Rate

Bab 4

Romance Series 468

Di rumah pak Nano

Masih di taman belakang rumah pak Nano..

"Iya deh iya, namanya your handsome Arfani bukan si oncom", kata Irfandi.

"Nah itu baru benar, awas ya di ganti lagi jadi si oncom", sambung Titah.

Di taman depan rumah pak Nano..

"Iih kok bisa seperti ini ya, aneh juga ya sebelumnya kan gue gak pernah suka Titah dekat-dekat dengan gue, tapi kok sekarang gue malah gak suka ya Titah dekat-dekat dengan Irfandi, iih kenapa sih, perasaan apa sih ini ?", Arfani bertanya-tanya sendiri.

"Mungkin itu yang di sebut dengan fall in love den mas Arfani", jawab Paijo yang membuat Arfani kaget.

"Astaghfirullah mas jo", kata Arfani yang kaget mendengar jawaban dari Paijo.

"Hehe.., coba cerita dong den mas Arfani, apa yang terjadi", pinta Paijo.

"Nggih mas jo"

(Ya mas jo), kata Arfani lagi.

"Aja mas jo dong, lik jo wae den mas Arfani"

(Jangan mas jo dong, lik jo saja den mas Arfani), sambung Paijo.

"Emang pareng ?"

(Memang boleh ?), tanya Arfani lagi.

"Pareng dong, ya wis cepet"

(Boleh dong, ya sudah cepat), jawab Paijo lagi.

"Apaan lik jo ?", tanya Arfani lagi.

"Cerita, pakai di tanya lagi apaan, apaan, cepat", jawab Paijo lagi.

"Hehe.., oke jadi begini ceritanya lik jo", kata Arfani lagi

Dalam cerita Arfani..

Di rumah pak Nano

Di taman belakang rumah pak Nano..

"Hemm, jahat banget sih romo, hemm emm emm", kata Titah yang menangis.

"Untung gue sudah bilang sama Renaldi, mau keliling taman belakang, eeh, kok eh, iih kok gue merinding gini ya, iih, ya masa sih siang-siang gini ada kunti nya, ya Allah merinding banget gue, eh itu mah bukan kunti yang nangis, Titah yang nangis, emm, kenapa ya kok Titah nangis, pasti karena Arfani nih, emm dasar kembaran gue tidak bersyukur sudah dikasih perempuan yang tulus seperti Titah, malah di cuekin, ya sudah samperin saja deh", kata Irfandi.

"Assalamu'alaikum, tante kunti, maaf-maaf nih ya saya Irfandi, saya numpang lewat, mau berkeliling taman belakang rumah pamannya teman saya", kata Irfandi lagi.

"Wa'alaikumussalam, iih Irfandi, enak saja saya kunti, Titah bukan kunti tahu", sambung Titah.

"Oh orang ta, tak kira bukan, habisnya bikin merinding Irfandi sih hehe", kata Irfandi lagi.

"Iihh, emm, emm, emm, emm", Titah menangis semakin keras.

"Waduh, waduh, waduh gawat, kalau Renaldi tahu Titah nangis, apalagi gue disini, pasti nanti di kiranya dia nangisnya sama gue", kata Irfandi yang mulai panik, karena Titah menangis.

"Sini, sini dulu, Titah butuh Irfandi", sambung Titah.

"Tah, tah, tah, Titah, kalau Irfandi disini, Arfani dimana ?", tanya Irfandi.

"Iih sini hemm.. Emm emm..", jawab Titah yang menangis dan memeluk Irfandi.

"Si Fandi kemana ya, kok gak ada disini, katanya tadi mau keliling taman belakang", kata Arfani.

"Titah kenapa nangis sih, nanti takutnya salah paham, terutama Renaldi, nanti dikiranya kamu nangis, karena saya lagi ?", tanya Irfandi.

"Boleh curhat ?", tanya Titah.

"Iya, boleh", jawab Irfandi.

"Jadi begini ceritanya", kata Titah.

Lima belas menit kemudian..

Masih di taman belakang rumah pak Nano..

"Oh jadi seperti itu ceritanya, tapi benar loh apa yang di bilang Ana, kamu kan lemot, kalau yang di pikirkan itu Arfani mulu", kata Irfandi.

"Iih.. Irfandi..", sambung Titah.

"Nah itu dia si Fandi, tapi kok sama Titah ya, iih kenapa sih gue kesel banget lihat Irfandi berduaan sama Titah seperti itu", kata Arfani yang mulai cemburu, karena melihat Titah berduaan dengan Irfandi.

"Hehe bercanda tah, tah, tah, Titah", sambung Irfandi.

"Iih.. Gak lucu tahu, hemm emm emm", kata Titah lagi.

"Yah tah jangan nangis lagi dong, haduh", sambung Irfandi lagi.

"Bodo, pokoknya hari ini Titah mau nangis sepuasnya di bahu Irfandi, emm", kata Titah lagi menangis di bahu Irfandi.

"Haduh bagaimana caranya ya biar Titah gak nangis lagi, aha.., gue ada ide biar Titah gak nangis lagi, Arfani kembaran gue, gue minta maaf ya sudah korbanin elu, hehe", kata Irfandi dalam hati.

"Iih kok Irfandi malah diem dan senyum-senyum sendiri sih, kenapa obatnya habis ya ?", tanya Titah.

"Haduh, gila dong tah, gue", jawab Irfandi.

"Nah itu tahu, hehe", kata Titah.

"Sembarangan, enak saja, jadi gini tah, hari ini kan Renaldi mau nongkrong nih nah Arfani juga ikut, elu mau gak ikut nongkrong bareng juga ?", tanya Irfandi.

"Mau, mau, mau banget, oke kalau begitu Titah dandan yang cantik malam ini hanya untuk my handsome Arfani, terimakasih ya Irfandi untuk infonya, kalau begitu Titah masuk dulu ya ke dalam, dadah", jawab Titah.

"Sudah gitu saja bujuk Titah, supaya gak nangis lagi dengar nama si oncom langsung berhenti nangisnya, wow!!", kata Irfandi heran.

"Iih di bilang namanya Arfani bukan oncom", sambung Titah yang pergi meninggalkan Irfandi.

Beberapa menit kemudian..

Masih di depan rumah pak Nano..

"Jadi gitu lik jo ceritanya", kata Arfani.

"Oh itu tandanya den mas Arfani jeales", sambung Paijo.

"Haaaa apaan tuh lik jo jeales ?", tanya Arfani.

"Bahasa Indonesia nya cemburu, den mas Arfani, masa gak tahu sih, katanya mahasiswa gimana sih..", jawab Paijo.

"Oh itu jealous lik jo, bukan jeales, haduh..", keluh Arfani.

"Hehe..", Paijo hanya tertawa.

"Oh iya ngomong-ngomong den mas Arfani gak suka kalau cah ayu dekat-dekat dengan den mas Irfandi, kembarannya ?", tanya Paijo.

"Inggih lik"

(Iya lik), jawab Arfani.

"Oh, ngapa ra ditembak wae cah ayu e, den"

(Oh, kenapa tidak ditembak saja cah ayu nya, den), kata Paijo.

"Aja lik aja"

(Jangan lik jangan), sambung Arfani.

"Ngapa, katanya dhemen karo cah ayu, ngapa ra ditembak wae ?"

(Kenapa, katanya suka dengan cah ayu, kenapa tidak ditembak saja ?), tanya Paijo lagi.

"Aja lik, yen ditembak terlewat Titah e mati gimana ?"

(Jangan lik, kalau ditembak lalu Titah nya meninggal bagaimana ?), tanya Arfani lagi.

"Mloto nih mloto, maksudnya lik jo nyatakan tresno ngono, dudu bedhil cah ayu karo tembakan, hadeuh.."

(Lucu nih lucu, maksudnya lik jo nyatakan cinta begitu, bukan tembak cah ayu dengan tembakan, hadeuh..), keluh Paijo.

"Oh ngomong dong, aku kira bedhil Titah karo tembakan"

(Oh ngomong dong, saya kira tembak Titah dengan tembakan), kata Arfani lagi.

Di ruang keluarga..

"Ngek, nanti jangan lupa ya kamu ke kamarnya Renal dan bilang kalau saya sudah pulang, bilang juga kalau saya ingin memperkenalkan tante barunya", kata pak Nano.

"Muhun pak Nano, punten"

(Iya pak Nano, permisi), sambung Cengek.

Di kamar Renaldi..

"Punten, den.."

(Permisi, den..), kata Cengek.

"Muhun ngek, aya naon ?"

(Iya ngek, ada apa ?), tanya Renaldi.

"Di panggil pak Nano", jawab Cengek.

"Oh om Nano sudah pulang ngek ?", tanya Renaldi lagi.

"Iya sudah pulang den, oh iya den satu lagi pak Nano bilang katanya mau di kenalkan oleh ibu barunya neng geulis", jawab Cengek lagi.

"Oh oke, saya ke sana", kata Renaldi.

"Muhun den, lamun kitu punten"

(Iya den, kalau begitu permisi), sambung Cengek.

"Muhun"

(Iya), kata Renaldi lagi.

sudah terbit ya kak ☺☺

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience