Rate

BAB 4

Horror & Thriller Completed 126

Jemima berteriak dengan sekuat nafas dan tenaganya. Namun gumpalan kegelapan itu terus merasuki tubuhnya. Membelenggunya, hingga ia tidak bisa lagi menggerakkan kedua tangan dan kakinya. Jemima telah kehilangan kesadarannya.
Secercah cahaya tiba-tiba saja nampak di kejauhan. Jemima mencoba mendekat, dengan kaki dan tangan terbelenggu, ia berhasil merangkak. Semakin dekat, dekat, dan terbukalah tabir.
Gumpalan benda berwarna hijau dengan latar belakang biru hadir di hadapan kedua matanya. Jemima berteriak, dengan nafas tersengal-sengal. Ia telah sadar. Dinginnya udara di sekitarnya membangunkan otaknya yang setengah sadar. Dimana dia?
Hutan. Ya. Jemima tidak mungkin salah akan lokasinya saat itu. Ia berada di tengah hutan yang cukup lebat, dengan pohon-pohon besar mengelilinginya. Sinar matahari yang berhasil menembus lebatnya dedaunan menyorot kedua matanya, membuatnya buta untuk sesaat.
Apa yang terjadi?
Jemima tidak mengetahui kebenaran atas apa yang baru saja menimpa dirinya. Kereta yang ia naiki, kemudian wajah-wajah menyedihkan, pucat pasi sekaligus mengerikan itu…
Semuanya telah hilang.
Jemima tersentak saat mendegar suara langkah kaki mendekat. Derap langkah berat yang menembus semak-semak membuatnya khawatir. Apa yang akan datang kepadanya?
Jemima terdiam kaku saat kedua matanya bertemu dengan laras sebuah senapan. Dan di balik senapan itu, muncul seorang pria berjambang dengan kedua mata membelalak melihat ada wanita secantik Jemima berkeliaran di tengah hutan.
“Kukira kau babi hutan.” Ucap pria itu seraya menurunkan senapannya.
Perhatian pria itu terpaku pada Jemima . Jemima , yang tidak terlihat seperti manusia beradab dengan wajah tercoreng tanah, dan pakaian serba kotor. Jemima sendiri tidak dapat menjelaskan apa yang tengah terjadi padanya.
“Keretanya…” gumam Jemima dengan nada bergetar. Jiwanya yang terguncang tidak dapat dikendalikan lagi.
“Keretanya menghilang.”
Sepuluh menit kemudian, Jemima telah duduk di depan perapian dengan secangkir kopi panas berada di tangannya. Pria itu membawa Jemima ke pondok perburuannya, dan menawari wanita itu makan. Tapi Jemima telah kehilangan nafsu makannya.
“Aku tidak tahu apa yang kau lakukan disana.” Ucap pria itu. “Dan aku tidak mengerti dengan ucapanmu mengenai kereta itu.”
“Kereta malam dari Redwitch .” Ucap Jemima .
“ Redwitch ?” pria itu mengernyit. Namun sesaat kemudian ia mengangguk-angguk sambil mendesah. Ia berkata,
“Terjadi lagi.”
Jemima membutuhkan sebuah penjelasan yang rasioanl atas hal tak rasional yang baru saja ia alami. Apa yang terjadi?
“Kau tidak akan percaya dengan perkataanku.” Ucap pria itu. “Tapi kereta dari Redwitch tidak jadi berangkat kemarin malam.”
“Apa?”
“Putriku.” Ucap pria itu lagi. “Dia bekerja di stasiun itu. Dan ia baru saja meneleponku bahwa ia tidak bisa pulang karena kereta Redwitch mengalami kerusakan, dan harus menunggu satu hari.”
“Tapi aku baru saja menaikinya.” Ucap Jemima . Ia menaikkan nada bicaranya, karena tidak ingin dianggap pembohong dan gila.
“Aku mengerti.”
“Bagaimana mungkin?” tanya Jemima .
“Lalu kereta apa yang aku naiki semalam? Lalu orang-orang itu…”
“Kini aku mempercayai apa kata orang.”
“Tentang apa?”
“Kereta hantu itu.”
Jemima , yang sudah terbiasa dengan hal-hal normal dan tidak spiritual, hanya dapat menahan tawanya. Apa yang pria itu bicarakan?
“Yang kau naiki semalam adalah kereta hantu.”
“Omong kosong!”
“Kau boleh tidak percaya.” Ucap pria itu. “Tapi bisakah kau menjelaskan kenapa kau berakhir di tengah hutan?”
Jemima terdiam. Jika saja ucapan pria itu benar, maka apa yang baru saja ia alami masuk akal. Tapi…, apa kini ia sudah kehilangan pikiran rasionalnya dan percaya dengan bualan mengenai hantu? Tapi apa yang baru saja ia alami adalah nyata.
“Kereta Redwitch dari tahun 1940.” Ucap pria itu. “Perjalanan yang seharusnya membawa para pedagang ke Greenville harus mengalami sebuah kecelakaan yang tragis saat melewati tikungan Baker. Tikungan tu berada tepat dimana kau bangun tadi. Ada jurang seratus meter dari sana. Dan kereta itu terjatuh ke dalam jurang puluhan tahun yang lalu. Menewaskan setidaknya empat puluh orang, termasuk ternak yang mereka bawa.
“Awalnya aku tidak mempercayai saat orang-orang berkata bahwa arwah dari para penumpang kereta itu masih menghantui tikungan Baker hingga detik ini. Tapi melihat apa yang baru saja terjadi padamu, aku mulai bisa mengerti. Kereta itu terjatuh pada hari ini, 20 Oktober, lebih dari lima puluh tanuh yang lalu. Sudah banyak cerita mengenai kereta hantu itu. Yang katanya memakan jiwa-jiwa orang yang secara tidak sengaja menaikinya. Tapi kau beruntung, kau bisa bangun dengan keadaan yang cukup waras. Orang lain akan gila.”
“Kurasa aku mulai gila.” Ucap Jemima .
“Mempercayai ceritamu seperti ini…”
“Terserah kau berkata apa.” Ucap pria tua itu. “Tapi itu yang terjadi. Itulah salah satu misteri yang melingkupi Redwitch sejak ratusan tahun yang lalu.”
Jemima tidak tahu apakah ia harus percaya atau tidak. Tapi perkataan pria tua itu sepertinya bukanlah kebohongan semata. Ia masih hidup. Ya. Itu adalah sebuah keberuntungan baginya.
“Kenapa aku?” tanya Jemima . “Dari sekian banyak calon penumpang di stasiun…”
“Karena kau bukan tipe orang yang mudah percaya dengan cerita seperti itu, benar bukan?”
Jemima menunduk. Ya. Dan apa yang telah ia alami menunjukkan bahwa kekuatan spiritual di dunia ini nyata, dan bukan hanya bualan semata. Ia mulai berpikir bahwa orang-orang yang tidak mau mengakui adanya kekuatan gaib adalah orang-orang yang sebenarnya takut untuk menghadapinya. Jemima mengakui bahwa ia adalah salah satu dari orang-orang itu.
Pria itu mengambil kembali senapannya, lalu bergerak ke arah pintu. Ia memandang sesaat ke arah Jemima sebelum pergi.
“Tunggu aku disini.” Ucapnya. “Aku akan mengantarkanmu ke kota terdekat.”
Jemima hanya dapat mengangguk. Saat pria itu pergi, ia rogoh saku celananya, dan menemukan selembar karcis kumal, yang saat ia periksa dengan teliti, tertulis tanggal 20 Oktober 1940. Jemima hanya dapat menertawai dirinya sendiri. Ia yang tidak percaya dengan hantu, baru saja menaiki sebuah kereta hantu.
Lalu bagaimana sekarang? Apakah ia masih akan menuliskan artikel mengenai misteri Redwitch ? Jika begitu, mungkin ia juga harus menuliskan pengalamannya saat menaiki kereta hantu Redwitch itu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience