Rate

BAB 1

Drama Completed 573

Lelaki mudah seperti Benjamin mungkin hanya satu sepertinya yang Aku dapat temui sepanjang hidup Aku dan Aku bersyukur ianya terjadi. Tanpa Benjamin , mungkin Aku sedang dicincang oleh lusinan suku pedalaman; atau Aku tak akan pernah beranjak dari ratusan teori menjemukan yang membuat Aku bosan dan terkadang membuat Aku tak ingin dilahirkan ke dunia.

Lelaki separuh baya dengan rambut yang penuh dengan uban itu kali pertama Aku temui di sebuah simposium di Melbourne . Ia mengepalai lembaga riset tentang Asia, sebagaimana yang tertera di brosur undangan. Pekerjaannya sendiri, Aku kira, malah lebih dari sekedar apa yang tertulis di brosur itu.

Kolega dari Universitas Barkeley memperkenalkan Aku pada Benjamin . Rupanya, Benjamin telah membaca tesis Aku tentang konflik dunia timur. Aku sempat pesimis pada karya usang itu. Karya itu Aku buat ketika Aku masih bertitel mahasiswa. Lebih lanjut bahkan, saat Aku bertemu Benjamin , Aku hanyalah kerani rendahan lembaga donor yang masa kontraknya tak sampai menunggu satu purnama lagi untuk habis.

Benjamin adalah lelaki yang menyayangi kedua anaknya lebih dari ayah manapun, Aku kira. Meski kedua anaknya telah berkeluarga, secara rutin, hampir setiap sore, ia mengirim pesan singkat ke ponsel kedua anaknya. Sekedar menanyakan kabar, atau berbasa-basi tentang rencana akhir pekan.

“Kadangkala mereka membalas pesan Aku . Lebih sering sih, tidak sama sekali,” kata Benjamin , “namanya juga seorang bapak, harus bertanggung jawab, kan?”

Seusai simposium, kami menghabiskan dua kaleng bir Corona tanpa es di bar. Dua minggu setelahnya, Benjamin memberi Aku selembar tiket pesawat, paspor dan visa, dan surat dinas yang ia berikan dengan mimik bangga, “Sebagian golongan masyarakat di sana menaruh curiga sama bule kayak kamu. Tunjukkan surat ini jika kau terkena masalah. Tapi aku harap sih, kamu ya jangan cari gara-gara, ok?”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience