Rate

3

Romance Series 3063

Lia mengambil baju olahraganya dari dalam tasnya dan berjalan sendirian menuju ruang ganti perempuan. Biasanya, anak perempuan pasti akan berjalan bersama dengan salah saat temannya kalau pergi keruang ganti atau ke kantin. Tapi itu semua tidak dilakukan Lia, bukan bermaksud sombong cuma Lia ingin sendirian. Seperti itulah Lia saat berada di sekolah lamanya, menyendiri di tempat yang paling sepi.

Menyendiri itu dimulai sejak dua tahun yang lalu, kecelakaan yang terjadi akibat dirinya yang ceroboh. Ia menjadi lebih pendiam dan merasa bersalah, lebih tepatnya ia tidak ingin ada orang yang mendekatinya agar orang tersebut tidak celaka seperti saudara kembarnya, Adelio Restiana Angga. yah, namanya sama dengan Lio teman sekelasnya, hanya berbeda Tristan dan Restianan saja. Lia menganggap dirinya ini pembawa sial, itulah pemikiran Lia setiap saat.

Saat Lia mendengar nama Lio, Lia awalnya cukup terkejut. nama yang sama dan sifat yang sama seperti Lio Kakaknya. sifat Lio sangatlah sama, genit kepada semua gadis. Lio kakaknya penyayang dan selalu menjaga miliknya, kalau Lio teman sekelasnya, ia tidak tahu dan tidak ingin mencari tahu.

Dan Lia juga berharap Lio tidak mendekatinya seperti yang ia katakan tadi saat berada di kelas.

°Flasback On°

"Lia, lo masih ingat sama gue gak Ya?" tanya Lio sambil menompang dagunya menggunakan kedua tangannya. Lia menggeleng tanpa menoleh sedikitpun, sebenarnya Lia tahu kalau Lio itu tetangga depannya yang senyum-senyum dan melambaikan tangan kemarin. Tapi Lia berpura-pura tidak kenal agar ia tidak terlalu dekat dengan Lio.

Lio menjadi menegang, apakah Lia amnesia karena tadi pagi jatuh dari atas kasurnya dan kepalanya terhantam lantainya, mungkin. Bagaimana mungkin Lia bisa lupa dengan wajahnya yang super duper tampan ini dalam waktu setengah hari.

"lo bohong kan?" tidak ada jawaban dari Lia, Lia hanya diam. Sambil membaca tiap baris tulisan novelnya. Ia membaca novel tapi pendengarannya mengarah pada apa yang diucapkan Lio hingga ia hanya membaca sekilas tidak mengerti makna dari bacaannya.

"Lia, helloww!" Lio menepuk-nepuk pundak Lia agar Lia menoleh walaupun sebentar saja.

"bisa gak lo jangan gangguin anak orang sehariiii aja" ucap Bina sambil menekankan kata ' sehari '.

"dia itu bikin gue penasaran Bin. Gue jadi pingin dekatin dia terus menerus" ucap Lio dengan nada serius. Lia memohon dalam hatinya agar apa yang diucapkan Lio itu tidak serius.

Ia tidak mau lagi orang-orang mendekati dirinya terutama Lio. Ia seperti menganggap Lio di belakang nya ini adalah kakaknya.

°Flashback Off°

Lia mengganti baju putih abu-abunya menjadi baju olahraga yang bewarna biru muda dan putih. Ia suka dengan warna baju olahraganya dan juga model bajunya sepertu jaket lengkap dengan penutup kepala. Setelah selesai ia memasukkan baju putih abu-abunya ke dalam loker yang memang disediakan di dalam ruang ganti untuk semua murid, satu orang satu loker.

Setelah mengunci loker miliknya, ia keluar dari ruang ganti ini. Ia memutar handle pintu dan membuka pintunya. Ia berjalan menunu lapangan sendirian juga. Sambil berjalan, ia mengikat kuda rambutnya agar tidak menganggu aktifitas olahraganya.

dari kejauhan, Lia melihat arah lapangan, Bina melambaikan tangan menyuruh Lia untuk mendekatinya. Lia hanya mempercepat acara mengikat rambutnya.

"kenapa?" tanya Lia saat sudah berada di dekat Bina. Bina juga sama seperti ia, sendirian.

"lo sendiri aja?" tanya Bina.

"iya.."jawab Lia. "lo? kenapa sendiri, gue udah biasa sendirian".

"hmm...itu..." Bina seperti ragu-ragu menjawabnya. Lia menatap bingung Bina, apakah Bina ada masalah dengan Teman-teman nya, hingga Teman-teman nya menjauhi dirinya.

Lia menepis jauh-jauh pikiran buruknya tentang Bina. "udah lah, kalau lo ragu mau ngomong gak apa. Kita main berdua aja kalau lo mau" ujar Lia, entah kenapa Lia dengan sukarela menyuruh seseorang untuk bersamanya.

Bina tersenyum senang dan langsung menggandeng tangan Lia menuju tempat orang-orang berbaris untuk pemanasan.

mereka berdua mendapatkan barisan paling belakang, mereka bersebelahan.

"perhatian... Teman-teman ku yang cantik dan ganteng, Lio bakal jadi pemandu pemanasan yah. Ikutin yahh, termaksud Lia calon pacar Lio" ucap Lio di depan yang katanya sebagai pemandu. Lia yang namanya disebut dan dikatakan kalau Lia adalah calon pacar Lio hanya diam, ia menganggap angin lalu semua perkataan Lio. Tidak penting, pikirnya.

"satu...dua...tiga" pandu Lio sambil melakukan pemanasan yang diikuti oleh semua temannya. Begitu pula dengan Lia, dia juga harus mengikutinya, walaupun ia kesal karena Lio selalu salah dalam memberi contoh pemanasannya.

Tapi, tidak ada yang protes saat Lio selalu sengaja membuat kesalahan. Lia melihat Bina yang selalu menahan amarahnya melihat tingkah Lio. Semua temannya hanya diam tidak ada yang memarahinnya. Guru olahraganya memang selalu terlambat, itulah kata Bina tadi. Jadi tidak ada yang membina mereka lagi selain orang yang tidak waras itu.

Selama 25 menit, akhirnya mereka siap juga pemanasan, sekarang yang capek bukan jasmani Lia, tapi rohani Lia. Ia selalu bersabar melihat tingkah Lio yang tidak berguna sama sekali dan bikin dirinya dan Bina kesal.

Lia dan Bina memilih isritarahat dibawah pohon yang teduh. Banyak juga yang berteduh disana. Mereka berteduh menunggu guru olahraganya datang, biasanya sih kalau gurunya terlambat hingga tiga puluh menit, maka guru tersebut tidak akan hadir hingga pelajaran olahraga berakhir. Alasannya pasti sakit, lagi pula guru olahraganya itu juga cukup tua. Hampir pensiun juga, lulus Lia pensiun pula guru itu.

"La, kayaknya tuh pak Wira gak datang deh. udah lewat setengah jam" ujar Bina. Lia mengangguk mengerti, tapi ia tidak tahu mau melakukan apa jika jam olahraga kosong. belanja ke kantin? ia udah kenyang, di kantin kalau nongkrong bosan.

"Jadi kita ikutan main Voli aja yuk sama mereka" tunjuk Lia, sebenarnya ia enggan untuk bergabung tapi melihat kebosanan Bina yang sedang mengotak-atik ponselnya, Lia jadi ikutan bosan. Entah kenapa Lia gak tahu.

Bina ragu-ragu ingin menjawab Lia, mau atau tidak. Lia yang melihat makin penasaran dengan masalah Bina yang sepertinya selalu menyendiri dan menjauhi Teman-teman nya.

"Bin, lo ada masalah?" tanya Lia akhirnya, ia tidak bisa memendam pertanyaan yang ingin ia lontarkan lagi.

Bina tampak terkejut dengan perubahan wajah Lia yang serius. Haruskah Bina jujur dengan Lia, apa yang sebenarnya terjadi? Bina bingung, ia masih belum bisa percaya dengan Lia. Bina baru bertemu dengan Lia beberapa jam.

Lia menghela nafasnya, ia sepertinya menekan Bina. Bisa dilihat dari wajah Bina yang mulai bingung. Lia juga bingung dengan dirinya yang peduli dengan Bina.

"semua masalah itu jangan disembunyikan seorang diri. Lo harus ceritakan ke salah satu teman lo yang lo yakini bisa di percaya" ucap Lia bijak. Ia tidak memaksa Bina, tapi Bina sepertinya ingin menceritakan tapi ragu juga.

cukup lama mereka terdiam, hanya suara murid yang heboh karena permainan bola basket Lio Cs. ternyata dan ternyata, Zen termaksud Lio Cs, hilang sudah harapan Lia kalau Zen itu sebenarnya tidak sama seperti Lio dan yang lain, Zen sama-sama genit dan gesrek.

"gue benci sama Lio Del" tiba-tiba saja Bina bersuara dan memanggil dirinya denga Del. Lia menaikkan sebelah alisnya, kenapa Bina membenci Lio. Sepertinya Bina membenci Lio sama seperti dirinya, Lio yang selalu mengganggu dan bertingkah aneh.

"dia udah bikin gue dijauhi Teman-teman gue" lanjut Bina lagi dengan suara yang lemah. Ada sebuah kesedihan di dalam matanya yang sedang memandang mata Lia.

"maksud lo dikucilkan?" tanya Lia ingin membenarkan maksud dari perkataan Bina. Bina mengangguk dan matanya mulai berkaca-kaca. Lia tahu bagaimana perasaan Bina. Sama seperti dirinya dulu yang selalu dikucilkan dan disalahkan oleh Teman-teman nya, mengatakan kalau Lia lah yang membuat Lio meninggal.

"gara-gara apa? kenapa Lio yang yang lo benci?" tanya Lia agak hati-hati. takut Lia salah bertanya.

"lo ingat yang dibilang Lio tentang mantan itu?"

Lia mengingat. "lo mantan gue yang paling aneh bin ajaib" ingat Lia didalam hati.
Lia mengangguk.

"gue memang mantan Lio, dua bulan yang lalu gue putusin dia. Gue gak tahan dengan semua tuduhan yang ditujukan orang-orang kegue. Entah kenapa dari sekian banyak orang yang mengagumi dia, dia malah milih gue dan bodohnya gue, mau terima dia hingga akhirnya pembullyan terjadi terhadap gue hingga sekarang. gue dikucilkan, dibully. tapi semenjak gue putus pembullyan itu jarang terjadi" curhat Bina sambil sesekali melihat ke arah lapangan, dimana Lio sedang bermain basket.

"tapi gue juga beruntung, Lio juga peduli sama gue. cuma Lio Cs dan ditambah lo yang paling peduli sama gue disini" lanjut curhat Bina dan Lia ikutan memperhatikan ke arah yang sama,Lio.

"Jadi itu yang buat lo duduk sendirian didekat Lio?" tanya Lia masih memandang Lio Cs bermain basket.

Bina mengangguk.

"tapi Lio playboy, jadi bisa aja setengah murid disini udah dipacari sama dia. kan murid disini dikit?" tanya Lia lagi masih penasaran. untuk pertama kalinya selama dua tahun, Lia berbicara panjang pada teman sebayanya.

Bina melihat Lia yang juga melihat ke arah dirinya. " Lio gak playboy, cuma gue yang baru jadi pacarnya. Dia cuma selalu menggoda semua siswi disekolah ini" jawab Bina.

Lia menganga, apakah benar apa yang dikatakan Bina.

"seriusan?"

"iya..."

"oh my got.."

****

Lio mendribel bila basketnya dan mulai melemparkan ke ring dan bola masuk hingaa semuanya bersorak, sorak para siswi.

Vero merangkul Lio. Lio tersenyum penuh kemenangan sambil membentuk Love dari tangannya untuk semua siswi yang sedang menonton.

Ia memandang semuanya, hingga ia jatuh ke pandangan di atas. di atas sana ada pohon yang dibawahnya sedang ada dua siswi yang paling Lio suka. yang bikin Lio penasaran walaupun sering dimaki oleh salah satu dari kedua siswi itu,Lio tidak menyerah dalam menganggu mereka.

Lalu ia beralih melihat ke arah lapangan Voli yang tidak jauh dari pohon itu yang sama-sama berada di atas juga. Lio melihat gerak gerik mereka dan melihat siswi yang bermain voli tersebut sedang memandang mereka dengan tatapan dendam.

Lio langsung melepaskan rangkulan Vero dengan paksa. Ia mendorong semua siswi yang menghambat jalannya, ia berlari sangat kencang agar bisa secepatnya sampai di atas sana. sekarang ia sedang menaiki tangga untuk sampai di bawah pohon itu. salah satu dari siswi itu sedang mengangkat bola Voli ke atas udah dan berencana melempar ke arah siswi yang sedang berbincang di bawah pohon itu.

hingga Lio akhirnya sampai dan menutup kedua siswi itu menggunakan badannya dan jadilah dia yang mengenai bola Voli tepat di hidungnya. Ia melindungi siswi itu dengan membelakangi mereka berdua.

Lio memegangi hidungnya yang sangat sakit itu, serasa remuk tulang hidungnya. Ia merasakan cairan kental mulai keluar dari hidungnya dan benar saja cairan bewarna merah sudah keluar dari hidungnya akibat lemparan yang lumayan kuat itu.

Lio menatap tajam semua siswi itu. Semua siswi itu menjadi tegang dan takut. Mereka semua takut dengan kemarahan Lio yang sangat mengerikan itu.

"kenapa!? takut!? kalian mau gue keluarin dari sekokah ha!?" bentak Lio dan mendekati bola Voli yang tadi mengenai hidungnya.

sekarang semua siswi dan siswa serta Teman-teman Lio sudah mengerubuni Lio dan semua siswi yang ingin melempar Bina dan Lia tadi. mereka berencana melempar Lia dan Bina.

"kalian mau coba gimana rasanya kalau kena nih bola" ujar Lio sambil memutar-mutar bola Voli dengan kedua tangannya. Ia tidak terima dengan perlakuan mereka yang sangat memalukan ini.

Bina dan Lia terkejut saat Lio melindungi mereka berdua dan akhirnya bola yang tadi awalnya ingin mengenai salah satu dari Bina atau Lia sekarang mengenai Lio. Bina memandang Lio tidak percaya, untuk kedua kalianya, Lio marah kepada Teman-teman nya itu pun demi dirinya dan sekarang demi dirinya dan Lia.

Semua orang memandang ngeri Lio yang sedang dipenuhi dengan kemarahan. Lia pun juga terkejut, untuk pertama kalinya Lia melihat kemarahan Lio, kemarahan yabg tidak terkendali, sama seperti



Lio saudara kembarnya.

Lio mengangkat bola voli ke udara dan berencana melempar bola tersebut ke arah enam siswi yang berencana melempar Bina dan Lia. Ia tidak peduli lagi apakah itu wanita ataupun pria.

"Jangan...!!"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience