Rate

BAB 4

Drama Completed 361

Sudah setengah hari aku mencari, namun hanya ketidakpedulian yang kudapati. Tidak ada yang mengetahui dengan pasti di mana ayah pergi. Kini aku berdiri di pinggiran rel kereta api, terus menelusuri panjang rel yang membentang di jalan ini.

Sampai senja menghampiri tak kunjung ayah kutemui. Teriakanku menjadi-jadi kerana rasa sesak di hati kian tak mampu kuatasi.

“AYAAAAH…AYAH DI MANA?”

“AYAH, AKU RINDU PADAMU, YAH”

“Hiks…hiks….” Harus bagaimana lagi aku mencari pelipur lara yang membuat jiwaku tak lagi sepi. Isak tangisku semakin menjadi, kerumunan orang di ujung sana sangat tak membantu perasaan ini. Sekarang, aku hanya butuh obat itu. Ya, obat pereda rasa sepi, terjun bebas dari lantai atas.

Berbalik. Seperti ada magnet yang kuat memutar tubuhku yang tak lagi berat. Di tengah rel kereta yang telah kulalui ternyata kudapati ayah sedang berdiri.

Ya. Di sana ayahku berdiri. Dan juga ada kereta api yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi. Lekas aku berlari menghampiri.

“AYAH”

“Tepi ayah, di sana ada kereta.”

“Tepi , yaaaah!” Terus saja kuteriaki tak henti-henti. laju lariku semakin melamban di saat seperti ini. Butuh lima langkah lagi dan akhirnya punggung itu berhasil untuk menepi. Hanya saja raga ini yang terserang ganasnya ular panjang berbadan bongkahan besi.

Apakah aku sudah mati?

Rasanya aku bisa melayang saat ini. Mungkin saja aku baru mengonsumsi obat candu yang beberapa hari lalu membuatku terobsesi.

Obat candu itu adalah bunuh diri. Dan kini aku telah mati, mengakhiri semuanya sampai di sini. Menggugurkan penyakit hati yang telah lama menggerogoti. Tapi Sayangnya, setelah mati jiwa dan ragaku tetap sepi.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience