Bab 2
Sunrise Juice
Erlynn's good Idea...
Lynn ...! Lynn bantuin gue, dong! Lynn ...!" teriak Kimmy yang pagi ini tampak imut dengan celana capri putih dan kaus purple blue, "Apaan?" tanya Erlynn dari kamarnya. "Barang pada dateng semua, nih. Bantuin bentar, bisa nggak?" teriak Kimmy lagi. Ia tampak sibuk menyusun tum-pukan majalah dan tabloid yang baru dikirim pagi ini. Dulu, Kimmy cuma agak sibuk bila akhir bulan tiba karena majalah yang baru terbit mulai disebarkan ke agen-agennya. Tapi, sejak muncul majalah mingguan dan dwimingguan, otomatis kesibukan Kimmy bertambah. Kimmy emang nggak pernah menyangka kalau books store yang baru dirintisnya dua tahun belakangan ini bakal maju seperti sekarang. Awal-nya, ia cuma menjual beberapa jenis majalah. Sekarang, walaupun nggak terlalu besar, kios bukunya
dikenal paling lengkap dan komplet. Bukan lagi segala macam majalah, tapi juga ada komik, koran, tabloid, bahkan beberapa judul novel best-seller, "Bantuin apaan? Emangnya, Bi Umi ke mana?" tanya Erlynn yang muncul dengan khas penampilan cueknya-short pants, sandal jepit, dan rambut rada acak-acakan.
"Bi Umi lagi ke pasar. Elo bantuin gue nyusun ini, dong! Majalah-majalah yang udah lewat waktunya ditumpuk jadi satu, Terus, elo ganti ama yang terbitan baru. Elo susun yang bagus di rak yang itu, tuh!" sahut Kimmy sambil menunjuk dengan matanya. Sementara itu, tangannya sibuk membongkar tumpukan tabloid olahraga yang diikat dengan tali. "Masa ke pasar sampe jam segini belom pulang?" tanya Erlynn.
"Biasaaa ... Bi Umi man, belanja sayurnya paling-paling setengah jam. Yang bikin lama itu,
kalo dia ngegosip bareng ibu-ibu yang jualan cabe. "Udah, elo cepetan sana nyusun majalahnya! Masih banyak, nih!" Erlynn yang sudah terbiasa membantu Kimmy, langsung beranjak ke rak khusus majalah terbitan baru. "Yang ini majalah apaan? Perasaan, kemaren-kemaren nggak ada?" tanya Erlynn sambil memegang sebuah majalah wanita.
"Iya. Majalah baru, edisi pertama," jawab Kimmy sambil terus bekerja.
"Ada resep kuenya, lho."
"Majalah yang laen juga ada, kan?"
"Tadi gue liat, kayaknya kuenya enak-enak, tuh.
Mirip brownies
"Mana?"
"Cari aja. Apa sih, tadi judulnya favorite cakes and ... apa, ya?"
"Favorite cakes and juices, Yang ini?" tanya Erlynn setelah menemukan bagian halaman yang dimaksud Kimmy.
"Ya-ya-ya. Enak-enak, kan?" "NAH!" seru Erlynn tiba-tiba. "Kenapa?"
"Ini yang gue cari-cari dari kemarin," sahut
Erlynn bersemangat sambil menghampiri Kimmy. "Gue tuh, pengin bikin jus buah yang enak banget. Gue udah nyari-nyari di kumpulan resep gue, ternyata cuma ada dua resep. Itu tuh, banana vanilla ama mocca alvocado yang pernah gue bikinin dulu itu. Inget, nggak?" "Iya, inget. Yang kurang manis itu, kan?" "NAH!" ulang Erlynn lagi.
"Apaan, sih? Nah-nah melulu!"
"Ini resep bagus, nih, Kim. Liat nih, morning dew juice, campurannya melon, lemon, stroberi ama white cream. Terus ada lagi, sunrise juice,
campurannya ... jeruk, stroberi. Hm ... bagus juga nih, namanya! Sunrise juice! Ya. Sunrise juice!"
"Nama apaan? Elo tuh, ngomongin apa, sih?"
tanya Kimmy bingung.
"Gini lho, Kim ... gue tuh, pengin jual jus buahbuahan. Soalnya gue lihat, Jakarta panas buanget. Apalagi kalo siang." Kimmy berpikir sebentar, lalu manggut-manggut. "Hmmm ... yaaa .... That's a good idea.
Kapan?"
"Secepatnya, dong. Maksud gue, lumayan buat tambahan uang jajan, kan?" "Terus, kuliah elo gimana?" "Tinggal skripsi doang. Pagi, gue ke kampus, agak siang gue jualan, malemnya gue ngurusin
skripsi lagi."
"Elo nggak takut apa, skripsi elo bakalan nggak kelar?"
"Tenang aja. Sesibuk apa pun, gue bakalan nyempet-nyempetin nulis skripsi gue. Biar cepet kelar, gitu!"
"Kalo elo udah mantap gitu. Ya, jalanin aja!" ucap Kimmy mendukung.
"Nah! Gue tadi mau bilang, gimana kalo tempat gue jualan nanti dikasih nama SUNRISE JUICE?
Keren, kan?"
Kimmy manggut-manggut lagi. "Lumayan. Yang penting, bukan namanya aja yang keren. Jus buahnya juga mesti enak. Jangan kurang manis kayak yang elo bikin dulu itu." "Tenaaang. Kemaren masih percobaan. Elo percaya deh, gue bakalan bikin jus yang rasanya laen dari yang laen."
"Laen gimana? Pake buah mengkudu aja, biar rasanya laen dari yang laen," saran Kimmy sambil cekikikan.
Mulut Erlynn langsung monyong. "Elo aja yang minum!"
"Kalo nggak, jus terong juga boleh." "Ah, elo. Ngasih sarannya nggak ada benerbenernya. Kenapa nggak sekalian jus jagung, jus kentang, jus seledri, jus brokoli ...?"
Kimmy terbahak-bahak melihat tampang Erlynn yang senewen. "Emangnya, elo mau bikin jus, apa sup ayam?!"
Erlynn jadi ikutan ketawa. "Elo, kalo disuruh jahilin orang, nomor satu, ya?" Kimmy terkekeh. "Oh iya, mendingan gue nyaresep dulu, deh," ucap Erlynn sambil siap-siap berlalu.
"Lho?! Elo nggak jadi nolongin gue?" Kimmy baru ingat, masih banyak yang harus ia kerjakan. "Lynn, tolongin gue, dong!" teriaknya panik. Apalagi waktu melihat dua cewek yang biasa beli komik sedang berjalan ke arah tokonya.
"Belum buka, ya?" tanya seorang dari dua cewek itu. Mereka heran melihat toko buku Kimmy yang masih beran-takan banget. Buku,
majalah, koran, dan yang lainnya ber-serakan di mana-mana
"Ah, eh, nggak. Sori. Banyak majalah sama buku baru. Masuk aja! Tuh, ada sambungan seri komik yang kamu cari kemaren," kata Kimmy sambil menunjuk tumpukan komik di ujung ruangan.
Tak lama kemudian, pembeli yang lain datang.
"Kok, sendirian, Kim?"
"Eh, Tante Rika iya nih. Erlynn nggak tau lagi ngapain. Oh iya, majalah Femina udah datang tuh, Tante!" sapa Kimmy ramah. Kimmy melirik sebentar ke jam dindingnya. Lidah jam sepuluh? Pantesan! pikirnya. "Garagara kelamaan ngobrol ama Erlynn, gue jadi kelabakan kayak gini. Mana tuh anak pake
ngilang lagi. Dasar!" gerutu Kimmy. Ia tahu ia bakal sibuk banget sepanjang hari ini.
Kimmy 's Diary ...
WAH, nggak nyangka, hari ini toko gue laris banget. Terus terang, gue bangga ama diri gue (atau narsis?). Gue masih muda. Badan kecil. Agak pendek maksud gue. Tapi kemam-puan bisnis gue ... not bad, kan?
Gue mesti berterima kasih ama Meg Ryan. Ssst ... jangan bilang siapa-siapa. Toko buku gue itu, sebenernya terinspirasi waktu gue nonton I've Got an E-mail. Meg Ryan punya toko buku mungil. Dia cantik, ramah, baek (kayak gue, kan?) dan dia dapat cowok! Yaaa ... cowok itu (Tom Hanks, maksud gue) emang bukan tipe gue, tapi dia lumayan cakep, kok.
Erlynn demen banget ama Tom Hanks. Jarak matanya ke teve cuma 15 cm kalo lagi melototin Tom Hanks. Gue sih, nggak. Menurut gue, Tom Hanks biasa aja. Maksud gue, lumayan. Ya ampun, gue lebih demen ngeliat tampang cowok sunkist gue ketimbang ngeliat Tom Hanks? Apa ini berarti cowok sunkist gue lebih cakep daripada Tom Hanks?! Masa, sih? Yang bener aja?!
Ya Tuhan, kalo gue bisa dapetin cowok itu, gue bakalan hepi. Nggak apa deh, gue pendek, yang penting hepi, ya nggak? Short and happy!
NB:Gue udah tau apa bedanya kata hui jia, hui chi, ama hui lai.
Gampang aja ternyata.
Share this novel