"Keluarlah"kata Ratu Medina.
Tiba-tiba puteri Eleya keluar dari samping singasananya.
"Kenapa bersembunyi?"soal Ratu Medina.
"Leya takut kakak marah"sahut puteri Eleya sambil memuncungkan bibirnya.
"Leya dah tahu salah kenapa tak minta maaf?"soal Ratu Medina lalu memandang tajam ke arah puteri Eleya.
"Maafkan hamba yang mulia"sahut puteri Eleya lalu bersujud.
"Sudahlah, pergilah berehat esok kakak akan bawa Leya keluar untuk bermain"kata Ratu Medina.
"Betul ke?"soal puteri Eleya dengan gembira.
"Iya"sahut ratu Medina sepatah.
Puteri Eleya pun terus pergi dengan girang .
"Dah lama Wen akhirnya kita berjumpa lagi"kata Ratu Medina sendirian sambil tersenyum sinis.
(Di tempat Wenses dan Adref)
"Fuuuyoh..besar sangat tempat tinggal kita, tapi kenapa saya tak nampak pelayan yang lain?"soal Adref.
"Saya pun berfikir sama tentang itu, kenapa hanya kita berdua di sini dan..kita terus dibenarkan masuk oleh ratu tanpa percubaan"sahut Wenses.
"Sebab dia nampak wajah tampan Wen kot tulah diizinkan masuk istana "sahut Adref bergurau.
"Orang serius dia main-main lah pula"kata Wenses.
"Tak payah fikirlah janji kita dah tak kena penjara dan tak kelaparan lagi"kata Adref lalu berbaring diatas tempat tidur.
Wenses pun ikut berbaring di tempat tidurnya.
"Ref kau perasan tak mata ratu Medina lain macam jer pandang kita tadi?"soal Wenses.
"Apa yang lain Wen?"soal kembali Adref pula.
"Mata dia..macam redup tak berperasaan"Terang Wenses.
"Agak-agak lah Wen kau tahu tak..yang saya nampak kan ratu Medina bukan macam yang saya nampak pada 10 tahun yang lalu, dia nampak berubah derastis"sahut Adref.
"Saya tak percaya perempuan keji dan kejam macam dia tu berubah lah Ref. Apa-apa pun kita kena hati-hati bila masa bekerja"kata Wenses.
Tiba-tiba ketukan pintu di kamar mereka kedengaran.
Adref dan Wensas serentak bangun lalu membuka pintu.
"Korang pelayan baru tu kan?"soal seorang perempuan.
"Iya benar, ada apa?"soal Adref.
"Antara korang siapa yang melayani yang mulia untuk menghidupkan dupa?"soal perempuan itu.
"Saya"sahut Wenses.
"Mari ikut saya"kata perempuan itu.
"Wen hati-hati, kalau ada apa-apa jangan sampai hilang nyawa dulu baru nak lari"bisik Adref kepada Wenses.
"Percayalah tak ada apa yang akan berlaku"kata Wenses lalu pergi mengejar perempuan tadi.
Wenses berjalan laju sehingga berada di samping perempuan tadi.
"Kerja kau hanya menghidupkan dupa yang mulia setiap pagi dan menjelang malam jangan lambat, selain itu jangan buat apa-apa lagi kalau taknak dihukum"Terang perempuan itu dengan suara yang dingin.
"Boleh tahu nama kau siapa?"soal Wenses berbasa-basi.
"Wolfa"sahut perempuan itu sepatah.
"Kalau boleh tahu istana hanya ada berapa orang pelayan?"soal Wenses.
"Enam orang"sahut Wolfa.
"Hanya enam orang?"soal Wenses dengan nada tidak percaya kerana dia tidak yakin istana sebesar itu hanya mempunyai enam orang pelayan.
"Iya hanya enam, tiga tukang masak, satu petugas kebun,satu ketua pelayan, dan pelayan menghidupkan dupa"sahut Wolfa.
"Istana sebesar ini hanya ada enam orang pelayan?"soal Wenses lagi.
Langkah kaki Wolfa secara tiba-tiba berhenti.
"Kau jangan menanyakan soalan yang tidak perlu, ingat jangan bersuara kalau tidak perlu"kata Wolfa lalu melanjutkan langkah kakinya.
Wenses tercengang seketika dia agak bingung dengan sifat para pegawai istana itu yang seakan-akan terlalu dingin seperti ais.
Setelah tiba di sebuah paviliun Wolfa pun berhenti.
"Silakan masuk, setelah menghidupkan dupa kau kena berjaga di luar kamar yang mulia untuk membantu ya menghidupkan dupa jika dupa mati"kata Wolfa lalu terus pergi.
"Gila kot perempuan ne tadi kata setiap pagi dan menjelang malam je saya perlu menghidupkan dupa. Ada pula disuruh menjadi pengawal?"marah Wenses sindiri.
Dia membuka pintu lalu masuk dengan hati-hati.
"Dah sampai?"soal Ratu Medina yang sedang berendam.
"Maafkan hamba yang mulia, silakan hukum hamba kerana telah lambat melaksanakan tugas hamba"sahut Wenses sambil memberikan tanda hormat.
"Dah cepat hidupkan dupa"sahut Ratu Medina.
"Mohong izin yang mulia"kata Wenses lalu membuka tirai yang menutupi tempat Ratu Medina berendam.
Betapa terkejutnya dia ketika melihat wajah pucat Ratu Medina.
"Apakah yang mulia sakit?"soal Wenses.
"Hidupkan dupa cepat"kata Ratu Medina tanpa menjawab pertanyaan Wenses.
Wenses pun bergegas menyalakan dupa.
Setelah dupa dihidupkan dengan perlahan wajah Ratu Medina pun kembali membaik dan tenang.
"Kau boleh pergi"arah Ratu Medina.
Wenses memberikan tanda hormat lalu pergi di luar paviliun untuk berjaga.
Tiba-tiba terdengar suara rintihan berselang dengan jeritan Ratu Medina dari dalam paviliun.
Wenses serba salah untuk menerobos masuk atau tidak kerana namanya tidak dipanggil.
'peduli apa kalau pun dia mati itu lebih baik' kata Wenses di dalam hati.
"Kau pelayan yang menghidupkan dupa kan?"soal seorang lelaki yang baru saja dilihat oleh Wenses.
"Iya benar"sahut Wenses.
"Baiklah jika takde arahan kau jangan masuk"kata lelaki itu lalu masuk di dalam paviliun Ratu Medina.
Tidak berselang terlalu lama rintihan dan jeritan Ratu Medina tidak kedengaran lagi.
Wenses mengerutkan kening kerana merasa heran kenapa setelah lelaki itu masuk barulah suara rintihan dan jeritan itu berhenti.
Rasa ingin tahu Wenses semakin melonjak akhirnya dia mengambil keputusan untuk mendengar secara senyap-sanyap pembicaraan antara Ratu Medina dan lelaki itu melalui tingkap tempat Ratu Medina berendam.
"Pertimbangkanlah itu El"kata suara lelaki itu.
"Kau tak ingat ke Well masa aku pergi pertama kali kat dia?. Dia hina aku tapi disaat aku menerima hinaan itu untuk ubat yang aku nak, semuanya sudah terlambat"sahut Ratu Medina.
"Kali ini tak akan berlaku hal itu lagi El, Well akan bantu El"sahut lelaki yang dipanggil Well.
"Baiklah kalau pun dia tak berikan esok apa yang aku nak, esok juga hari dimana suku dia akan hilang untuk selamanya"sahut Ratu Medina.
"Well akan ikut apa yang El katakan"kata Well.
"Kau boleh pergi"kata Ratu Medina.
"Baik kalau sakit tu datang lagi El panggil Well secepatnya"kata Well lalu pergi.
"Perbuatan mencuri dengar apa yang orang katakan akan dikenakan hukuman potong telinga"kata Ratu Medina.
Wenses terkejut lalu terus pergi dengan tergesa-gesa. Dia tidak menyangka keberadaanya telah diketahui oleh Ratu Medina.
"Kau tak berubah sedikit pun Wen"kata Ratu Medina setelah Wenses pergi.
ESOK HARINYA..
"Semua dah siap ke Well?"soal Ratu Medina.
"Sudah El,tinggal berangkat saja"sahut Ratu Medina.
"Kak!"panggil puteri Eleya sambil berlari ke arah Ratu Medina.
Ratu Medina mengerutkan dahi sambil malihat ke arah Well.
"Kak,kakak kata kelmarin kaka akan bawa Leya pergi main kenapa kakak pergi tak bawa Leya?"soal Puteri Eleya sambil menarik-narik lengan Ratu Medina.
"Berhenti berkelakuan seperti budak Leya, Leya tu dah 18 tahun"sahut Ratu Medina sambil menarik lengannya dari pegangan puteri Eleya.
"Leya benci kakak! ,Kelmarin kakak kata akan bawa Leya main tapi kakak pergi tanpa bawa Leya"marah Eleya.
"Puteri Eleya, yang mulia pergi bukan untuk pergi bermain dia..."sebelum Well menghabiskan perkataanya Ratu Medina sudah memegang bahunya.
"Terserah Leya nak benci kakak atau tidak, jika satu saat nanti Leya menjadi seperti kakak Leya akan faham"kata Ratu Medina.
"Baik! Baik! ,Leya memang benci kakak sebab tak tepati janji sekalian kakak tak payah balik!" Jerit puteri Eleya lalu berlari pergi membawa diri.
"Well terkedang kita tak perlu membuat orang faham keadaan kita agar dapat menjaga kegembiraan mereka"kata Ratu Medina.
"Maafkan Well, El"sahut Well.
"Bawa pelayan yang bernama Wenses dan sediakan dia kuda"arah Ratu Medina.
"Baik El"sahut Well lalu terus pergi memanggil Wenses.
Setelah Wenses tiba mereka bertiga pun pergi memulakan perjalanan.
Setelah lama perjalanan Wenses pun mula kelelahan.
Ratu Medina yang menyadari hal itu terus membawa mereka berdua untuk berehat sebentar.
"Cepat pergi cari sesuatu untuk dimakan"arah Well kepada Wenses.
Wenses pun terus pergi.
"El, Well tak faham lah kenapa El bawa budak mentah tu ikut kita"kata Well.
"Jangan arahkan dia sesuka hati kau lagi"sahut Ratu Medina.
"El dia siapa sebenarnya?"soal Well.
"Dia anak raja dari kerajaan Air"sahut Ratu Medina.
"Buat apa nak simpan dia di kerajaan El,kalau bukan sebab dia El tak akan jadi macam yang sekarang!"marah Well.
"Berhenti menyalahkan orang!"sahut Ratu Medina dengan suara meninggi.
Langkah kaki Wenses berhenti setelah mendengar suara Ratu Medina,dia terus bersembunyi diantara pohon.
"Baik El, Well tidak akan menyalahkan sesiapa lagi. Tapi Well mohon sesekali El sayangilah nyawa El terlebih dulu sebelum berfikir untuk menyelamatkan orang lain"kata Well.
"Kau tak perlu ajar aku cara untuk bertindak Well"sahut Ratu Medina lalu mengibaskan tangannya. Well yang tadinya manusia tiba-tiba berubah menjadi seekor ular perak yang selalu dibawah oleh Ratu Medina.
Wenses terkejut seketika kerana dia tidak menyangkah jika lelaki yang bernama Well itu jelmaan ular perak milik sang Ratu.
Wenses pun berjalan ke arah Ratu Medina dan berlagak seperti tidak mendengar dan melihat sesuatu.
"Yang mulia ini ada beberapa buah yang hamba dapat. Silakan yang mulia mencubanya"kata Wenses dengan sopan.
Ratu Medina mengambil sebiji buah lalu memandang buah itu agak lama. Dia mengigit buah itu beberapa kali lalu terus membuangnya.
"Mari lanjutkan perjalanan buah itu makanlah"kata Ratu Medina.
Wenses tersenyum sinis kerana semua buah yang dia ambil telah diletak racun dan dengan bodohnya Ratu Medina pun memakanya.
Setelah lama perjalanan akhirnya Wenses dan Ratu Medina pun tiba di istana kerajaan ular.
"Kau tak payah ikut aku masuk dalam istana,kau tunggu kat luar"arah Ratu Medina.
"Maaf bertanya yang mulia, lelaki yang bersama kita tadi ada dimana?"soal Wenses pura-pura tidak tahu padahal dia melihatnya sendiri Well berubah ke bentuk ular.
"Dia dah aku ubat ke bentuk yang semestinya"sahut Ratu Medina lalu menyerahkan sebuah token kepada Wenses.
"Ini apa yang mulia?"soal Wenses.
"Ini token pengusir siluman ular, jika terjadi sesuatu di dalam maka gunakan token ini untuk melarikan diri jangan tunggu aku lagi"kata Ratu Medina lalu terus pergi masuk di dalam istana siluman ular.
' jangan membuat kesan yang baik wahai ratu keji. Lakonan murahan seperti ini aku dah banyak kali nampak' kata hati Wenses.
"Wahh..ratu sombong ini datang membawa sang pengkhianat juga"kata Ratu siluman ular.
"Snektey aku tak ada masa nak berbual kosong dengan kau. Aku terus Terang aku datang nak teratai dewa"kata Ratu Medina.
"Kau fikir aku ne kakak kau ke Medina?, Kau datang nak itu ini..tak malu ke?,kau bawa pengkhianat ne pula".
"Well bukan pengkhianat dia cuma berpindah tuan sebab tuan lama dia dah cuba bunuh dia berkali-kali"sahut Ratu Medina.
Wenses yang membunyai jimat halimunan melihat perdebatan itu dari samping.
"Baik Well bukan pengkhianat aku akui kebaikan kau. Kau nak teratai dewa kan?. Senang jer cepat jilat kaki aku,aku akan pertimbangkan permintaan kau"kata Ratu Snektey.
'boleh tahan ratu ular ne' puji Wenses di dalam hati.
"Kau nak aku jilat kaki kau?"soal Ratu Medina.
"Kenapa taknak ke?"soal Ratu Snektey sambil menyeringai.
"Kau pilih..nak aku hanycurkan kerajaan kau atau berikan teratai dewa untuk aku"sahut Ratu Medina.
Ratu Snektey ketawa kuat.
"Jangan bangga dulu Medina bodoh, kau fikir dengan kekuatan kau aku dan anak buah aku tak dapat bunuh kau?"soal Ratu Snektey sambil mengejek.
'jilat lah kaki dia wahai ratu keji, aku nak tengok pertunjukan yang menarik' guna hati Wenses lagi.
"Kau yang minta"kata Ratu Medina.
Dia mula mengayungkan tangan lalu terciptalah beberapa klon dirinya.
"Kau dah sampai garis batas dewi rupanya"kata Ratu Snektey.
"Aku bagi satu kesempatan lagi Snektey, berikan teratai dewa itu sekarang"kata Ratu Medina.
Share this novel