Rate

4

Romance Series 3063

"Jangan...!!"

semua orang melirik ke asal suara, Vero ternyata yang berteriak. Zen mendekati Lio dan merampas bola voli tersebut dari tangan Lio sebelum Lio melempar bola tersebut. Dirga menyentuh pundak Lio yang bergetar karena amarah yang ia tahan. Lio masih menatap tajam enam orang siswi yang menundukkan kepala mereka.

"ingat Yo, mereka itu cewek. lo gak bisa samain cewek dengan cowok" ujar Zen sambil menepuk-nepuk pundak Lio.

Lio membuang nafas kasar, Ia melirik ke arah Lia dan Bina yang memandangnya takut. Lio mendengus pelan, seharusnya ia tidak melakukan ini di depan Lia dan Bina. Tapi amarahnya tidak bisa terkendali kalau sudah mengenai hal yang dianggap nya spesial. Entah sejak kapan, Lio menjadi peduli pada Lia, Lio tidak tahu.

Saat melewati Bina, Lio menyambar pergelangan tangan Lia yang berada di belakang Bina dan membawa Lia entah kemana. Lia membelalakkan matanya tapi ia takut ingin melawan saat melihat Lio masih dalam kondisi marah.

Lia mengikuti Lio yang entah kemana dan ternyata Lio membawa Lia ke dalam UKS. Lio duduk di atas salah satu kasur UKS, Lia hanya bisa berdiri diam di depan Lio.
Lia berpikir, untuk apa ia takut pada Lio. walaupun Lio emosian, lagi pula kan dia sudah pernah menghadapi amarah Lio. Amarah Lio saudara kembarnya sangat lah sama. Lia jadi berpikir, apakah Lio ini sama seperti Lio saudara kembarnya.

Lio memandang Lia yang sedang melamun kan sesuatu.

"lo gak bantuin gue gitu?" tanya Lio sambil memelas dan pura-pura sakit.
Lia mendengus kesal, Lio ini ternyata sangat ahli dalam merubah suasana hatinya. padahal dia habis marah-marah dan sekarang ia kembali ke sifat aslinya, aneh bin ajaib.

Lia mendekati kotak P3K dan mengambil kapas untuk membersihkan darah yang belum berhenti keluar dari hidung Lio. Karena marah-marah, Lio jadi lupa kalau hidungnya sedang berdarah dan bercucuran hingga ke baju olahraganya.

Lia menjukurkan kapas tersebut di depan wajah Lio sambil membuang mukanya.
Lio menaikkan sebelah alisnya.

Lia yang merasakan kapas yang berada ditangannya belum juga di ambil akhirnya menoleh ke arah Lio. Lio yang menaikkan sebekah alisnya seperti orang bingung membuat Lia gemas.

"ambil kenapa, tangan gue pegel" keluh Lia sambil menyodor-nyodorkan kapas tersebut.

"bersihin donk..." rengek Lio. Lia mendengus kesal, ia melempar kapas tersebut ke wajah Lio dan meninggalkan Lio yang terdiam di tempat tapi sedetik kemudian ia tersenyum kecut, ia merasa lucu bertingkah seperti ini di depan Lia.

****

Bina berlari kecil menuju UKS, ia berpikir Lio pasti membawa Lia ke UKS mengingat hidung Lio yang berdarah.

setibanya di depan pintu UKS, Bina menarik nafas dalam dam membuangnya pelan. Ia hendak menekan handle pintu tadti pintunya sudah terbuka duluan dan menampakkan Lio yang sedang menyumbat kedua hidungnya dengan tisu.

"Hai Bina" girang Lio dan memeluk Bina erat, seperti sudah lima tahun gak ketemu.

"ihh, lepas gak. jangan sampai gue reflek" kesal Bina dan akhirnya Lio melepaskan pelukannya.

"mau jenguk Lio yah, Lio gak kena__"

"Lia mana?" potong Bina dan mendongakkan kepalanya mencari-cari Lia dibelakang Lio ke dalam UKS.

Lio mendadak lesu saat mendengar nama Lia. Ia jadi rindu wajah Lia yang selalu dingin. Walaupun baru beberapa menit ditinggalkan.

"barusan per__ njir gue dicuekkin lagi" kesal Lio saat perkataannya belum selesai, Bina sudah pergi meninggalkan Lio tanpa mengatakan sesuatu sama seperti Lia.

Ia melepas sumbatan hidungnya dan membuang tisu tersebut ke tong sampah yang berada di sebelahnya.

Ia berjalan santai dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam kantong celana.

****

"Mau kemana Ya?" tanya  bina cepat saat Lia berdiri dari bangkunya dan hendak pergi.

"Mau ke kantin, mau ikut?" tawaran Lia dijawab anggukan oleh Bina.

Mereka menyusuri koridor sekolah, sejak kejadian tadi saat pelajaran olahraga membuat semua mata memandang mereka sinis. Mereka marah pada mereka berdua karena membuat pangeran mereka yang awalnya lembut dan ramah menjadi pemarah. Pemarah? Yah, Lio mendadak selalu marah-marah. Mungkin suasana hatinya masih kesal karena Lia dan Bina meninggalkan Lio begitu saja tanpa peduli keadaan Lio.

Mereka mencari tempat untuk mereka duduki dan di sana, di pojok kantin sudah ada tempat kosong yang siap untuk di duduki oleh Bina dan Lia. Bina menyuruh Lia duduk duluan dan Bina yang memesan makanan.

Lia duduk di bangku kantin, ia mengeluarkan ponselnya dan memainkan ponselnya di atas meja.

Lia menggulirkan layar ponselnya, ia melihat Ig di ponselnya. Sekali-kali ia tersenyum tipis saat melibat tingkah teman lamanya yang sedang siaran langsung di Instagram.

Cekrek...

Lia menatap kesal orang di depannya yang baru datang udah ambil foto orang sembarangan. Lia merebut ponsel tersebut tapi langsung di jauhkan dari jangkauan Lia oleh pemilik ponsel.

"Hapus gak!" ancam Lia sambil menatap tajam orang di depannya.

"Gak mau"

"Zen, hapus donk. Pasti jelek" Lia merengut kesal. Apalagi tadi dia itu lagi senyum, kalau ada yang lihat kan Lia gak dingin lagi anggapannya.

"Kenapa sih, kan cantik. Mau gue simpan aja buat pengusir tikus di rumah gue"

' memang njir banget nih orang ' gerutu Lia di dalam hati.

"Serah lo lah, yang penting jangan lo kasih tahu ke orang-orang" peringatan Lia untuk Zen. Zen tersenyum saja tanpa menjawab peringatan Lia. Ia menyimpan kembali ponsel nya kedalam saku bajunya.

"Oh ya Ya.. Gara-gara lo sama Bina Lio marah-marah mulu sama kami"

"DL"

"Ihh, jahat banget lu jadi cewek"

"Biarin"

"Pendek banget jawaban lo"

"O"

Zen mendengus sebal melihat tingkah Lia yang masih saja dingin. Ia kira tidak akan sedingin ini saat melihat Lia tersenyum tadi walaupun tipis, tapi itu adalah hal langka.

"Sholat gih, ganggu aja lo" suruh Lia sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku baju.

"Hai Zen" sapa Bina setiba di tempat duduk.

Zen hanya tersenyum.

"Lo sendiri aja gak sholat"

"Gue lagi gak sholat"

"Gue lagi M kali" ujar Zen membuat Lia dan Bina menatap aneh Zen.

"Lagi Malas" lanjut nya.

"Dalam beribadah gak ada yang namanya malas" ujar Bina dengan bijak.

"Ya elah, sok bijak lo" ketus Zen.

"Lio aja sholat, padahal dia lebih nakal dari lo" ujar Bina.

Lia tercengang mendengar penuturan Bina tentang Lio. Tapi ia langsung membuang pikiran tak percaya nya jauh-jauh, seharusnya ia senang kalau Lio nakal-nakal tetap menjalankan beribadah.

"Ya deh, gue udah di skak" ujar Zen dengan lesu dan berdiri dari duduknya.

"Gue lihatin deh yang tadi sama Lio" ucap Zen sambil tersenyum devil pada Lia. Lia seperti berpikir, liatin apa?
Ia membelalakkan matanya.

"Jangan..!!" teriak Lia hingga semua mata tertuju padanya.

' sial ' batin Lia, Zen berlari meninggalkan kantin. Bina mengedikkan bahunya tentang masalah Zen dan Lia, Zen pasti mengerjai Lia hingga Lia berteriak seperti itu. Ia sudah tahu gelagat Zen yang suka mengancam tapi gak pernah dilakuinnya.

"Masalah baru datang deh" ujar Lia saat melihat Lio memasuki kantin dengan ketiga temannya. Dari jauh sana Lio sudah senyum-senyum sambil melambaikan tangannya ke arah Bina dan Lia.

Mereka berdua memutar bola mata jengah. Senyuman Lio itu gak pernah luntur dari wajahnya, membuat semua orang dibetes kalau melihat senyuman itu setiap hari, terlalu manis. Bagi anak-anak lain tidak untuk Lia dan Bina.
Bagi mereka berdua, senyuman itu ancaman.

Tanpa meminta izin terlebih dahulu, Lio Cs sudah duduk manis sambil melihat kedua gadis didepan mereka. Tak lupa dengan senyuman yang tak pernah luntur dari wajah tampan mereka berempat. Lia dan Bina memakan nasi goreng yang dibeli tadi sambil berbincang berdua saja, mereka menganggap Lio Cs seperti hantu, ada tapi tidak terlihat.

Ok, ketiga sahabat Lio sudah mulai bosan dan mulai memesan makanan kecuali Lio yang masih setia mendengarkan perbincangan Bina dan Lia.

Tapi, lama-lama Lio juga bosan lah.

"YaNa..." panggil nya, entah pada siapa. Lia dan Bina tentu melanjutkan makannya sambil berbincang, yang paling banyak berbincang Bina, Lia hanya ngangguk ngerti dan menjawab semua pertanyaan Bina dengan singkat, padat, dan jelas.

Lio mulai kesal. Lio berjalan ke seberang meja dan menongolkan kepalanya di antara kepala Lia dan Bina yang duduk bersebelahan.

"Aigoo..." Ucap Bina terkejut saat ia ingin menoleh ke arah Lia.

"astaghfurullah..." Ucap Lia dengan gelagat terkejut pastinya tapi Lio dapat bonus, pukulan kuat di kepalanya.

Lio menjauhkan kepalanya dan meringis sambil memegangi kepalanya. Ia menatap kesal Lia.

"aishh...sakit!" kesalnya.

Lia?
cuek bebek dengan kekesalan Lio yang mulai menghentak-hentakkan kakinya seperti anak TK yang merajuk tapi tidak di hiraukan. Lia baru tahu, kalau Lio mempunyai sifat seperti itu. Sehari di sekolah baru, Lia sudah melihat langsung tingkah anak SMA yang berbeda dari temannya yang lain.

Melihat tingkah Lio yang berlebihan, Bina menjadi muak dan mulai lah pertengkaran antara Bina yang tidak suka dengan tingkah Lio dan Lio yang keras kepala yang tidak terima dengan perkataan Bina.

Teman-teman Lio hanya bisa memandang mantan sepasang kekasih ini yang dari dulu memang selalu begitu, tidak ada kata romantis untuk mereka berdua. Lia memandang Lio dan Bina dengan pandangan yang mengatakan kalau mereka berdua sangat cocok.

Lia tanpa sadar Berdo'a semoga Bina dan Lio kembali bersama seperti dulu. Tapi mereka menjalani hubungan tidak ada yang namanya PHO dan tidak ada lagi pembullyan yang terjadi pada Bina.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience