Rate

empat

Drama Series 6069

Malam yang begitu dingin serta rintikan hujan yang terus berjatuhan membasahi permukaan bumi dan sinar rembulan yang amat minim membuat indah nya momen-momen ajal menjemputnya. Suhu permukaan aspal yang kian mendingin serta perihnya luka yang diguyur hujan menciptakan alur cerita yang begitu berbeda. Ia teringat saat-saat dimana ia pernah berada di dalam keadaan seperti ini.

Nafas yang kian susah untuk masuk ke dalam paru-paru serta sesak yang begitu kuat sama persis seperti ia berada di dalam permukaan air laut yang telah menggulungnya beberapa hari yang lalu. Pasrah dan terus pasrah akan sebuah ajal yang datang Jessica hanya bisa melihat sesosok bayangan seorang Pria yang mendekatinya. Pria yang begitu tinggi tegap dan wajah yang tak dapat ia lihat sesaat ia mengira bahwa inilah sesosok malaikat pencabut nyawanya yang di utus Tuhan untuk menjemputnya.

Pria itu semakin mendekat dan berjongkok tepat di hadapan Jessica yang sudah tak sadarkan diri. Dengan tangan yang begitu hangat pria itu merangkul tubuh Jessica dan menggendongnya. Di angkatnya tubuh Jessica dengan perlahan dan hati-hati bak sebuah boneka kaca yang mudah pecah ketika berbenturan degan benda lain.

Pria itu lalu memasukan Jessica kedalam mobilnya sport miliknya. Di letaknya Jessica dengan perlahan di bangku depan penumpang dan tak lupa ia memasang sabuk pengaman untuknya. Tubuh Jessica bagaikan tubuh seorang boneka mayat yang telah tak berdaya akan tetapi pria itu masih menyakini bahwa gadis ini masih memiliki nyawa di dalam tubuhnya. Dengan teliti pria itu mencari sebuah kapas dan tisu serta air di dalam mobilnya untuk membersihkan noda darah yang menempel di tubuh Jessica.

Dengan perlahan pria itu mengelap noda darah yang begitu banyak di setiap sudut tubuh Jessica. Dengan di bantunya sinar dari sang rembulan pria itu berdecak kagum akan keindahan sosok seorang gadis di hadapannya. Tubuh yang begitu mungil dan tidak terlalu berat serta rambut panjang yang terurai berantakan menambahkan kesan indahnya ciptaan Tuhan yang ada di hadapannya ini. Tak heran jika seorang Daniel, pengusaha muda berpangkat kepolisian saja dengan mudah jatuh hati kepadanya. Begitu indahnya wajah Jessica sehingga sesosok pria misterius ini dapat mengukir senyuman di wajahnya.

Pria itu pun lantas menutup seluruh luka yang ada di tubuh Jessica dengan balutan kapas dan perban serta ia juga menjahit luka menganga yang berada di atas kepala Jessica akibat berbenturan langsung dengan kerasnya aspal tadi. Dan satu lagi, ia juga melakukan sebuah operasi kecil ilegal mengangkat janin dalam kandungan tanpa sebuah data dari rumah sakit dan izin sang pasien. 

Operasi dilakukannya dengan keadaan tubuh Jessica yang di baringkan nya di atas kursi penumpang lalu di aktifkan nya mode tidur santai di atas kursi. Setelah terlihat seakan sudah terlentang lantas pria itu pun mencopot terlebih dahulu celana dalam yang Jessica kenakan lalu di bukanya lebar-lebar kaki Jessica seakan gadis tersebut ingin melakukan persalinan melahirkan. Dengan sebuah senter kecil yang ia letakkan disela telinganya itu ia pun mulai menerawang letak posisi janin tersebut. Dibukanya lobang itu dengan dua jari kirinya untuk menyinari lubang gelap di sana. Dah yah setelah ia menemukan letak sang janin refleks pria itu langsung memasukan tangannya yang telah terlebih dahulu ia kenakan sarung tangan itu dan menarik janin yang telah mati di sana.

Iapun lantas menggunting tali pusar janin kecil itu dan meletakkan nya di dalam sebuah toples kecil yang berisikan cairan air di dalamnya. Janin itu bagaikan sebuah ikan yang berenang di sana. Hampir sempurna menjadi sesosok kerangka tubuh manusia namun naas ia harus tewas di dalam kandungan ibu nya sendiri.

Pria itu pun lantas membersihkan kembali bercak darah akibat operasi yang ia lakukan barusan ini. Dan entah ada apa dengannya saat ini dilucutinya gaun yang Jessica kenakan hingga gadis itu tak mengenakan apapun di tubuhnya. Setan terus berbisik ke telinganya agar menyentuh tubuh gadis tersebut namun ia menepis bisikan setan tersebut dan ia pun membuka jas yang ia kenakan dan membalut tubuh Jessica dengan jas miliknya.

Ada yang berbeda dari dirinya. Tak mestinya ia melakukan perbuatan tersebut, dan tak semestinya membiarkan seseorang memakai barang miliknya jangankan orang yang tidak ia kenal, karyawan lain di Rumah Sakit saja tidak ada yang boleh memegang barang miliknya. Bahkan sebuah pulpen miliknya saja tidak boleh  ada yang menyentuhnya. Jika kau menyentuhnya dengan sengaja atau pun melecetkan nya ia tak tinggal diam dan tak segan-segan melotot dan menyayat sebuah goresan di kulitmu.

Seringai kecil tiba-tiba saja terukir di sudut bibirnya. Gadis di hadapannya cukup menarik perhatiannya dan hingga saat ini pria itu masih duduk di meja stir mobil dengan tubuh yang condong kedepan menatap lekat raut wajah gadis di depannya. Di periksanya kembali denyut nadi Jessica yang masih melemah dan terus melemah. Di bukanya laci meja stir mobil tepat di bawah yang ia duduki dan di ambilnya sebuah suntikan dan botol kecil berisi cairan di dalamnya itu.

Dibukanya segel kantong plastik yang membungkus jarum suntik itu dan di tusuknya jarum itu kedalam botol kecil berisi cairan tersebut untuk memindahkan isi cairan tersebut kedalam tabung suntikan. Di tariknya tangan Jessica secara perlahan dan di rabanya untuk melihat letak jalur nadi gadis itu. Di tusuknya dan di semprotkan nya cairan di dalam tabung itu kedalam tubuh Jessica. Setelah itu iapun beranjak duduk di kursi kemudi dan melajukan mobil sport berwarna putih itu di jalanan aspal yang licin akibat rintikan hujan yang terus menerus jatuh sedari tadi.

*
* * ~Flashback off

Sementara itu suasana di kantor kepolisian kota terlihat begitu sibuk, staf kantor yang bertugas terlihat kesana kemari mencari informasi kasus-kasus yang belum terselesaikan di berbagai media cetak dan media internet. Terlihat juga beberapa warga biasa lalu lalang masuk bergantian ke dalamnya akibat surat panggilan tertulis maupun panggilan suara yang mengharuskan mereka datang untung menceritakan informasi atas kasus-kasus yang menyeret nama mereka.

Tak hanya warga biasa bahkan sederet artis dan selebritis juga terlihat memasuki gedung ini dengan pakaian yang amat tertutup dan beberapa awak media yang berkerumunan menunggu nya di depan pintu gedung untuk mengorek informasi apa saja yang menjerat artis dan selebritis mereka itu. Dan tentu saja informasi seperti ini sangat menguntungkan bagi pihak stasiun TV yang meliputnya.

Terlihat seorang pria berpakaian lengkap dengan atribut kepolisian nya memasuki gedung ini dengan terburu-buru. Terukir indah namanya di seragam itu bertuliskan Daniel J.B. ya seorang Daniel yang amat terburu buru berjalan setengah berlari memasuki gedung dan menuju lorong interograsi yang dimana di sana sudah ada kedua rekannya mengintrogasi biang pelaku atas hilangnya Jessica selama seminggu ini.

"Bagaimana? Sudah ada kemajuan?" tanya Daniel yang baru saja memasuki ruang interograsi.

"Darimana saja kau?" sahut pria berkulit putih itu dengan seragam yang sama seperti Daniel kenakan.

"Sudahlah jangan dibahas, katakan padaku apa sudah ada perkembangan?"

"Belum, jawaban mereka bertiga masih sama. Mereka hanya mencuri dan melihat gadismu di tabrak oleh mobil itu."

"Mustahil hanya mencuri, aku sudah tidak tahan melihat mereka." Daniel pun dengan amarah yang memuncak menerobos memasuki ruang interograsi dan tak lupa ia mengambil tongkat kayu kecil yang cukup panjang di atas meja itu membuat rekan nya yang ia ajak bicara tadi memblablakan matanya dan mencoba menghentikan Daniel yang seakan sudah di masuki setan tersebut. Rekannya itu yakin jika Daniel akan membantai ketiga pria tersebut dengan brutal dengan tongkat itu.

"Hentikan Daniel, apa kau sudah gila hah?"

"Yah aku sudah gila!" kata Daniel sembari mencengkram kerah rekanya dan mencampakkan nya ke samping karena pria itu menghalangi pintu masuk ke ruang interograsi.

Bruk!!!

Daniel membanting pintu itu dengan begitu keras membuat sontak ketiga preman itu terkaget dan seorang rekan kepolisian nya yang berada di dalam juga kaget.

"Daniel? Ada apa? Aku masih menginterogasi mereka." "Kenapa kau masuk"

Bruk!!! Dengan amarah Daniel memukul salah satu preman tersebut dengan tongkat yang ia bawa membuat pria itu jatuh dari kursi yang ia duduki dan memecahkan suasana menjadi teriakan spontan dari kedua preman yang duduk di sebelah pria yang di pukuli itu.

"Daniel hentikan!" Teriak rekannya yang berada 1 ruang dengannya.

Bruk! Daniel kembali memukuli pria yang tersungkur itu. "Daniel!" Teriak Brian rekan kepolisian yang tadi berbincang dengannya kini memasuki ruang interogasi itu dan mencoba menariknya keluar.

"Lepaskan aku! BRIAN!!!!" teriak Daniel meronta ketika Brian memegangi tangan kanannya yang ingin memukuli pria itu kembali.

"DANIEL KELUAR!!!!" teriak Arsel rekan kepolisan nya yang kini mencoba menjauhkan pria yang di pukuli Daniel dari nya. Sedangkan kedua preman yang lain hanya bisa terdiam membisu di pojokan melihat rekan premannya sudah terbujur lemah di lantai, mereka berfikir jika meraka tetap disini mereka akan bernasib sama dengan temanya itu. Dengan peluang yang cukup senggang dan keberanian yang begitu dalam mereka berdua pun mencoba keluar dari ruangan ini. Dan alhasil mereka pun bisa keluar tapi sialnya dikira sangat sunyi ternyata ada 4 rekan kepolisian berjaga di depan lorong interogasi yang membuat mereka seakan maju pun tak bisa apalagi mundur kebelakang mereka akan binasa.

"Sudah kukatakan, gadis itu pasti bukan gadis sembarangan. Dia adalah kekasih pria itu. Semua ini gara-gara si bos!"

"Dimana si bos? Kenapa mereka tidak menangkapnya?"

"Setahuku bos sedang berada di rumah sakit menjaga anaknya. Mungkin pria itu tidak tau jika kita berempat. Ia hanya melihat kita bertiga di malam itu."

"Sebaiknya kita diam saja. Jangan menambah masalah disini. Meraka seorang polisi seketika mereka bisa menghabisi kita jika kita salah bicara."

"Tapiiiii, kemana gadis itu? Apa kau tidak penasaran? Jika dia sudah mati mereka pasti sudah menemukan jasadnya. Dan wanita itu pasti sudah di tangkap."

"Kau benar, kemana gadis itu? Apa mungkin wanita itu sudah membawanya dan menyelamatkannya?"

"Tidak! Aku masih melihat wanita itu pergi mengunakan mobilnya dan meninggalkan gadis itu!"

"Bodoh!!!!" Plak pria itu menepis kepala rekan sesama preman nya itu. "Kenapa kau tidak memberitahu meraka hah? Kau ingin kita mati disini? Kau tidak lihat pria itu bisa membunuh kita? Dimana otak mu!"

"Aku takut! Aku takut aku salah lihat dan terkesan mengarang cerita. Sekarang apa yang harus kita lakukan?"

"Diam saja! Biarkan mereka mencari tahu sendiri! Aku kasihan terhadap Roy yang telah di pukuli. Biarkan saja. Kau cukup tutup mulutmu dan jangan katakan apapun! Kau paham?" pria itu hanya bisa mengangguk akan perintah rekan sesama premannya. Dan tak lama kemudian ketiga polisi yang tadi berada di dalam ruangan interograsi itu pun keluar dan salah satu dari mereka membopong seorang pria yang tak lain adalah rekan preman kedua pria itu. Terlihat tak berdaya namun masih bernyawa pria itu lalu di bawa ke ruang kesehatan dan kedua preman tadi dikembalikan ke dalam sel jeruji.

"Daniel, aku ingin bertanya padamu." tanya Arsel yang sedari tadi risih melihat wajah Daniel yang begitu tegang dan emosional.

"Katakan!"

"Kemana saja kau tadi? Apa kau mencari kasus gadismu atau kau masih bersikeras mencari kasus Erika?"

"Hei, kau masih mencarinya? Sudahlah Daniel ini sudah 2 bulan berlalu. Dan kita juga sudah menemukan jasadnya." timpal Brian dengan semua bukti dari kejadian 2 bulan lalu.

"Apalagi Daniel? Kita semua sudah tidak ada harapan! Bukan hanya kau saja kami semua juga mencari dan mencemaskan nya. Erika memang gadis yang tangguh tapi ini sudah berakhir Daniel."

"Dia masih hidup! Camkan itu!" tegas Daniel.

"Baiklah! Aku tak ingin berdebat panjang denganmu. Tetapi dengar, ketiga preman itu masih memiliki 1 rekan lagi." kata Arsel mengalihkan topik pembicaraan atas kasus kematian rekan perempuan di tim mereka.

"Maksudmu?" tanya Brian sembari menyipitkan matanya dan menajamkan pendengarannya.

"Yah, mereka memiliki 1 rekan komplotan lagi. Pria itu sudah pernah kutangani sebelum ini" Arsel sembari melirik Bimo salah satu preman yang baru saja mereka kurung di dalam sel jeruji.

"Pria itu berumur 33 tahun dan salah satu kakinya pincang akibat luka tembak yang pernah kulakukan. Dan setahuku dia saat ini sedang berada di rumah sakit karena anaknya memiliki luka cidera di tubuhnya. Jika kau mau, aku dapat membantumu."

"Katakan saja dimana, biar aku yang menariknya kembali kesini."

"Baiklah ketua."

Daniel pun segera menuju parkiran mobil setelah ia diberikan alamat lengkap rumah sakit, namu jarak antara kantor kepolisian pusat dan rumah sakit itu begitulah jauh. Rumah sakit yang dimaksud tidaklah berada di wilayahnya. Melainkan rumah sakit itu berada di luar kota dan harus melewati perbatasan antar wilayah yang dimana ia harus naik turun tebing curam dan beberapa lorong bawah tanah yang begitu gelap. Namun demi menemukan keberadaan gadisnya itu ia rela melakukan semuanya dan kembali lagi ke wilayah ini yang dimana 2 bulan yang lalu ia berserta rekan-rekannya juga pernah di panggil untuk di minta bantuan dari tim mereka menemukan titik terang atas kasus hilangnya sederet wanita di wilayah itu.

Namun bukanya menemukan titik terang justru rekan kerja wanitanya ikut menghilang dan ditemukan tak bernyawa dengan tubuh yang begitu berantakan dan wajah yang hancur. Namun tanpa sepengetahuan dari atasan nya Daniel sesekali masih menyelidiki kasus rekannya tersebut karena jasad yang dikatakan itu milik rekanya begitu aneh dan seakan akan hanya memanipulasi agar kasus atas hilangnya sederet wanita tersebut di akibatkan oleh hewan buas bukan karena faktor lain.

Dan disinilah Daniel sekarang berada. Di hadapannya sudah ada sebuah gedung rumah sakit yang begitu besar dan megah. Terlihat banyak warga dan staf perawat rumah sakit yang berlalu lalang masuk ke dalam gedung dan sederet ambulan sedari tadi bergantian menurunkan pasien pasien dengan berbagai macam penyakit. Ada yang korban kecelakaan, ibu melahirkan, pasien tidak sadarkan diri dan lain semacamnya.

Daniel pun segera memarkirkan mobil patroli dan keluar sembari membawa borgol yang di simpannya di saku celananya. Ia pun dengan segera memasuki gedung rumah sakit tersebut dan menanyakan kepada resepsionis akan sebuah data nama buronannya itu. Setelah mendapatkan apa yang ia cari Daniel pun segera menuju lift dan menekan tombol angka 3 yang berarti menuju lantai 3. Tak butuh waktu yang lama akhirnya pintu lift pun terbuka dan menampakan sesosok pria di dalamnya. Seorang pria berbadan tegap dan tinggi sepertinya serta kulit yang amat putih dan wajah tampan yang begitu tegas. Pria itu berpakaian bak seorang dokter dengan stetoskop yang menjuntai di lehernya serta 3 buah pulpen yang berada di saku depan dada di jas medis tersebut. Dan dapat dilihat dari nametag yang dikenakannya. Ia seorang dokter. 

Daniel pun segera masuk kedalam lift kosong tersebut dan pria yang ada di samping lift yang Daniel kenakan juga ikut keluar disertai 2 pria dan 1 wanita dibelakangnya yang memiliki kedudukan yang sama seperti pria itu yaitu mereka juga seorang dokter di rumah sakit ini. Dan pintu lift pun menutup secara otomatis membawa Daniel kelantai 3 dimana ia sedang mencari buronannya itu.

Bersambung...

Like dan komen jika kalian menyukai cerita ini

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience