi malam kita masih di dalam kapal?"

"Yah, dua hari yang lalu" sontak mata Jessica membulat mendengarkan perkataan 'dua hari yang lalu'. Apa maksudnya? Dua hari yang lalu? Jadi selama dua hari ia di atas kasur bak putri tidur yang tidak bergerak atau melakukan aktivitas mandi dan makan? Lantas bagaimana kondisi bayi yang ada di kandungan nya saat ini?

'Oh tidak' Jessica membatin dan spontan memegang perut bawahnya. Yah bayi nya! Bayi yang ada di dalam kandungannya, apa dia baik-baik saja? Sesaat Jessica merasa ia telah gagal menjadi seorang Ibu yang menjaga anaknya dan sesaat ia teringat aksi konyolnya yang ingin melenyapkan anak yang ada di kandungannya dan dirinya sendiri.

Daniel yang melihat Jessica hanya berdiri termenung memegang perutnya itu lantas membuyarkan lamunan gadis itu. "Kau masih lapar?" Daniel sembari melirik mangkok sub yang sudah kosong di atas nakas.

"Hah? Aaa aa iya! Apa aku boleh meminta sepotong roti dan segelas air?" Jessica mencoba bernegosiasi tanpa pria itu mengetahui rahasia dirinya dan mencairkan suasana.

"Tentu saja kau akan mendapatkannya, dan yah..." Daniel menggantungkan kalimatnya setelah ia menyadari tirai jendela yang ada di ruangan ini telah terbuka dan ia segera melangkah mendekat ke jendela. Dan benar saja terdapat seorang pria di bawah sana yang sedang asik menikmati aksi berenangnya. 'Dia melihatnya?' batin Daniel kini berbicara. Dan dengan segera Daniel menutup kembali tirai tersebut hingga membuat Jassica merasa kebingungan dengan aksinya.

"Aku membelikan mu sebuah gaun. Kurasa cocok di tubuhmu." Daniel kini beranjak mendekati sebuah lemari dan segera membukanya. Dan benar saja itu adalah sebuah gaun  yang sangat cantik dan mungkin harganya juga selangit. "Pakailah, kau cocok memakainya." Daniel sembari berjalan menuju Jassica dan memberikan gaun itu dan segera pamit keluar kamar membiarkan Jassica menganti baju piyama yang dikenakannya.

*
* *
Dan kini setelah Jessica mengganti bajunya dan makan siang bersama Daniel mereka pun segera pergi meninggalkan rumah mewah bak istana tersebut dan mobil hitam itu melaju di jalanan sepi menembus pepohonan yang amat besar dan rindang entah seperti hutan ataukah apa sungguh jalanan itu sangat mengerikan. Tak Jessica dapati lampu jalan setelah sekian lama ia melewati jalanan aspal tersebut. Entah ada apa di pikiran pria di sampingnya ini yang sedang menyetir, kenapa ia memilih tinggal di rumah yang amat jauhnya dari pusat kota dan mungkin saja hutan ini banyak sekali binatang buasnya. 

Jessica yang begitu merasa kebosanan di dalam mobil kini secara perlahan membuka kaca jendela mobil dan membuat hembusan angin menerpa wajahnya dengan lembut dan sekilas mengukir senyuman yang telah lama menghilang dari wajah manis nan cantik itu.

Mobil ferrari hitam itu terus saja melaju kencang melewati hutan hujan tropis ini serta jembatan tua yang begitu menyeramkan saat dimalam harinya. Daniel yang senantiasa menatap arah depan kini berpaling menatap senyuman Jessica yang terlontar untuknya.

Deg!

Seakan jantung itu ingin copot dibuatkannya. Daniel tak berkutik sama sekali melihat senyuman langka itu. Terlintas di benaknya seorang wanita cantik tersenyum hangat serta melambaikan tangan kearahnya. Sangat manis dan hangat. Seorang gadis yang serupa dengan wanita itu kini telah ia temukan.

Jessica yang merasa jikalau Daniel menatapnya terlalu lama kini menegur pria itu untuk tetap fokus pada keadaannya yang masih menyetir mobil dengan keadaan laju tak terkendali.

Dan kini mobil mewah itu berhenti tepat di depan gang sempit yang tak jauh dari pusat kota serta taman kota yang berjarak tidak jauh dari keadaan mereka saat ini.

Jessica yang begitu anggun kini keluar dari kereta kencananya dan tak lupa berpamitan kepada sang pangeran yang telah senantiasa untuk mengantarkan nya pulang.

"Kau tidak ingin mampir?" tanya Jessica setelah keluar dari mobil.

"Tidak. Lain kali saja. Aku masih ada urusan di kantor."

"Baik lah. Terimakasih atas tumpangannya dan gaun ini. Jika kau berkenan mungkin besok atau lusa aku akan mengembalikan gaunmu ini."

"Tidak. Itu untukmu. Kau pantas mendapatkannya." Jawab Daniel dengan senyuman yang mengembang di kedua sudut bibirnya. Dan mobil itu pun berjalan kembali menyusuri jalan ibu kota yang padat dengan penduduk yang berlalu lalang.

Dengan langkah gontai, Jessica menulusuri gang sempit itu. Gang sempit yang hanya bisa di lewati pejalan kaki.

Langkah kaki itu semakin lama semakin pelan. Air mata yang entah datang dari mana kini membasahi pipinya.

Dilihatnya sebuah rumah kecil yang selalu tampak rapi dan indah dengan bunga-bunga yang bermekaran kini telah berubah total. Tanah yang berserakan di teras rumah, kaca yang pecah, serta seluruh tanaman tercabut dari potnya membuat hati sang calon ibu itu tersayat-sayat.

Bagaimana tidak. Seluruh warga memporanda rumah kecil yang dengan susah payah ia cicil sewaktu bekerja dulu. Dan kini hanya karena masalah ia hamil di luar nikah, seluruh warga menjadikannya musuh dan menjulukinya sebagai pembawa aib buruk.

"A...apa yang kalian lakukan?" tanya Jessica sewaktu beberapa warga keluar dari dalam rumahnya.

"Hai. Lihat itu. Si gadis tidak tahu malu. Berani-beraninya masih menginjakkan kakinya di sini." kata salah satu dari warga.

"Hai gadis kotor. Ambil barang-barangmu ini." sebuah koper pun terlempar ke tanah. Jessica yang melihat koper itu tergeletak kini meraihnya dan membersihkannya dari tanah yang mengotorinya.

"Kau pantas mendapatkan itu." celoteh warga yang lain yang baru datang.

"Hai Jessica. Bukankah kau telah di usir? Kenapa kau masih ada di sini?" sambung salah seorang warga.

"Oh yah. Apa kau mau diberi uang dulu baru kau akan pergi? Seperti pekerjaanmu itu." sindir warga lain.

"Kau ingin harga berapa hah?" sambung warga lain.

Air mata yang kini tak tertahan mulai menetes di pipi Jessica. Kata-kata kasar dan hinaan itu sukses membuat mentalnya tergoyahkan. Bagaimana tidak? Ia memang berkerja di salah satu club malam sebagai pembawa minuman. Tetapi ia tidak pernah sekalipun memakai pakaian seksi dan menggoda tamu-tamu di sana. Ia hanya sebagai tukang pengantar minuman dan pembersih bersih setelah jam tutup bukan sebagai wanita penggoda.

Begitu sakit dan terhina. Kini Jessica menghapus air mata yang sempat membasahi pipinya dan mulai memasang wajah dingin seperti biasa di saat ia berkerja.

"Baiklah. Dimana uangku?" celoteh Jessica sembri menatap para warga dengan tatapan yang tak di mengerti.

"Wow... Kalian dengar? Gadis itu sungguh tidak tahu diri." kata salah seorang warga dengan tatapan menghinanya.

"Apa yang kalian lihat? Dimana uangku?" sahut Jessica kembali.

"Dasar wanita murahan. Jika kau mau uang ini..." segepok uang pung melayang dan jatuh tepat di kaki Jessica. "Itu ambilah. Dan pergi dari sini."

Dengan berat hati Jessica pun mengambil uang yang di bungkus amplop berwarna coklat itu. Dan dilihatnya lembaran uang bernominal besar di sana. Wow. Ia tak menyangka bahwa warga yang berada di sini sangat kaya dan rendah hati, sampai-sampai ia di berikan hadiah seperti ini.

"Baiklah. Aku terima ini." sahut Jessica lalu pergi dari hadapan warga dan rumah yang selalu di perjuangkannya itu.

"Dasar wanita tidak tahu malu." teriak seorang warga yang kini sukses mengiris hatinya.

*
* *
Kini hari telah berganti menjadi malam. Malam yang begitu dingin disertai gerimis yang senantiasa menemani langit malam tak henti membuat aktifitas warga terhenti sesaat.

Disisi lain. Seorang wanita berjalan di bawah terangan lampu jalan menyeret sebuah koper besar di tangan kirinya. Gaun mahal yang membalut tubuhnya serta perhiasan mahal yang dikenakannya itu membuatnya sedari tadi di ikuti oleh keempat pria berbadan tinggi dan besar di belakangnya.

Jessica yang senantiasa terlarut dengan pemikirannya sendiri kini tak menyadari jikalau ada empat orang pria mengikutinya. Dan kini keempat pria itu meluncurkan aksinya. Dengan cepat salah seorang pria menarik koper yang senantiasa di seret Jasicca. Serta kedua pria lainnya menahan kedua tangan Jessica dan satu yang lainnya mencoba membobol seluruh perhiasan yang melekat di tubuh Jessica.

Perlawanan demi perlawanan Jessica berikan agar dirinya bisa terlepas dari pria-pria brengsek yang merampoknya ini.

"Diamlah. Atau tidak..." sebuah pisaupun melayang layang di udara.

Pria yang membobol perhiasannya kini memainkan pisau tepat di depan wajah Jessica. "Lepaskan aku..." teriak Jessica sembari memberontak.

Kedua pria yang menahannya kini semakin kencang mencekik kedua lengannya dan pria yang memegang kopernya kini menghamburkan isi dalam koper itu. Uang yang Jessica simpan di dalam sana juga ikut bertaburan.

"Wahhh... Ternyata kau orang kaya." celoteh pria yang membongkar kopernya.

"Lepaskan aku..." berontak Jessica.

"Hei. Hei... Tenang gadis cantik. Kau itu bagaikan harta karun bagi kami. Kami tidak akan melepaskanmu secepat itu. " sahut pria yang memegang pisau.

"Bawa dia." perintah pria yang tadi memungut uangnya.

"Lepaskan aku..."

"Lepaskannnnn... Tolong... Tolong..." teriak Jessica sembari memberontak saat di seret.

"Diamlah kau gadis brengsek."

Plak !

Satu tamparan tepat mengenai pipi Jassica dan membuatnya perih berdenyut disana.

"Jika kau berteriak lagi. Aku tidak akan tinggal diam." ancam pria yang memegang pisau tadi. Tetapi jika di suruh diam dan tidak berbuat apa-apa bukanlah Jessica namanya.

Dengan sekuat tenaga Jessica menginjak kaki salah seorang yang memegang tangannya dan mengigit dengan sekuat tenaga kedua lengan pria itu.

"Aaaaaa....." teriakan yang begitu kompak disertai terbebasnya kedua tangan Jessica membuatnya kini berlari menjauh dari keempat pria itu.

Dengan sepatu hak tinggi di kenakannya ia berlari sekuat tenaga. Keempat preman-preman itu kini mengejarnya. Jessica kini semakin gemetar. Kedua kakinya mulai melemah nafasnya pun kian memburu. Apa kah tidak ada orang yang berlalu lalang di jalanan ini? Ia sudah tidak tahan lagi untuk berlari. Dan keempat preman itu masih mengejarnya.

Pasrah bukanlah saatnya. Tetapi ia sudah tidak tahan lagi untuk berlari. Keempat pria itu terlalu cepat menangkapnya.

"Dasar gadis brengsek."

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi Jessica kembali. Ketika keempat pria itu telah menagkapnya kembali.

"Lepaskan aku..." teriak Jessica.

"Diammmm..."

Plak!

Satu tamparan lagi mendarat di pipinya. Sakit sangat sakit. Seolah itu bukan tamparan tapi pukulan.

Tetapi beginilah Jessica ia kembali melakukan aksinya kembali. Tetapi ini berbeda. Jikalau Jessica tadi langsung berlari menjauh, kini ia malah menyerahkan dirinya kepada sebuah mobil yang sedang melaju kencang.

Bodoh memang bodoh. Tetapi inilah satu-satunya cara terbaik agar ia bisa terbebas.

Brukkkk!!!!

Tubuh Jessica menghantam sisi depan mobil itu dan melayang menghantam atap mobil dan terjatuh kembali ke jalan. Keempat preman itu hanya terdiam melihat jasad gadis rampokannya tergeletak di jalanan.

Gemetar. Iya mereka gemetar melihat kejadian itu. Serta si pengendara belum juga keluar dari mobilnya. Darah yang bercucuran kian membuat keempat preman itu gemetar apalagi darah yang terus menerus keluar dari selangkangan gadis itu yang terus saja mengalir dengan derasnya.

Seorang wanita paru baya pun keluar dari pintu pengemudi. Dan menatap keempat preman itu dengan tatapan ketakutan dan gemetar. 

Salah satu dari preman itu sempat menunjuk wanita paruh baya itu sebelum kabur dari tempat kejadian. Dan wanita paruh baya itu dengan perlahan dan gemetar menghampiri jasad Jessica yang terkulai lemah dengan darah yang terus mengalir dari selangkangan nya.

Dilihatnya wajah Jessica yang hampir tertutup dengan darah yang mengalir dari kepalanya. Dan nampak di lihatnya jika Jessica itu masih sadarkan diri karena Jessica masih dapat tersenyum setengah tertawa dengan mata sayupnya.

'Gimana ini? Apa yang harus aku lakukan?' gumam wanita paruh baya itu dengan kaki yang gemetar dan tangan yang seakan tak ada tulangnya lagi wanita itu mencoba membangunkan Jessica alih alah semoga gadis itu masih sadarkan diri. Namun seketika wanita paruh baya itu merasakan gemetaran yang amat kuat ketika sebuah mobil mewah berwarna putih itu menyinarinya dan berhenti tepat 7 meter dari tempatnya kini. Alih-alih ingin bertanggung jawab wanita paruh baya itu lantas kembali menaiki mobilnya dan melaju kencang meninggalkan gadis yang telah ia tabrak begitu saja di jalanan.

Masih begitu sadar Jessica ketika matanya masih melihat sesosok pria berbadan tinggi dan tegap itu turun dari mobilnya dan berjalan mendekatinya. Akan tetapi Jessica sama sekali tak dapat melihat wajah pria tersebut karena lampu mobil yang menyorotnya membuatnya tertutup oleh bayangan nya sendiri. Dan denyutan yang kuat kini menyerang saraf otak Jessica membuat gadis itu merasakan pusing yang amat kuat dan penglihatan yang kian mengabur membuatnya kini berada di dalam ruang gelap ketika kelopak matanya sempurna menutup.

Bersambung.....  

Like dan komen jika kalian menyukai cerita ini

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience