Rate

Tiga

Drama Series 6069

Tolong hentikan dia!
Kumohon, siapapun yang di luar sana tolong hentikan dia!

Pletak!!!

Refleks, gadis itu mundur dengan perlahan sembari memegangi wajahnya yang terkena tamparan. Sangat perih ketika pria itu kembali menampar pipi yang sama sedari tadi.

Pria itu bersembunyi di kegelapan malam, bahkan mata elang gadis itu tak mampu melihatnya karena ruangan ini begitu gelap tanpa pencahayaan sedikitpun.

Samar-sama gadis itu menerawang bayangan hitam yang mendekatinya. "Siapa kau?" katanya dengan suara yang kian melemah namun pria itu tidak menjawab membuatnya untuk kesekian kalinya mewaspadai keadaan yang mungkin saja bukan cuman tamparan yang akan ia dapatkan bisa saja hal yang lain.

Sleeepp...
Sontak gadis itu berteriak melengking seketika mata kananya tertancap sebuah pisau belati berbalut perak di ganggang nya. "Aaaaaaaaaa..." teriak lengkingan gadis itu sembari meronta-ronta memegang wajahnya.

"Matamu indah... Dan aku menyukainya." Sleeep... Belatin itu di tariknya kembali dari wajah gadis itu hingga membuat sebuah jeritan kesakitan yang amat sakit terdengar di sepanjang alunan nya. 

"Aaaaaaaa... Aaaaaaa... Aaaaa..."

Tubuh yang kian meronta-rota kesakitan seakan rasanya ingin terlepas dari raga itu. Kian kesana kemari mendobrak barang-barang yang dilaluinya. Darah yang terus mengalir dan berjatuhan ke lantai seakan membuat sebuah karya seni lukis abstrak di atasnya.

"Jangan mencoba lari dariku!" tegasnya pria itu sembari melangkah perlahan menuju si korban. Dengan belati yang di ayunkan di udara terlihat jelas bahwa ada sebuah benda tertancap di sana. Benda itu berbentuk bulat dan mengeluarkan darah.

Ya, itu sebuah mata. Mata indah dengan kornea berwarna hijau bersanding dengan kebiruan kian menjadi permata yang indah di sana. Darah yang terus mengalir dari mata itu kini merubah warna belati dari putih perak menjadi merah bercak seakan belati itu memang di ukir dengan warna yang sama.

"Kulitmu halus sayang" Pria itu mencoba menarik tangan si korban yang sedari tadi sibuk memegangi wajahnya yang kesakitan.

Lima pasang kuku panjang berwarna pink berbalut pernak pernik mengkilap itu kini melayang di udara dengan dara yang menetes mengikutinya. Pria berbaju hitam itu mencungkil nya dengan paksa hingga tercabut dari jari-jari manis si korban. Membuatnya kini meronta menjerit kesakitan bahkan nyawa saja sudah tak ingin berada di dalam tubuhnya.

Teriakan yang begitu dahsyat nya membuat sebuah kesempatan besar bagi si pelaku untuk melancarkan aksinya kembali. Sebuah belati yang  begitu tajam dengan sebutir mata yang masih menancap disana kini menusuk tepat ke dalam rongga mulut gadis itu. Seketika tubuh gadis itu ambruk ke lantai namun nyawanya masih bersemayam di dalamnya, membuatnya berteriak kesakitan  yang amat sakit hingga iapun memuntahkan seluruh isi perut dan darah dari sayatan belati tersebut.

Namun masih begitu kuat nyawa gadis itu masih belum ingin melepaskan raganya membuat pria misterius ini menikmati aksinya. Ditekannya kembali belati tersebut hingga tembus tengkorak belang wanita tersebut membuat sang empu mengalami kejang-kejang yang amat kuat dan darah bermuncratan keluar dari dalam mulut gadis itu. Digesernya belati itu keatas menuju tulang pipi dan mata kiri yang masih bersinar terang disana.

Bagaikan tak punya hati, kini belati itu mengoyak tulang pipi dan mata kiri gadis tersebut namun gadis itu masih bisa bersuara walaupun terkesan sang nyawa ingin melepaskan sang raga. Namun pria ini masih dengan aksinya mengoyakan seluruh wajah gadis itu hingga entah apa yang ada di pikirannya, pria itu kini menarik lidah gadis itu dan memotongnya. Dimainkan nya lidah gadis itu dengan lidahnya seperti sedang bertaut di bibirnya dan aksi itu lantas membuatnya tersenyum keenakan. Sungguh sangat gila. Ia menyukai permainan lidah itu seakan dia sedang berciuman dengan seorang gadis.

Tidak tinggal diam, dikeluarkannya kembali sebuah gunting bedah dengan mata pisau yang begitu mengkilap di setiap tepinya. Di guntingnya baju gadis itu hingga meninggal kan bra nya saja.

"Tubuhmu indah." Seutas senyuman iblis terlihat di sana. Entah apa maksudnya kini pria itu menggunting satu persatu tali bra dan dilucutinya sehingga menampakan gundukan yang begitu terkesan menggoda.

"Apa boleh aku mencoba?" Kini seringai kecil terlontar di wajahnya. Gila sungguh sangat gila pria itu seakan bayi yang sedang menyusu di tubuh ibunya. Apa ia tidak bisa menikmati tubuh seorang gadis tanpa membunuhnya? Bukan kah jalang di luar sana banyak yang menjual dirinya untuk kepuasan nafsu lelaki? Tetapi kenapa ia lebih memilih sebuah jasad yang tak bernyawa? Sungguh psikopat gila!

Dengan tangan besarnya itu di remasnya salah satu gundukan payudara si korban dengan ujung puting yang bertindik di sana. Sangat dinikmatinya bahkan ia hampir kehilangan akal sehatnya dan ingin rasanya ia menyetubuhi tubuh gadis tersebut.

"Bisakah aku memilikimu hmmm?" di tariknya kembali puting susu itu dengan penuh kebencian di sana. Dan di ulurnya sebuah gunting menuju puting itu dan....

Sleeep...
Puting itu terpotong dari tempatnya. Darah yang begitu banyak kini keluar dengan derasnya dan di masukkan nya kembali puting itu ke sebuah toples kecil yang ia simpan di dalam saku jaketnya itu. Hal yang sama juga dilakukannya di puting yang satunya, tetapi bukan dengan sebuah gunting melainkan dengan mulutnya sendiri.

Di isapnya puting itu bagaikan seorang bayi yang membutuhkan ASI. Pria kejam ini menarik nya dengan begitu kuat hingga gadis itu juga ikut tertarik ke arahnya dan memutuskan nya dengan cengkraman gigitan yang tajam. Di masukannya kembali puting itu di dalam toples berisi air formalin di sana dan ia pun mulai beranjak pergi. Tak ada alasan lagi untuknya tetap berada di sini. Hasratnya untuk membunuh telah terselesaikan. Begitu juga dengan si korban yang telah terbujur kaku di lantai dengan luka yang sangat parah di wajah dan payudaranya.

Tak lupa di ambilnya kembali belati berbalut perak itu dari mulut si korban, bola mata yang masih tertancap di sana kini dicabutnya dan dijatuhkannya ke lantai. Tak mau ambil pusing, sebuah botol berisi minyak tanah di siraminya ke tubuh gadis itu dan di ambilnya korek api dalam saku jasnya kemudian menyalakannya dan melempar korek itu ke tubuh gadis tersebut. Dan sebuah api pun mulai menyambar tubuh malang si korban membuat ruangan gelap ini kini disinari cahaya api yang membara menghancurkan tubuh gadis tersebut. 

Dengan langkah santai ia kini beranjak pergi, sebuah bola mata yang tergeletak di atas lantai tanpa sengaja di tinjaknya  meninggalkan bercakan darah dan tanda di sepatunya hitamnya.

*
* *

Suara musik yang berdentum-detum serta suara berisik lainnya senantiasa bergema di setiap lorong. Aroma alkohol juga sangat menyengat di setiap sisi sudut tempat ini. Tak lupa beberapa penari dance wanita menari dengan hebohnya dan seksi di atas panggung yang mencoba menarik birahi setiap pengunjung yang datang kesini.

Sorot mata kini tertuju menatap seorang pria tampan berpakaian formal baru saja memasuki pintu utama klub. Terdapat beberapa pengawal berjejer di belakangnya.

Namanya Daniel Jhonson Benedict. Seorang millionaire serta seorang berpangkat kepolisian muda ini berusia 25 tahun dengan saham yang lumayan banyak dan sukses semuanya, serta jabatan negara yang dimilikinya membuatnya sangat di hormati di kalangan masyarakat. Sikap ramah serta murah senyum adalah senjata utamanya di kehidupan sehari-hari, membuatnya di gila-gilai para wanita dengan wataknya yang begitu mempesona. Namun raut wajahnya kini berbeda tak seperti biasanya. Tatapan yang tajam dan bahkan seutas senyuman saja tak ada di raut wajah tampannya. Membuat setiap wanita berlomba lomba mengambil perhatiannya. Tak heran kini banyak wanita berpakaian seksi mencoba menarik perhatiannya dengan berjoget ataupun merayunya.

Bukan sebagai polisi berpangkat melainkan sebagai pria kaya yang membutuhkan kenikmatan Daniel kini melirik satu per satu wanita yang bergelantungan di tangannya. Cantik? Itu sudah pasti. Seksi? Apa lagi. Tetapi entah mengapa tidak ada satupun wanita yang dapat menarik perhatiannya.

Daniel pun mulai berbisik kepada salah satu pengawalnya dan pengawal itu pun langsung pergi menjalankan perintahnya. Tidak lama berlangsung pengawal itu datang beserta pemilik klub di belakangnya.

Daniel pun mengusir para wanita yang mendekatinya dengan kibasan tangan di udara mengisyaratkan untuk pergi dan menjauh.

"Ada apa tuan?" tanya Leo pemilik klub malam tersebut setelah berhadapan langsung dengan Daniel.

"Aku bosan dengan mereka. Apa tidak ada yang baru?" kata Daniel dengan dinginnya dan langsung meneguk segelas alkohol kecil di atas meja.

"Apa yang kurang dari mereka tuan? Lihatlah, mereka sangat cantik dan seksi. Cobalah salah satu dari mereka, kau pasti suka." Leo pun melirik salah satu penari untuk menghampirinya dan Daniel.

"Hai bos" sapa wanita itu ketika sudah sampai di depan tempat duduk Leo dan Daniel berada.

"Perkenalkan, dia Aurel. Dia gadis tercantik dan terseksi di sini." Aurel pun berjabat tangan dengan Daniel. Seperti sebuah kode yang di beri Leo kepada Aurel. Aurel pun langsung bergelayutan di tangan kekar Daniel dan mengajaknya ke sebuah kamar yang di sediakan oleh klub malam ini.

"Semoga sukses tuan muda."  Leo lalu pergi ke ruang kerjanya kembali.

Dikamar Daniel hanya terdiam seribu bahasa dengan tatapan dingin membuat Aurel tertantang dengan sikap diamnya.

Aurel kini mendekati tubuh Daniel dan mencoba membuka kemejanya. 'Sepertinya asik' Aurel membatin.

Daniel tidak menolak ketika bajunya telah dibuka dan terlepas dari tubuh kekarnya. Otot-otot yang terpampang jelas dan beberapa luka sayatan dan tembakan terpampang jelas di sana membuat Aurel menjerit dalam diam. Dan kini ia juga melepaskan bajunya dan meninggalkan bra yang masih melekat di tubuhnya.

Aurel pun mendorong Daniel ke tempat tidur tetapi pria itu masih saja diam dengan muka datarnya.

Kini posisi Daniel terbaring telentang di atas kasur dan Aurel berada di atas tubuhnya.

"Kenapa kau hanya diam saja? Apa kau bisu? Jika begitu mendesahlah denganku." Aurel kini mendekatkan wajahnya ke wajah tampannya Daniel.

"Hentikan!" terdengar singkat, padat namun jelas. Daniel menatap Aurel dengan tatapan yang tak bisa di mengerti.

"Hah? Maksudmu?" Aurel nampak bingung dengan perlakuan Daniel yang tiba-tiba bisa berubah.

Dan kini dengan secepat kilat, Daniel mengganti posisinya yang terlentang menjadi terduduk dan Aurel berada di bawahnya.

"Kau sangat cantik." kata Daniel seraya mengelus wajah Aurel.

"Yaaaa... Aku tau itu." jawab Aurel dengan pede-nya.

"Tubuhmu sangat indah cantik." Daniel kini meraba leher jenjang Aurel hingga ke perutnya membuat sang empu merasakan geli serta kenikmatan di sana.

"Mendesah lah." bisik Daniel tepat di telinga Aurel.

"Hemmm... Eeeemm... Eeeemm..."

Dengan lembut Daniel meraba paha Aurel yang masih berbalut rok mini. Tanpa di sangka wanita itu mendesah kenikmatan. Sentuhan lembut Daniel mampu membuat sekujur tubuhnya geli dan terangsang dan membuatnya basah di sana.

"Tolong masukkan! Aaah... Eeeem..." erangnya.

'Bicht!' Daniel membatin.

Daniel kian meraba lembut mis V milik Aurel dan membuat sang empu bagaikan cacing kepanasan.

"Eeemmm... Eeemmm... Aahhh..."

"Mendesahlah sayang!" kata Daniel tepat di telinga Aurel membuat gadis itu berada di batas ambang kenikmatan akibat sentuhan yang begitu nikmat membuatnya ingin sekali di perkosa tanpa permainan yang membuat sekujur tubuhnya gemetaran hebat.

Kini tangan Daniel melucuti bra yang sedari tadi membungkus gundukan indah dan besar milik Aurel itu. Entah ada apa di pikirannya sesosok Aurel yang begitu seksi bisa berubah menjadi sosok wanitanya seorang Jessica Evalina, tampak jelas dimatanya jikalau itu adalah wanitanya.

Dikecupnya kedua gundukan itu dengan penuh kasih sayang dan matanya kini melirik bibir tipis itu, bibir Jassica yang selalu menggoda imannya kini dilumatinya, dan 'aahhh... eummm..' ya suara itulah yang ingin di dengar Daniel dari mulut Jassica sedari dulu.

Lumatan-lumatan kian memanas serta sentuhan demi sentuhan kian meraja lela. Daniel hampir saja kehilangan kendali dan akal sehatnya. Tiba-tiba ia tersadar akan perbuatannya dan wajah Jessica di dalam pikirannya telah berubah kembali kebentuk semulanya wajah Aurel.

"Ada apa?" tanya Aurel yang kebingungan dengan tindakan Daniel yang tiba-tiba saja berhenti menyentuhnya dan menjauh dari dirinya.

"Aku tidak membutuhkan mu lagi." jawab Daniel dengan dinginnya.

"Maksudmu?"

"Keluar!" tegas Daniel.

"Kau bercanda kan? Ayolah bermain denganku." Aurel kini bergelantungan di lengan Daniel dan mencoba menarik pria itu kembali ke dalam peluknnya.

"Keluar kau BICHT!" Tegas Daniel dengan tatapan tajam dan menusuk.

Tanpa pikir panjang Daniel menghempaskan tangan Aurel dari tubuhnya dan langsung beranjak pergi. Tak lupa dipungutnya kembali kemejanya yang berhamburan di lantai dan di ambilnya segepok uang dari saku celananya dan di lemparnya uang itu tepat ke tubuh Aurel yang setengah telanjang itu. Dan pria berwatak dingin ini pun beranjak pergi keluar meninggalkan Aurel yang sedari tadi menyumpah serapah dirinya di dalam hati.

Terlintas kembali kejadian yang baru saja terjadi, bisa-bisanya wanita itu merusak akal sehatnya. Yahhh dia Jassica, wanita yang selalu saja terlintas di benaknya. Kemana gadis itu? Sudah hampir seminggu ia tak melihatnya bahkan ia sama sekali tidak tau kemana gadis itu pergi setelah ia mengetahui bahwa gadis itu di usir. Dah iya ia juga mengetahui ternyata gadisnya itu sedang mengandung seorang anak. Siapa yang berani-beraninya mengambil hak miliknya atas diri Jessica. Hanya dia saja yang boleh menyentuh dan menikmati tubuh wanitanya itu.

Tetapi dimana dia sekarang? Daniel hampir gila mencari keberadaan gadisnya itu bahkan degan kecerdasan seorang kepolisian ia masih saja belum bisa menemukan titik terang letak gadisnya itu.

Kini Daniel melangkah menuju pintu keluar club malam ini. Dengan langkah yang gontai serta penampilan yang acak acakan ia masih dapat menarik perhatian wanita-wanita yang ia lalui. Dimana pengawalnya? Bukankah seharusnya mereka menunggu di depan pintu masuk dan keluar ini. Tetapi Daniel tak melihatnya. Diliriknya jalanan sekitarnya dan yah ia dapat menemukan 2 pengawalnya sedang berbincang di minimarket  seberang jalan. Dengan langkah santai Daniel menghampiri mereka tetapi setelah sampai di sebrang ia tak sengaja mendengar 3 orang pria yang sedang berbincang bincang serius di salah satu meja yang disediakan minimarket ini.

"Aku merasa bersalah, wa...wanita itu selalu masuk kedalam pikiranku." "Aaa...aku tidak ingin menyimpan benda ini" kata pria tersebut sembari mengeluarkan sebuah kalung berlian dan meletakkannya di atas meja. "Kalian saja yang memegangnya." lanjut pria itu kemudian berdiri dan beranjak pergi.

Sontak Daniel terkejut setelah ia melihat sebuah kalung berlian yang baru saja di letakkan pria itu di atas meja. Kalung itu, kalung yang ia pilih sendiri untuk wanitanya kenakan. Yah, itu kalung Jessica bahkan dengan tangan dia sendiri lah yang memakaikan kalung itu ke leher jenjang indah Jessica.

Bagaimana bisa? Bagaimana bisa kalung itu berada di tangan mereka? Dan kini emosi Daniel kian meningkat serta otot-otot dan urat-urat juga ikut menerik timbul di hampir setiap tubuhnya. Dengan langkah santai dan terkesan seperti orang biasa berjalan, Daniel mengikuti salah satu pria yang tadi meninggalkan kedua temannya di depan toko mini market itu.

Ingin rasanya sekarang juga ia menembak pria itu atau memukulinya di tempat umum tetapi dia ingat dia seorang polisi yang melindungi rakyatnya dan tidak boleh menghakimi sebelum ada bukti yang jelas. Untuk melakukan sebuah balas dendam ia harus menghindar dari kerumunan dan hanya merangkap orang itu di tempat sepi. Dan tanpa sadar pria itu terus berjalan ke jalan sepi dan tidak menyadari akan kehadiran Daniel yang tidak jauh dari dirinya.

Serasa sudah aman dan amat sepi kini Daniel mengeluarkan sebuah tongkat kecil dari saku jasnya dan di pencetnya tombol kecil yang ada di tongkat besi itu, alhasil tongkat itu menjadi panjang 5x lipat dari bentuk semulanya. Dan tanpa aba-aba Daniel pun langsung melayangkan pukulan tepat di leher pria tersebut dangan tongkat besi yang baru saja di keluarkan nya.

Sontak pria tersebut terjatuh kesamping dengan luka pukulan yang ada di lehernya. 'Aaakkk...' teriak pria itu kesakitan sembari memegangi lehernya yang terkena pukulan.

Dan tanpa rasa kasian Daniel kembali memukuli pria tersebut memakai tongkat besinya yang membuat pria tersebut merasakan sakit pukulan serta luka sayatan dari benda keras namun pipih di akhir ujungnya itu.

"Katakan padaku, dimana kau temui kalung itu!" tegas Daniel sembari tetap memukuli pria tersebut. Namun pria tersebut tidak menjawabnya dan hanya berteriak kesakitan saja membuat Daniel ingin rasanya membunuh pria ini sekarang juga.

"Jawab pertanyaan ku SIAL!" kata Daniel sembari mencengkeram kuat kerah baju pria itu.

"Aaa...aku, merampoknya" 

"BRENGSEK!" Dan bug!!! Daniel memukul pria itu tepat di pipinya. "Dimana dia sekarang?" kata Daniel sembari berteriak tepat di muka pria itu.

"Diaaaa... Diaa..." pria itu mengantungkan kalimatnya dan menatap sedih kearah mata Daniel yang masih membara akan kemarahan.

"Dia apa SIAL!" pekik Daniel membenci sebuah kalimat yang membuatnya menunggu lama.

"Dia meninggal!" Bug! Bukan nya melepaskan pria itu Daniel malah melayangkan sebuah pukulan hingga membuat pria tersebut hampir kehilangan kesadarannya.

"Jangan bercanda denganku! Katakan dengan jelas dimana dia!"

"Su...sudah kukatakan, dia me...meninggal. dia, dia meninggal tuan!" kata pria tersebut dengan terbata bata. "Dia di tabrak mobil dan meninggal di tempat, percaya padaku!"

"Dimana? Dimana? Katakan dengan jelas Dimanaaaa?" teriak Daniel di akhir kalimat 'Dimana'.

"Aku mohon kau lepaskan aku terlebih dahulu baru aku akan katakan dimana." Daniel pun melepaskan cengkeraman di leher pria tersebut. Tetapi matanya tetap waspada terhadap pria itu.

"Dia tertabrak di jalan arah keluar kota, aku melihatnya! Dan aku minta maaf dia selalu menganggu hidupku, dimana mana dia selalu ada, aku minta maaf tuan." Tetapi preman tetaplah preman. Dilihatnya Daniel seakan terbawa suasana ia pun menendang Daniel dengan sekuat tenaga dan berlari menjauh tetapi jagan salahkan Daniel si penembak jitu. Dengan keadaan terduduk di tanah saja. Dengan cepat ia mengeluarkan pistol dari saku jasnya dan menembak tepat kearah paha pria tersebut dan membuatnya terjatuh kesakitan dengan luka tembak di kakinya.

Dengan langkah gontai Daniel menghampiri pria tersebut yang masih menjerit kesakitan. "Tolong tuan, lepaskan aku!" mohon pria tersebut namun Daniel hanya diam seribu bahasa dan menarik kerah belakang pria tersebut dan menyeretnya menuju permukiman warga dan mencari taksi menuju kantor polisi.

Diperjalanan terlihat jelas raut wajah Daniel yang begitu tegas dengan emosi yang memuncak sesekali sang supir dan preman itu dapat mendengar suara tautan rahang yang begitu kuat membuat mereka berdua hanya duduk diam seribu bahasa.

'Gimana keadaan nya? Diaman kau sekarang? Apa kau baik-baik saja? Aku sangat merindukan mu!' Dan begitulah sedari tadi isi dalam pikiran Daniel akan hal tentang Jessica.

'Dimana kau Jessica?'

Bersambung....

Like dan komen jika kalian menyukai cerita ini

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience