Rate

03

Romance Series 468

Di parkiran motor Universitas Garuda..

"Mana Sin, Titah gak ada", kata Ana.

"Ya mana gue tau An, kan biasanya kalau pagi disini", sambung Sinta.

"Ya sudah kita ke kantin saja yuk", kata Ana lagi.

"Oke..!!", seru Sinta.

Di kantin kampus lagi..

"Ci.. Ci.. Cie, ganti lagi nih ya panggilan sayang untuk si oncom, haha", kata Irfandi.

"Iih Irfandi berisik kamu, hus, hus, hus, jauh-jauh, aku mau berduaan dengan my handsome Arfani tahu, hem..", sambung Titah.

"Emm iya deh..", kata Irfandi lagi.

"Ya sudah sana, iih Irfandi sana..", sambung Titah lagi.

"Iya, iya, dah oncom", kata Irfandi lagi.

"Iih, my handsome Arfani tahu, bukan oncom", sambung Titah lagi.

"Emm disini rupanya, Titah", kata Ana.

"Ana kesini, alhamdulillah", sambung Arfani di dalam hati.

"Tuh di panggil Ana", kata Irfandi.

"Iih ngapain sih panggil Titah, ganggu sedang berduaan dengan my handsome Arfani saja, my handsome Arfani tunggu disini sebentar ya", sambung Titah.

"Emm, he'e", sambung Arfani lagi.

"Titah, elu tuh ya gue cariin malah mojok", kata Titah lagi.

"Kenapa sih Ana ?", tanya Titah.

"Sekarang ikut gue, cepat", jawab Ana.

"Iya, tapi tunggu dulu ya", kata Titah lagi.

"Ya sudah buruan", sambung Ana.

"My handsome Arfani, Titah pergi dulu ya, dadah", kata Titah lagi.

"Iya..", sambung Arfani.

Di taman kampus..

"Titah benar apa kata elu, kalau Renal itu boncengan dengan cewek, sekarang gue mau ngerjain itu cewek, dan rencana gue sekarang, sini", kata Ana.

Di depan kamar mandi..

"Tah kunci pintunya nomer dua ya, awas jangan sampai salah", kata Sinta.

"Iya, memangnya Ana sudah di kamar mandi Sinta ?", tanya Titah.

"Iya, sudah", jawab Sinta.

"Oke..!!", kata Titah.

Di kamar mandi..

"Nomer dua ya, nomer dua dari kiri atau kanan ya, tunggu sebentar deh, sebelah kiri kosong semua, berarti yang sebelah kanan, sekarang tinggal whatsapp Ana deh, habis itu pulang deh", kata Titah.

**

Percakapan Titah dan Ana lewat whatsapp.

"Ana beres ya, sekarang Titah pulang ya", kata Titah.

"Oke..", sambung Ana.

**

Di depan kamar mandi lagi..

"Beres ya Sin, sekarang Titah pamit pulang", kata Titah.

"Iya hati-hati ya tah", sambung Sinta.

"Iya", kata Titah lagi.

Di kamar mandi lagi..

"Sekarang saatnya kasih itu cewek pelajaran, loh, loh, loh, kok ke kunci sih, emm Titah, salah kunci, iiihhh..", kata Ana.

"Loh Ana", sambung Sinta.

"Sinta tolong bukain dong", kata Ana lagi.

"Iya", sambung Sinta lagi.

"Titah mana, masa gue yang di kunci di kamar mandi sih, Titah mana ?", tanya Ana.

"Sudah mau pulang tuh di parkiran mobil An", jawab Sinta.

"Ya sudah kita ke sana yuk", kata Ana.

Di parkiran mobil..

"Yes akhirnya romo pulang", kata Titah.

"Titah, tunggu, sini", sambung Ana.

"Iya Ana, sukses ya ?", tanya Titah.

"Sukses apanya sih, elu tahu gak yang di kunci sama elu itu gue bukan si cewek itu tuh, elu tuh ya gak berguna banget sih, lemot, pantes bokap lu nikah lagi dan lama-lama juga elu di lupain, di buang bokap lu, pastinya bokap lu akan punya anak dari istri barunya, heran gue yang ada di kepala elu itu isinya apa sih ?, itu Arfani ya, Arfani kok mau ya sama elu, gak mikir-mikir dulu apa ya, haduh Arfani kok mau sama cewek lemot model gini sih lu..", jawab Ana yang kesal pada Titah.

"Tunggu dulu sebentar deh, kok Ana bawa-bawa my handsome Arfani dan romo Titah sih, kalau mau marah, marah sama Titah, jangan bawa-bawa my handsome Arfani, dan romo Titah dong, Ana jahat, Titah gak mau ngomong sama Ana, oh ya satu lagi kan Sinta yang bilang kunci yang nomer dua, dari kiri atau kanannya Sinta gak bilang ke Titah hemm..", kata Titah.

"Benar itu Sinta ?", tanya Ana.

"Iiya Ana, hehe, maaf lupa kasih tau", jawab Sinta.

"Iih elu, Titah jadi ngambek deh, tah, tah, Titah, tunggu", kata Ana.

Di mobil Titah..

"Lik jo jalan, pulang", kata Titah.

"Inggih cah ayu"

(Iya cah ayu), sambung Paijo.

Di rumah pak Nano,

Di ruang keluarga..

"Bagaimana sayang, sudah selesai berkeliling rumahnya ?", tanya pak Nano.

"Iya dong mas, mas suara klakson mobil tuh, siapa ?", tanya Natasha.

"Anakku", jawab pak Nano.

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada pak Nano dan Natasha.

"Wa'alaikumussalam", Natasha dan pak Nano menjawab salam dari Titah.

"Romo.., emm siapa dia romo ?", tanya Titah.

"Dia adalah Natasha, Natasha adalah ibu baru kamu, sayang", jawab pak Nano.

"Apa!!, romo, romo kan tau Titah belum siap punya ibu baru, iih romo jahat, sama kaya teman Titah..", kata Titah.

"Titah, Titah, tunggu sayang", sambung pak Nano.

"Mas, sudah mas, jangan di paksa, mungkin Titah yang belum siap punya ibu baru, ya sudah kalau begitu aku masuk ke kamar ya mas mau istirahat", kata Natasha.

"Iya", sambung pak Nano lagi.

Di taman belakang rumah pak Nano..

"Hemm, jahat banget sih romo, hemm emm emm", kata Titah yang menangis.

"Untung gue sudah bilang sama Renaldi, mau keliling taman belakang, eeh, kok eh, iih kok gue merinding gini ya, iih, ya masa sih siang-siang gini ada kunti nya, ya Allah merinding banget gue, eh itu mah bukan kunti yang nangis, Titah yang nangis, emm, kenapa ya kok Titah nangis, pasti karena Arfani nih, emm dasar kembaran gue tidak bersyukur sudah dikasih perempuan yang tulus seperti Titah, malah di cuekin, ya sudah samperin saja deh", kata Irfandi.

"Assalamu'alaikum, tante kunti, maaf-maaf nih ya saya Irfandi, saya numpang lewat, mau berkeliling taman belakang rumah pamannya teman saya", kata Irfandi lagi.

"Wa'alaikumussalam, iih Irfandi, enak saja saya kunti, Titah bukan kunti tahu", sambung Titah.

"Oh orang ta, tak kira bukan, habisnya bikin merinding Irfandi sih hehe", kata Irfandi lagi.

"Iihh, emm, emm, emm, emm", Titah menangis semakin keras.

"Waduh, waduh, waduh gawat, kalau Renaldi tahu Titah nangis, apalagi gue disini, pasti nanti di kiranya dia nangisnya sama gue", kata Irfandi yang mulai panik, karena Titah menangis.

"Sini, sini dulu, Titah butuh Irfandi", sambung Titah.

"Tah, tah, tah, Titah, kalau Irfandi disini, Arfani dimana ?", tanya Irfandi.

"Iih sini hemm.. Emm emm..", jawab Titah yang menangis dan memeluk Irfandi.

"Si Fandi kemana ya, kok gak ada disini, katanya tadi mau keliling taman belakang", kata Arfani.

"Titah kenapa nangis sih, nanti takutnya salah paham, terutama Renaldi, nanti dikiranya kamu nangis, karena saya lagi ?", tanya Irfandi.

"Boleh curhat ?", tanya Titah.

"Iya, boleh", jawab Irfandi.

"Jadi begini ceritanya", kata Titah.

Lima belas menit kemudian..

Masih di taman belakang rumah pak Nano..

"Oh jadi seperti itu ceritanya, tapi benar loh apa yang di bilang Ana, kamu kan lemot, kalau yang di pikirkan itu Arfani mulu", kata Irfandi.

"Iih.. Irfandi..", sambung Titah.

"Nah itu dia si Fandi, tapi kok sama Titah ya, iih kenapa sih gue kesel banget lihat Irfandi berduaan sama Titah seperti itu", kata Arfani yang mulai cemburu, karena melihat Titah berduaan dengan Irfandi.

"Hehe bercanda tah, tah, tah, Titah", sambung Irfandi.

"Iih.. Gak lucu tahu, hemm emm emm", kata Titah lagi.

"Yah tah jangan nangis lagi dong, haduh", sambung Irfandi lagi.

"Bodo, pokoknya hari ini Titah mau nangis sepuasnya di bahu Irfandi, emm", kata Titah lagi menangis di bahu Irfandi.

"Haduh bagaimana caranya ya biar Titah gak nangis lagi, aha.., gue ada ide biar Titah gak nangis lagi, Arfani kembaran gue, gue minta maaf ya sudah korbanin elu, hehe", kata Irfandi dalam hati.

"Iih kok Irfandi malah diem dan senyum-senyum sendiri sih, kenapa obatnya habis ya ?", tanya Titah.

"Haduh, gila dong tah, gue", jawab Irfandi.

"Nah itu tahu, hehe", kata Titah.

"Sembarangan, enak saja, jadi gini tah, hari ini kan Renaldi mau nongkrong nih nah Arfani juga ikut, elu mau gak ikut nongkrong bareng juga ?", tanya Irfandi.

"Mau, mau, mau banget, oke kalau begitu Titah dandan yang cantik malam ini hanya untuk my handsome Arfani, terimakasih ya Irfandi untuk infonya, kalau begitu Titah masuk dulu ya ke dalam, dadah", jawab Titah.

"Sudah gitu saja bujuk Titah, supaya gak nangis lagi dengar nama si oncom langsung berhenti nangisnya, wow!!", kata Irfandi heran.

"Iih di bilang namanya Arfani bukan oncom", sambung Titah yang pergi meninggalkan Irfandi.

bab 03 sudah terbit ya kak ☺☺

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience