6

Drama Series 2511

Rehan menunaikan ibadah Tahajud di masjid, lalu pulang ke rumah untuk berehat. Beberapa hari itu Rehan merasa lelah dan sering pulang ke rumah lebih awal. Tetapi kali ini Rehan pulang ke rumah dengan segera bukan hanya kerana ingin berehat, tetapi ia tidak dapat menafikan bahwa dirinya ingin melihat Sha.

"Ya Allah. Hati ini merasa aneh, sepertinya saya merindukan hambamu yang satu itu. Baru saja tadi melihatnya sekarang saya sudah mulai merindukannya. Saya keliru dengan perasaan ini. Jagakanlah hati saya
ya Allah. Jangan biarkan saya bermaksiat ataupun berzina." - Rehan

Selesai berdoa, Rehan berjalan kaki menuju ke rumahnya. Sesudah sampai, Rehan melihat keluar jendela dan melihat Sha sudah tiada di pondok itu.

Rehan pula yang keluar dari rumahnya dan pergi ke sungai. Rehan duduk bersila depan sungai di atas rumput dan menghulurkan tangan ke dalam air. Tanpa disedari, sha yang waktu itu masuk ke rumah sebentar kerana merasa sejuk, keluar semula untuk sambung Bertasbih. Dari jauh sha melihat sosok seorang lelaki yang terlihat seperti cahaya, jantungnya berdegup laju lalu ia langsung teringat akan Rehan.

"Dah kenapa pulak hati ni degup laju semacam je, takkan itu Rehan?" - Kata sha di dalam hati.

lelaki itu sedang asik bermain dengan air sungai. Sha tidak dapat melihat wajah lelaki itu kerana gelap, yang dilihatnya cuma cahaya yang datang dari sosok lelaki itu.

"Itu bukan cahaya dari lampu." - Sha

Sha masuk semula ke dalam Rumah dan Bertasbih. Ia melihat ke luar jendela untuk memastikan apakah lelaki itu sudah pergi atau belum. Dan ternyata Rehan sudah masuk ke rumahnya.

Rehan masuk ke rumah dan mematikan semua lampu dan hanya menggunakan lilin untuk tidak membazirkan eletrik. Dari jendela rumah sha, sha dapat melihat pantulan cahaya lilin dari rumah Rehan.

"Dah balik dah dia, siapa agaknya jiran depan aku ni." - Sha

Rehan solat subuh di rumah kerana merasa kurang sihat. Ia tidak larat untuk kerap berjalan.

Sha sholat subuh di rumah juga kerana ingin menghiasi rumah dengan amal ibadah.

Selesai sholat, Rehan menelefon boss tempat kerjanya dan meminta cuti kerana merasa kurang sihat. Boss nya mengizinkan kerana Rehan jarang mengambil cuti, jika sakitnya tidak terlalu teruk, biasanya ia tetap akan bekerja.

Pada pukul 7 pagi, sha keluar dari rumah dan berjumpa dengan guru mursyidnya. Setiap hari sebelum pergi ke kerja ia akan bertemu dengan gurunya untuk belajar ilmu. Dan ketika ia di rumah, ia akan menelefon dan menghantar pesan melalui whatsapp kepada gurunya.

Saat sha keluar dari rumah, dengan izin Allah, terdetik hatinya untuk melihat ke arah rumah Rehan. Ia merasakan aura yang tenang apa bila ia lalu depan rumahnya. Tetapi tidak dapat melihat sesiapa, kerana Rehan yang pada waktu itu hanya berbaring dan Bertasbih di biliknya. Tiada satu pun tingkap yang terbuka melainkan tingkap yang di belakang iaitu tingkap biliknya Rehan.

Sha menuju ke belakang rumah untuk melihat siapa sebenarnya penghuni rumah itu. Sha sudah tiba di belakang rumah Rehan, hanya tinggal untuk menjenguk ke tingkap sahaja maka akan terlihat lah dengan jelas wajah Rehan. Saat sha Cuba menghendap, dengan izin Allah, niat itu terbatal.

"Astagfirullah. Tak baik la nak usya-usya orang. Dah lah lelaki, bukan mahram pulak tu. Alhamdulilah ya Allah, terima kasih sudah menghalangi ku." - Sha

Sha lalu sambung perjalanan ke rumah guru mursyidnya

Jam 8 pagi, sha meminta izin pada gurunya untuk beredar kerana harus pergi bekerja.

Guru nya mengizinkan lalu ia pun pergi ke kedai makan buk Aisya.

Perjalanannya sungguh tenang, tiada sesiapa yang jalan melepasi membawa jelingan kebencian lagi terhadapnya. Malah semua orang hanya menunduk akibat malu dengan perbuatan mereka.

Sha bekerja seperti biasa. pada jam 2 petang, linda datang menemuinya.

"Asalamualaikum, Sha!, Sha!" - Linda

"Wa'alaikumussalam, Apaan sih teriak-teriak." - Arila, pekerja perempuan di kedai makan itu.

"Mba, saya lagi mencari cewek yang namanya Sha, Sha Arisanti." - Linda

"Mau apa sih sama dia? Jika elu cuman mau bikin masalah, mending lu pergi aja." - Arila

"Eh gua ga nyari masalah ya, jaga bahasa lu! Gua itu cari sha, bukan nyari lu!" - Linda.

Sha yang waktu itu baru sahaja selesai solat dzuhur di ruangan solat wanita yang berada di belakang kedai, terdengar suara orang sedang bertengkar. Lalu ia segera masuk ke dalam kedai dan terlihat lah Linda dan Arila yang sedang bergaduh mulut.

"Astagfirullah, sudah. Kalian kenapa? Teriakan kalian hanya akan bikin masalah buat kita semua." - Sha

"Ini sha, liat nih cewe yang ngefitnah lu. Mau apa lagi dia hah, mau fitnah lagi?" - Arila

"Arila Sudah cukup! Jangan berburuk sangka." - Sha

"Asalamualaikum sha, ini aku linda." - Linda

"Gila lu, lu pikir dia bisa lupa wajah orang yang udah ngefitnah dia?" - Arila

Sha yang tidak suka dengan perkataaan kasar sudah muak mendengarkan kata-kata mereka, sha pandang tepat pada Arila. Arila lalu diam dan membiarkan Linda berbicara.

Linda melutut dan meminta maaf atas apa yang ia lalukan terhadap sha.

"Sha aku minta maaf!, aku benar-benar menyesal dengan apa yang aku lakukan!" - Linda

Sha mebangunkan Linda yang sedang melutut dan menenangkannya.

"Bangun, jangan begini. Sudahi air matamu, aku telah pun memaafkan mu." - sha

Linda lalu duduk di meja bersama sha dan ia menjelaskan semua perkara.

Arila bekerja sebagai waiter, sha yang memiliki banyak kerja sanggup meluangkan masa dengan linda kerana tidak ingin mengecewakan harapannya.

"Sebenarnya bukan aku yang memulakan semua fitnah itu, ada seorang santri perempuan ini datang kepada ku dan menyebarkan fitnah tentangmu pada ku!" - Linda

"Dia menyebarkan padamu, kamu menyebarkan pada seluruh kampung. Mengapa tidak kau bertanya kepadaku sebelum kau percaya dengan fitnah itu?" - Sha

Linda mulai menangis semula kerana kesal dengan perbuatannya.

"Maafkan gua sha, gua udah bertaubat sekarang!" - Linda

"Yaudah, gua sudah maafin lu. Jangan diulangi lagi ya kesilapan lu ini." - Sha

"Terima kasih banget sha, lu baik sekali bisa memaafkan gua begitu saja." - Linda

Sha hanya senyum melihat linda, hatinya merasa gembira mendapati bahwa kawannya itu sudah bertaubat.

Lalu linda berkata "Gua mau kasih tau, santri cewek yang menyebar fitnah tentang lu pada gua itu namanya Mardianti Zalikha. Anak pak Bruwan. Pak bruwan ini terkenal dengan ilmu saktinya, ia sudah banyak mengobat orang-orang di kampung ini. Ia punya 3 orang anak. Yang pertama laki-laki, yang kedua perempuan, dan yang ketiga Mardianti Zalikha."

"Dia tidak sakti, yang sakti cuman Allah swt. Terima kasih sudah memberitahukan gua tentang mereka. semoga Allah merahmati lu atas kebaikkan lu. Gua pamit dulu, mau sambung kerja." - sha

"Yowes, gua pulang dulu ya" - Linda

"iya ati-ati" - Sha

Sha sambung kerjanya di belakang mencuci piring. Sambil ia terus ingat akan nama santri perempuan itu.

"Mardianti Zalikha, Bruwan. Mardianti sepertinya orang yang baik, tapi aku curiga dengan ayah dia, bruwan." - Sha

Hari ini adalah hari Ahad, sha bekerja di kedai makan, manakala cuti pula dari membersihkan rumah Aisya.

Hari cuti Rehan adalah pada hari sabtu. Seharusnya hari ini ia bekerja tetapi ia mengambil cuti kerana kurang sihat.

Sahabat Rehan datang melawatnya di hari yang sama, pada pukul 3 petang.

Dengan keadaan yang risau ia memberi salam pada Rehan tetapi Rehan tidak menjawab salamnya. Agung Darma yang cemas segera mencoba meredah masuk ke dalam rumah tetapi pintu terkunci. Tingkap juga tidak terbuka. Lalu ia memanggil-memanggil nama Rehan

"Asalamualaikum! Woi Reh! ojo gawe wong gemeter! Metu saiki!" - Agung Darma

Darma segera pergi ke belakang rumah Rehan dan menjengok dari jendela biliknya, dan terlihatlah Rehan yang sedang tidur dengan lena.

"Woi Reh, Bangun yo." - Darma

Rehan membuka mata perlahan-lahan

"Dar? Eh sek-sek, gua bukain pintu." - Rehan

Rehan bukakan pintu dan tingkap di rumahnya, darma pun masuk ke rumahnya.

Rehan ingin menawarkan mimuman tetapi darma menolak.

"Ga usah capek-capek bikin teh buat gua, lu kan sakit." - Darma

Mereka duduk dan berbual
"Lu kenapa reh, sakit apa?" - Darma

"Demam keknya" - Rehan

"Wis mangan obat?" - Darma

"Durung, gua turu dari abis subuh" -Rehan

"Nah ini gua bawain obat buat lu, jangan lupa mangan yo. Nanti nambah sakit, tuh cewe jadi rindu" - Darma

"Cewe? Siapa maksud lu?" - Rehan

"Cewek kemarin yang datang ke rumah gua nyari lu" - Darma

Rehan hanya tersenyum dan memandang ke bawah.

"Cewek itu ternyata tertangga gua - Rehan

"Hah? Serius lu?, waduhh jangan-jangan kalian jodoh ya?" - Darma

Rehan tertawa kecil

"InshaAllah." - Rehan

"Waduhhh, jadi lu mau? Wahh setelah sekian lama Rehan Adiwilaga yang ganteng ini ga menyukai siapapun, akhirnya hatinya diluluhkan buat cewe asal malaysia." - Darma

"Dia keturunan jawa juga loh." - Rehan

"Kenapa lu suka dia?" - Darma

"Enggak sih, gua ga suka dia. Cuma bagi gua, dia tuh cewe yang baik." - Rehan

Rehan terpaksa berbohong kerana ingin menyimpan rasa cintanya dalam diam.

"Baik? Loh, ada tu cewe anak pak Bruwan yang namanya Mariayu, pake cadar dia, Ga baik menurut lu?" - Darma

"Gua tidak melihat dari fisik maupun pakaian tebal yang dipake orang, gua melihat ahklak orang itu terlebih dahulu." - Rehan

"Jangan tertipu dengan orang yang menghafal Al Qur'an dan memakai cadar. karena lu harus ingat, kita ini di akhir zaman. Jangan mudah menilai orang hanya dari luaran." - Rehan

Darma hanya mengangguk dan mengubah topik.

"Gua rasa sha itu suka sama lu." - Darma

"Entahlah, gua ga mau mikir itu dulu. Biarkan semuanya berjalan mengikut rencana Allah sehingga terbukti apa gua sudah ditakdirkan menjadi miliknya ataupun tidak. Gua tawakal." - Rehan

"Setahu gua, dulu lu itu disukai ramai cewe-cewe di desa ini. Lu dikatakan bisa memikat hati perempuan dari senyuman dan kata-kata manis?" - Darma

Rehan ketawa dan menjawab semula

"Itu berita palsu, memang rame yang suka sama gua saat gua smp hingga sma. Tapi gua gak pernah memikat hati mereka. Iya gua bisa menggunakan kata-kata manis, tapi gua belum pernah coba-coba pada siji cewe pun." - Rehan

"Ohh, yaudahlah. Kalo gua sih, masih rame yang suka. Iyaa antara gua sama lu, gantengan gua loh!" - Darma

Rehan dan Darma tertawa bersama, setelah 30 minit di rumah Rehan, akhir nya Darma memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

Darma berdiri dan berjalan ke pintu keluar

"Ok sekarang gua pulang ya? Lu ojo lupa makan obatnya, jangan senyum-senyum mulu! Asalamualaikum." - Darma

"Wa'alaikumussalam, Nuhun nggeh buat obatnya." - Rehan

Saat darma berlalu pergi, Rehan melihat ke arah rumah sha. Lalu ia berkata di dalam hati.

"Gak pernah satupun cewe kecuali dia." - Rehan

Rehan masuk semula ke dalam rumahnya dan bertasbih.

Pada jam 6 petang, masuklah waktu magrib di Surabaya jawa. Memang kena dengan masa, pukul 6 petang adalah waktu pulang dari kerja.

Untuk pulang ke rumahnya, ia harus melepasi jambatan sungai di depan masjid. Seperti biasa, sha akan singgah sholat di masjid terlebih dahulu.

Saat tibanya di masjid, ada Fahlan dan sekumpulan santri perempuan dan lelaki di situ. Sha mengabaikan mereka tetapi saat ia sedang berjalan menuju ke tempat mengambil wudhu perempuan, Fahlan datang menghampirinya.

"Asalamualaikum" - Fahlan

"wa'alaikumussalam, ada apa fahlan?" - Sha

"Gimana hari ini, apakah masih ada yang membenci mu?" - Fahlan

Sha senyum dan berkata "kita tidak akan pernah bisa membuat semua orang menyukai kita, tidak mustahil ada yang membenci kita." - Sha

"Alhamdulilah, terima kasih sudah ingetin saya" - Fahlan

"Saya pamit dulu ya, mau sholat magrib. asalamualaikum." - Sha

"Wa'alaikumussalam" - Fahlan

Tanpa disedari, waktu itu sebenarnya banyak mata-mata yang sedang memerhatikan. Termasuk Mardianti Zalikha.

Selesai sholat, sha seperti biasa. Berdoa dan bertasbih. Tetapi kali ini ia ingin segera pulang. Kerana merasa penat bekerja seharian.

Sha termenung kerana keletihan, dan tiba-tiba dia teringatkan kejadian dimana dia sedang melihat-lihat keliling masjid untuk mencari Rehan, namun tiba-tiba saat ia sedang melihat-lihat di balik langsir, Rehan menutup langsir itu.

Sha terbaring dan menutup wajahnya dengan telekung kerana malu.

Lalu sha segera mengemas barang-barangnya kerana takut jika terserempak dengan Rehan. Ia segera pulang ke rumah.

Saat sha berada di luar depan masjid, ia didatangi oleh seorang perempuan Memakai telekung berwarna putih, dan menyapanya.

"asalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam." - Sha

"Ayolah, tunjukin sifat asli lu pada orang yang memfitnah lu."

"Maksud sempeyan?" - Sha

"Ini gua, Mardianti Zalikha. Linda pasti udah menceritakan tentang gua pada lu kan? Pasti ia mau selamatkan dirinya dulu"

Sha diam dan hanya menatap Mardianti.

"Ayolah, ojo pura-pura alim. Tunjukin sifat asli lu. Lu udah jumpa gua kan? Lepaskan semua dendam lu sekarang!" - Mardianti

Sha menarik nafas panjang dan mula bercakap dengan nada suara yang lembut.

"Saya tidak pernah berdendam pada sempeyan, saya sudah memaafkan dari hari pertama fitnah itu tersebar." - Sha

"ih benci banget sii liat lu, coba deh jangan menjadi manusia munafik cuman 1 hari aja!" - Mardianti

sha tersenyum lalu duduk di bangku yang ada di depan masjid.

"tenangkan hatimu dulu nggeh Mardianti. saya memaafkanmu karena Allah. sakarepmu mau percaya atau enggak, cukup Allah sebagai saksi." - Sha

"Lu dengar ya, gua akan ambil semua hak lu. termasuk orang yang elu sayang! lu ga kenal siapa gua!" - Mardianti

Mardianti lalu pergi meninggalkan masjid, sha masih duduk di bangku dan hanya tersenyum.

seseorang yang berilmu tidak akan membanggakan dirinya, ia tidak akan sombong dengan berkata
"Kau tak tahu aku siapa"

sha bangun dan pulang ke rumahnya. azan waktu isyak telahpun berkumandang, sha lalu solat dan berdoa. lalu ia bertasbih dan masuk tidur.

jam 1 pagi, sha terjaga. sha mengalihkan badannya ke kiri dan ke kanan, mencuba untuk tidur semula, tetapi masih gagal untuk sambung tidur sehingga jam 2 pagi. lalu sha memutuskan untuk terus bangun sahaja dan melakukan tahajud lalu bertasbih.

selesai tahajud, ia berdoa " ya Rabb, berikanlah aku kekuatan dan kesabaran. dan jagakanlah kesucian cinta ini, jangan sampai aku melakukan maksiat ataupun zina. jauhkan aku darinya jika itu lah yang terbaik, tetapi dekatkanlah jika menurutmu dia adalah pasangan terbaik buatku. " - Sha

selesai berdoa, Tergerak hati Sha untuk melihat ke luar jendela. ia melihat cahaya lampu dari rumah Rehan, lalu terlihatlah Rehan yang sedang Takbir.

"Rehan?" - Sha

Sha memerhatikan Rehan dari kejauhan sehinggalah Rehan selesai Sholat.

Rehan keluar dari rumahnya dengan memakai jubah hitam, dan duduk di dalam pondok yang ada di tepi sungai, lalu ia bertasbih.

ia merasa tenang apabila menatap wajah Rehan. ia terus memerhatikan Rehan dengan perasaan heran dan gembira.

Sha masih tidak percaya dengan Takdir ini, tidak sangka bahwa Rehan adalah jiran depannya.

"Tiada yang mustahil jika Allah sudah berkehendak. tapi ingin sekali saya tahu apa maksud disebalik pertanda ini ya Allah." - Sha

Jam 4:55am sudah hampir masuk waktu subuh, maka Rehan pun masuk ke rumahnya untuk beribadah. Tanpa disedari, ia tercicirkan Tasbih nya di pondok.

melihat Rehan sudah pergi, Sha keluar dari rumah lalu pergi ke pondok itu. lalu ia melihat ada Tasbih berwarna hitam di penjuru pondok. Sha mengambil Tasbih itu dan ingin memulangkan kembali pada Rehan.

"Mesti dia tercicir" - Sha

Sha mendekat ke rumah Rehan. tiba sahaja di jendela biliknya, Sha menjenguk ke atas tingkap, lalu terlihatlah Rehan yang sedang sholat.

"Memang betul la Rehan, bukan orang lain" - Sha

ia benar-benar percaya sekarang bahwa Rehan lah lelaki yang ia lihat semalam.

Sha batalkan niat untuk memulangkan Tasbih itu sekarang, ia pulang terlebih dahulu untuk Sholat.

Selesai Sholat, ia Berdoa dan Bertasbih.

"Ya Allah, izinkan aku menadalami ilmu terlebih dahulu, janganlah engkau menjatuhkan hatiku pada seseorang selagi aku belum betul-betul taat kepadamu." - Sha

Sha menatap dua gelang kayu yang ia miliki di tangannya. satu di kanan yang diberikan oleh guru mursyidnya. dan satu di kiri yang ia beli sendiri. ia membuka gelang kayu di kirinya itu dan berhasrat untuk memberikannya pada Rehan apabila ia memulangkan Tasbih yang dijumpainya itu.

Jam 7 pagi, ia melakukan rutinnya seperti biasa. bertemu dengan gurunya, diberikan ijazah oleh gurunya. setelah pulang dari rumah gurunya, di persinggahan jalan, ia harus lalu di kawasan bilik yang ia sewa masa awal-awal pindah di kampung ini.

Dan di depan bilik sewa itu ada orang-orang yang berjualan termasuk Linda.

seperti jangkaannya, ia akan terserempak dengan linda. ia menegur Linda saat ia sedang melintasi tapak perniagannya.

"Asalamualaikum Linda."- Sha

Linda memasang riak wajah gembira apabila ia melihat orang Yang menyapanya itu adalah Sha.

"Wa'alaikumussalam Sha!" - Linda

Linda terus memeluk Sha dengan perasaan gembira.

"Kenapa ini?" - Sha

Sha merasa pelik tetapi merasa bahagia kerana hubungan nya dengan Linda sudah membaik.

"ora opo, gembira doang didatangi lu."-Linda

Sha memasang senyuman di bibirnya. ia berbual dengan Linda untuk beberapa minit, ia tidak ingin terlalu lama kerana ia harus bekerja. hari itu adalah hari isnin, ia sangat sibuk.

Tiba-tiba saat ia sudah ingin pergi ke kerja, mereka didatangi Mardianti yang berjalan membawa kakaknya yang bernama Mariayu.

Linda bangun dari kerusi yang diduduknya dan berdiri di depan Sha seolah-olah ingin melindunginya.

"Asalamualaikum, wih ada cewe munafik loh disini." - Mardianti

"Apaan sih lu dian? mau apa lo!"- Linda

"Loh kok marah? hahaha sejak kapan lu berteman sama cewek ini?" - Mardianti memaksudkan Sha

"BUKAN URUSAN LU" - Linda

Linda meninggikan suara, yang membuat sha bangun dari kerusi dan cuba menghentikan pergaduhan mereka.

"Sudah!, seng sabar linda. biarkan apa yang orang katakan pada kita. kita diam saja!" - Sha

"Lu mampu melakukan seperti itu sha! gua gak mampu!" - Linda

Mariayu hanya menatap sha. Sha menyadarinya, Sha menatap semula mata Mariayu. Lalu mariayu menoleh ke tempat lain setelah beberapa saat Sha menatap matanya.

Tatapan orang yang berilmu memang akan membuat kita tertunduk.

Linda mencari pasal lagi dengan Mardianti

"Itukah perempuan yang dibanggakan desa ini? cuman modal tutup wajah pake cadar tapi gak tahu harga diri! sudah tahu dirinya di datangi laki-laki, bukannya dia lari, eh malah makin mendekat!" - Linda

"JAGA KATA-KATA MU YA!" - Mardianti

"Astagfirullah sudah! kalian tidak sadarkah semua kata-kata yang kalian lontarkan ini adalah dosa? Mardianti, kamu anak santri. apa tidak tahu bahwa Allah tidak suka dengan kata-kata kasar atau punca datangnya kata-kata kasar. Linda berkata-kata kasar karena kamu yang memulai." - Sha

Mardianti dan Linda hanya diam membisu.

"Sudah, Aku mau bekerja, kalian juga pulang jika tiada ucapan baik yang bisa kalian lontarkan kepada sesama sendiri. Linda, gua pergi ya, Asalamualaikum." - Sha

Sha pergi membawa hati yang terluka melihat kelakuan Linda, ia kecewa kerana ia fikir bahwa Linda sudah benar-benar bertaubat.

Perjalanan ke tempat kerjanya akan melepasi rumahnya, rumah Rehan tidak terkecuali.

saat ia tiba di kawasan rumahnya itu. ia terlihat Sahabatnya Rehan iaitu Agung Darma, yang sedang duduk di depan rumah Rehan yang tersedia meja kopi dan kerusi sambil bermain Telefon bimbitnya.

"Eh itukan laki pemilik rumah yang aku ingat itu rumah Rehan rupanya bukan" - Sha

Sha Datang ke Rumah Rehan dan membawa Tasbih yang ia jumpa di pondok subuh tadi. bersama dengan gelang tangan yang ia ingin berikan pada Rehan.

"Asalamualaikum" - Sha

"Wa'alaikumussalam" - Darma

"Rehan ada di rumah?" - Sha

"iya, lagi bikin teh. kenapa?" - Darma

"saya mau mengembalikan barang miliknya. tapi kalo dia lagi sibuk, bisakah kamu bantu berikan ini padanya?" - Sha menunjukkan Tasbih itu pada Darma.

"Memangnya apa yang sempeyan lakukan disini?" - Sha

"menziarah Teman ku yang sakit." - Darma

"Rehan Sakit? sakit apa" - Sha

"Gak terlalu serius, demam dikit aja." - Darma

Lalu Tiba-tiba Rehan Keluar dari rumah dengan membawa air teh yang dibancuhnya untuk Darma dan melihat sha. mereka melakulan eye contact, Sha menggerakkan badan nya ke kiri seolah ingin lari dari situ. hatinya berdegup laju.

Lalu Rehan bertanya
"Iya ada apa Sha?"

Sebelum sempat Sha menjawab, Darma mencelah
"uhm gua pulang aja ya? biar kalian bicara berdua." - Darma

"Jangan dar. jika hanya berdua, maka yang ketiga adalah setan. lu tetap disini minum tehnya." - Rehan

"yaudahlah" - Darma

Rehan mendekati Sha lalu bertanya

"Ada apa? jika ingin pergi segera, maka segerakan apa yang ingin kamu katakan."

Rehan tahu sha tidak selesa berada disitu kerana Sha seorang yang sangat pemalu apabila dengan lelaki, itu karena ia seorang wanita yang benar-benar menjaga kehormatannya.

"Aku tidak ada kata-kata yang ingin diucapkan. tapi aku ada sesuatu yang ingin ku berikan." - Sha

"Hulurkan tangan kiri mu." - Sha

Rehan menghulurkan tangan kirinya.
lalu sha meletakkan gelang kayunya itu atas tangan Rehan.

"Sekarang hulurkan tangan kanan mu." - Sha

Rehan menghulurkan tangan kanannya.
lalu sha meletakkan Tasbih milik Rehan itu di atas tangannya.

"udah itu aja, aku menemukan Tasbih mu ini di berdekatan sungai. Dan gelang tangan itu, adalah milikku, aku mau berikannya kepadamu." - Sha

"Alhamdulilah, Terima kasih untuk kedua-duanya." - Rehan

Rehan memasang senyuman lebar di wajahnya.

Sha merasa bahagia melihat senyumanya. namun ia kembali sedar dan segera menjauh. ia takut akan Allah.

"Semoga Segera sembuh ya, aku izin pamit. Asalamualaikum" - Sha

"Wa'alaikumussalam. Terima kasih, aku suka gelang nya" - Rehan

Mereka saling membuat simbol tangan adat jawa yang memberikan tanda (HORMAT)

Setelah itu Sha pergi bekerja, dan Rehan masuk ke rumahnya.

"wih, seneng gak?" - Darma

"seneng opo maksud mu?" - Rehan

"bertemu cewek yang lo sukai diem-diem?" - Darma

"kan gua udah bilang, gua gak suka dia." - Rehan

"Ah bohong lu. gua tau, lu pasti seneng banget diberikan gelang darinya!"- Darma

"diem ah, minum tehnya" - Rehan

di jam 2 petang, Mardianti bersama Mariayu datang ke tempat kerja sha membawa niat jahat.

Sha pada waktu itu sedang basuh pinggan di belakang, Arila ingin mengambil pesanan mereka tetapi Mereka menolak, dan menengking Arila.

"heh, mana dia sha? guguak gak mau pesanan gua di ambil oleh orang lain selain dia!" - Mardianti

"Dia kan kerjanya bukan di bidang ini, dia bekerja sebagai pencuci piring." - Arila

"gua gak peduli lu ngerti gak sih? lo ga bisa bahasa Indonesia ya?, kan gua udah bilang, gua hanya mau pesanan gua di ambil oleh dia!" - Mardianti

Lalu orang-orang lain yang sedang makan disitu juga turut mencelah dan membela tindakan Mardianti. itu kerana ada Mariayu, mereka sangat dihornati dan di pandang tinggi di kampung itu.

"elahh, kan cuman sebentar doang, apa ga bisa?" - penduduk kampung

" heh dian, jangan karena lu sama ayu dan bapak lu dihormati oleh orang-orang di desa ini, lu menganggap setiap perbuatan lu itu benar!" - Arila

Sha terdengar kata-kata mereka, sha segera masuk ke dalam kedai untuk mengleraikan pergaduhan. kerana ia tahu, mereka mencarinya. maka hanya dengan kehadiran nya akan membuat Mardianti berhenti mencaci Arila.

"Siapa lu mau beri kita nasihat!" - Mardianti

"Lah udah memang kalian salah makanya gua nasihat" - Arila

"Tapi gua gak minta nasihat dari lu!" - Mardianti

"Memang lu gak minta gua gak bisa nasihat lu?" - Arila

Mariayu bangun dari duduknya dan menolak Arila.

"Memangnya lu siapa? santri? ustazah? tidak kan? sedangkan gua itu santri. lu itu gak berhak menasihati gua darjat lo rendah, gua berilmu sedangkan lu tidak!" - Mariayu

Sha menghempaskan dulang yang ia basuh ke atas meja dan berkata dengan nada marah.

"Sungguh Allah tidak suka dengan orang yang sombong!" - Sha

"Arila, minggir." - Sha

Arila menjauh dan biarkan Sha mengatasi mereka.

Sha menatap Mariayu sambil berkata
"Manusia yang berakal adalah manusia yang suka menerima dan meminta nasihat.
(umar bin khattab RA)" - Sha

"Gunakanlah lisan kalian untuk bicarakan hal yang baik saja, seorang yang berilmu tidak akan membanggakan dirinya dan tidak akan menghina orang lain! dimana kau simpan ilmu kau hah? di hati atau hanya sebatas di akal?"
- Sha

"Tidak ada gunanya kalian menjadi santri tapi gak mahu menjaga lisan kalian. malah kalian sombong dengan ilmu yang kalian pelajari. gua gak takut untuk melawan kalian hanya karena bapak kalian dihormati oleh orang-orang desa. gua tahu bapak kalian siapa." - Sha

"Jangan menguji kesabaran gua, gua bukanlah wanita sholehah. jika kalian pikir apa yang kalian lakukan ini udah jahat, gua bisa lakukan kejahatan 10kali lebih jahat dari ini! jangan sampe gua hilang kawalan. Awas kalian kalo kalian melampaui batas! gua tidak peduli jika lu mau hancurin hidup gua, tapi jangan sekali-sekali sakiti orang-orang yang gua sayang. gua gak akan duduk diam." - Sha

"Pergi kalian dari sini!" - Sha

Mardianti dan Mariayu keluar dari kedai dan pulang, bara api di hati mereka tidak dapat setanding dengan bara api di hati Sha.

orang-orang desa di kedai makan itu juga turut membisu lalu sha berkata lagi

" kesalahan kalian yang melihat kemungkaran tetapi tidak mampu untuk mencegahnya karena kurang ilmu untuk berhujat masih bisa dimaafkan. tetapi kalian yang melihat kemungkaran lalu kalian mendukung perbuatan yang salah itu hanya karena kalian takut pada orang yang ternama, itu adalah tindakan orang-orang munafik. " - Sha

Semua masih berdiam membisu, lalu petang itu. khabar angin tentang kejadian itu sudah tersebar di seluruh kampung. lebih kurang 10 orang termasuk Bruwan, bapa kepada Mardianti dan Mariayu datang dan menangkap Sha membawa di tengah-tengah kampung. Arila yang cuba untuk membawa sha lari sambil menangis dihalang tiap kali coba untuk melepaskan ikatan di tangan sha. sha dan seorang lelaki diikat, dan dibawa ke tengah-tengah kampung.

"Lihatlah! inilah perempuan munafik yang memakai gamis serba hitam semua. kirain cuman gamis dan kerudungnya yang berwarna hitam, Ternyata hatinya juga hitam!" - Bruwan

"Jangan fikir aku tak tahu kau siapa bruwan, segala penipuan kau pada desa ini" - Sha

Bruwan terdiam mendegar kata-kata gadis muda itu.

Berita ini telah tersampai pada Darma, lalu darma bergegas memberitahu pada Rehan.

"ASALAMUALAIKUM REH! REH KELUAR SAIKI!" - Darma

Rehan pada waktu itu baru selesai Sholat Asar.

"Wa'alaikumussalam ada apa dar?" - Rehan

"Sha! di bawa di tengah-tengah desa ini dihadapan semua orang oleh pak Bruwan" - Darma

Rehan terkejut mendengar berita ini, lalu ia bergegas pergi ke sana bersama Darma.

"Sekarang aku mengerti arti mimpi itu ya Allah!" - Rehan berkata di dalam hati.

Linda juga mendapatkan berita ini, lalu linda segera kesana, layla dan natasha turut serta.

Fahlan dan guru mursyidnya termasuk Buk Aisya juga bergegas kesana.

Sesampai disana, Rehan dan guru mursyid sha berusaha untuk sampai pada sha, tetapi tetap gagal kerana terlalu ramai orang di depan, belakang, kiri dan kanan.

lalu terdengar suara bruwan menjelaskan apa yang terjadi.

"Perempuan ini sangat kurang ajar, Mariayu! ceritakan pada mereka apa yang telah dia lakukan padamu!" - Bruwan

"Sha Arisanti, telah membayar laki-laki ini untuk melakukan pelecehan padaku. dia juga mencela ku di hadapan penduduk desa saat aku sedang ingin makan di tempat ia bekerja. saat aku pulang, laki-laki ini mendatangi ku dan cuba untuk berzina dengan ku! Alhamdulilah bapak ku ada dan beliau menyelamatkanku. lalu kami. memaksa laki-laki ini untuk memberitahukan hal sebenar, dan dia menceritakan bahwa perempuan yang bernama Sha Arisanti telah membayarnya untuk melecehkanku atas karena rasa benci dan irinya padaku yang disukai orang-orang desa." - Mariayu

"Demi Allah, ini semua fitnah!" - Sha

"Jangan menggunakan nama tuhan buat nutupi kesalahanmu!"- Mariayu

orang-orang kampung bersorak untuk Mariayu.

"Sadarlah dirimu itu! Mariayu ini wanita sholehah. pakaaian serba hitam, tetapi hatinya putih!" - Penduduk desa

"Kamu tidak setanding dengan wanita sholehah Sepertinya, berani-beraninya kamu ingin merusak dirinya karena hasat dengki!" - Penduduk desa

Sha diikat kedua belah tangannya. dan dipermalukan oleh semua yang ada disitu, Mardianti dan Mariayu cuma tertawa.

Rehan dan semua Orang yang kenal sha mencuba sedaya upaya untuk menjerit dan memberitahu bahwa sha tidak bersalah, tetapi suara mereka tidak dapat didengari oleh kerana orang terlalu banyak.

Orang-orang kampung membaling telur pada Sha. sha diikat sehingga senja, pada waktu senja itu. mereka memindahkan sha, mereka membawa sha ke rumahnya. saat jalan terbuka, rehan dan yang lain segera masuk di celah-celah ruang yang ada untuk lebih dekat dengan sha.

Tiba di rumah sha, Mereka membawa bara api dan di tunjukkan di depan matanya.

"Lihat ini? kami bakal bakar rumah lu!" - Penduduk desa

"JANGAN!!!" - Rehan

Suaranya kali ini terdengar, tetapi hanya pada beberapa orang. bruwan, guru mursyid sha, Mariayu, Natasha, dan orang yang disebelahnya.

"Bara api itu dibaling pada rumah sha, lalu terbakarlah seluruh rumah itu.

"ALLAHUAKBAR! ARGHHH! ALLAHUAKBAR!" - Sha

Sha menjerit kesedihan, air mata nya mengalir dan suaranya menjadi pecah.

Mardianti yang melihat kejadian itu merasa tidak selesa. Mardianti sampaikan kepada bapanya untuk menghentikan semua ini.

"udah! bukan ini yang aku mahukan!"- Mardianti

"siapa bilang bapak lakukan semua ini demi kemauan mu?, ini semua kemauan kakak mu"-Bruwan

Mardianti terkejut, lalu ia berusaha membuat kakaknya hentikan semua ini.

"Udah kak, ini sudah keterlaluan!" - Mardianti

"kan dia mencabarku, emang apa dia bisa lakukan sekarang? bukankah kau bilang, kau ingin merampas segala kepunyaan nya? nikmati malam ini."
- Mariayu sambil tersenyum

hanya kerana ia memakai purdah, matanya tidak dapat untuk menipu.

"hentikan semua ini sekarang kak!" - Mardianti

"Belum, gua belum puas." - Mariayu

Mardianti merasa bengang melihat kelakuan kakaknya itu. tetapi ia tidak berani melakukan apa-apa.

Rehan pada waktu itu sedang sedaya upaya mencuba dekati sha. namun saat ia menoleh ke kiri, ada seorang perempuan dalam lingkungan 30-35 tahun mendekatinya.

"Asalamualaikum." guru mursyid Sha

" Wa'alaikumussalam" - Rehan

"siapakah dirimu? saya mendengarkan suara mu memanggil nama Sha berulang kali." - Guru mursyid Sha

"saya konco nya. ibu ini siapa?" - Rehan sambil menunduk untuk hormat.

"saya guru mursyidnya."

sebaik sahaja mendengarkan ucapan itu, Rehan segera memberitahu apa yang di mimpi nya.

"buk, jam 2 pagi hari ini, saya bermimpi Sha berdiri di hadapan Api. lalu saya melihat, ia menangis tetapi tersenyum. sekarang saya mengerti arti dari mimpi itu buk!" - Rehan

"kita mendapatkan mimpi yang sama!" - Guru mursyid Sha

Rehan terus berusaha sedaya upaya untuk menolak orang-orang di depan nya.

"jadi dia lah sosok laki-laki Yang aku liat di mimpi ku." - Kata guru mursyid Sha di dalam hati.

nantikan chapter 7

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience