Rate

3

Horror & Thriller Series 526

Mata agak sipit menatap laki-laki didepannya. Senyuman bagai bunga sakura pada musimnya disampaikan dengan indah. Bahkan dia tidak akan tega melepas pandangannya walau hanya satu detik saja.

"Apa yang ingin kau makan?" Ucap laki-laki itu yang tidak lain adalah Jun. Melemparkan senyuman manis kearah lawan bicaranya.

"Hmm,,, itu terserah kamu saja.!" Perempuan ini tidak ingin kalah. Dengan senyuman yang bagi laki-laki (selain Jun) dapat membuat darah akan berhenti mengalir dan membuat urat-urat disekitar kepala akan melonjak dan terlihat jelas. Senyuman mematikan.

"Baiklah, kita pesan nasi goreng saja."

"Oke, aku juga sangat tertarik dengan nasi goreng di kantin ini."

Perempuan itu bernama Desi. Wajahnya sangat cantik. Sangat indah untuk dipandang. Kulitnya putih bersih tanpa noda sedikitpun. Tubuhnya juga langsing. Anak seorang pemilik saham terbesar.

Suatu ketika seorang pemilik saham terbesar datang keperusahaan Edward, ayah Jun. Dia yang memiliki perusahaan sederhana tidak mungkin akan menolak bekerja sama dengan pemilik saham terbesar di kota. Dengan begini, perusahaan akan berkembang pesat dan mendapat keuntungan yang besar.

Lalu suatu hari, pemilik saham itu menceritakan anak perempuannya Desi dan mengatakan ingin menjodohkan anaknya dengan Jun. Ayah Jun saat itu tidak yakin putranya akan menerima ini.

Dan pertemuan berikutnya, pemilik perusahaan dan pemilik saham terbesar bertemu kembali untuk menceritakan masalah anak mereka. Ayah Jun mengatakan bahwa anak mereka tidak menyetujui perjodohan ini. Walau ini berarti dia harus siap untuk melepaskan pemilik saham untuk perusahaannya. Tapi dia yakin, bahwa kebahagiaan putranya diatas segalanya. Bukan untuk membebaninya. Lalu pemilik saham itu tidak mempermasalahkan hal ini. Dia juga tidak ingin mengganggu hubungan anak muda zaman sekarang. Tapi anaknya memang sangat menyukai Jun. Dan timbullah ide untuk membuat mereka makan malam bersama di restoran. Seperti yang diduga, saat ini mereka telah duduk di meja yang sama sambil memakan makanan yang telah dipesannya. Rasanya agak canggung dan tidak banyak percakapan diantara mereka hingga mereka berpisah dan kembali ke rumah masing-masing.

***

Kriinngg..

Jam alarm yang disetel telah berbunyi 3X. Mei masih tetap terbaring mati di kasur. Sangat melelahkan menjalani pekerjaan sebagai peramal. Apalagi setiap hari senin-kamis dia harus ke kampus untuk kuliah. Sangat membosankan mengejar ilmu tanpa keuntungan di hari yang memuaskan seperti hari jum'at hingga hari minggu. Tapi tanpa ilmu pun dia tidak akan menjadi apa-apa. Lalu hanya menjalaninya dan semua akan beres. Masih ada waktu bekerja di setiap malamnya bukan?

Bangun - Mandi - Berpakaian - Sarapan - Lalu ke kampus. Kerjaan rutin setiap hari. Ini demi cita-cita.

08.30 adalah saat yang sangat penting. Hari ini akan ada mahasiswa pindahan dari Universitas C. Dia juga akan berada dikelas yang sama dengan Mei. Kelas Sejarah. Rumor mengatakan mahasiswa pindahan ini adalah orang kaya. Dia adalah mahasiswa tercerdas dan terpandai di universitas C. IPK dari semester 1-6 adalah 4.00.

Lalu apa alasannya dia pindah?

Tidak ada yang jelas dari pertanyaan itu. Bahkan tidak ada rumor sedikitpun mengenai alasan dia pindah. Hanya rumor yang mengatakan dia anak orang kaya dan dia tercerdas dengan IPK 4.00. Bahkan untuk mengetahui mahasiswa yang akan datang ini apakah laki-laki atau perempuan masih menjadi teka-teki. Tidak ada yang bisa mengatakan hal ini karena hanya dua hal diatas yang beredar di kampus. Tidak ada yang lainnya lagi.

Seorang dosen memasuki ruangan. Dibelakangnya seorang gadis mengikutinya. Wajahnya Manis. Dan dengan poni datar menutupi dahinya. Warna matanya hijau, indah untuk dilirik.

"Nama saya Nia." Dengan nada cueknya dia memperkenalkan dirinya. Dia benar-benar orang kaya terlihat dari apa yang dipakainya. Pakaian putih dan rok hitam yang tampaknya terbuat dari sutra, dan satin. Bahkan jejeran berlian tergantung dilehernya yang putih. Benar-benar merendahkan beberapa mahasiswi yang dikenal kaya yang ada diruangan.

"Hanya itu?" Dosen wanita yang duduk dikursi hanya menatap kearah Nia yang mengangguk. Tatapannya merasa bahwa anak ini memang benar-benar super angkuh. "Baiklah, silahkan duduk dikursi kosong."

Mata kuliah yang membosankan pun terjadi lagi. Mei hanya diam acuh tak acuh dengan apa yang diucapkan dosen. Suara teriakan bahkan tak menghentikan lamunannya tentang berapa banyak uang yang telah terbuang untuk satu hari ini. Pikirannya melayang entah kemana. Hanya kerja dan kerja yang ada diotaknya sekarang.

Sebenarnya bukan tidak ada alasan mengapa dia sangat ingin mendapat uang yang banyak. Atau mungkin orang-orang akan berfikir dia sedikit gila harta. Tapi itu semua tidaklah benar. Ada satu alasan yang sangat dia inginkan terjadi. Mendapatkan uang yang banyak untuk biaya sekolah adiknya. Orang tuanya? Mereka sudah tidak ada. Mei hanya tinggal bersama dengan adiknya yang masih bersekolah di sekolah dasar kelas 5. Dan bulan depan pembayaran sekolah harus dibayar lagi. Itu yang membuat Mei mati-matian mencari uang untuk menyekolahkan adiknya. Itulah cita-citanya sekarang.

Langit tampak mendung. Hujan mungkin akan turun sebentar lagi. Suara hembusan angin pun sedikit terasa di telinga. Mei hanya sedikit mengantuk dan mencoba memahami apa yang baru saja dikatakan dosen didepannya itu.

***

Next Chapter ---> Belum jelas sih kapan...??????

Jangan lupa vote dan comment.y...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience