Ulang Tahun

Drama Series 881

 "Miya, apa kau akan datang ke pesta ulang tahun ku nanti malam?"

"Tentu Thalita, kapan acaranya?"

 "Nanti malam jam 8 ya kamu datang"

 "Baiklah.."

Thalita adalah teman SD Miya yang sekarang satu kelas dengannya. Ia mengundang Miya dan seluruh temannya di kelas itu. Semua teman Miya mengucapkan selamat ulang tahun pada Thalita, bahkan ada yang menjahilinya. Walaupun begitu, Thalita tetap baik.

 "MIYA!!!"

 "Astaga.. kalian mengagetkan ku"

Miya terkejut saat duo teman barunya ini yaitu Sabrina dan Shintya mengagetinya dibelakang. Miya membalikkan badan, menatap tajam pada kedua teman barunya yang setiap hari menjahili dia ini.

"Ada apa Miya kenapa kamu melamun? Mikirin si Andika ya.. Ayo ngaku" ucap Shintya pada Miya

"Enggak, ngapain aku mikirin dia" elak Miya

"Masa sih? Ayo ngaku kamu pasti mikirin dia kan?" kata Sabrina yang tidak yakin dengan ucapan Miya

"Ya udah seterah kalian deh" kata Miya merajuk. Memang saat ini Miya tidak memikirkan gebetan nya itu. Ia berpikir akan memberi hadiah apa pada Thalita malam ini.

"Hei kalian, jangan ngagetin Miya begitu dong. Kan dia pergi gara-gara kalian" Ucap Chila tiba-tiba menghampiri mereka. ia pergi karena merasa jenuh di kelas dan juga sekedar untuk mendapatkan inspirasi. Ia Mengedarkan pandangan ke arah lain dan mendapati seseorang yang sedang berbincang mengenai video tutorial di Youtube. Miya pun mendapat ide akan memberi hadiah apa pada Thalita malam ini.

/////////

"Selamat pagi tuan" Ucap fredrik pada tuannya yang hanya dibalas anggukan.

Tristan berjalan keluar dari kamar menuju ruang kerja. Ia membuka pintu lalu mendapati seseorang yang sedang duduk diatas meja kerjanya. Tristan lari ke meja kerjanya dan bersiap untuk memukul orang tersebut. Secepat kilat, orang itu mengelak dan berdiri di samping Tristan.

"Kau mau membunuhku ya?" Ucap orang itu.

"Dimana sopan santun pada kakak mu ini hah, Justin? Aku sudah memperingatkan mu untuk tidak sembarang masuk kedalam ruang kerjaku." Ucap Tristan.

"Aku ingin menghampiri kakak, udah ku ketuk pintu kakak dan gak ada jawaban. Ya udah, ku tunggu aja kakak disini sampai datang." Kata Justin adik dari Tristan.

Tristan duduk di kursinya "Ada apa kau datang kemari?" tanya Tristan datar. Justin tersenyum lalu memberikan undangan pada Tristan "Aku hanya mengantarkan undangan ini untuk mu kakak. Kakak tahu orang yang baru menjabat sebagai menteri itu mengundang kita hadir di acara ulang tahun anaknya. Apa kau akan hadir kakak? " Kata Justin menjelaskan undangan itu pada Tristan. Tristan menatap undangan itu dengan tatapan tidak minat untuk hadir pada acara tersebut. Setelah membaca seluruh isinya, ia menaruh kembali diatas meja. "Aku tidak tertarik untuk hadir pada acara tersebut. Kau saja yang hadir, aku disini banyak kerjaan."

Justin menghela napas kasar kemudian melangkah pergi meninggalkan ruangan. Tapi sebelum itu, ia mengatakan "lebih baik kakak ikut di acara tersebut, jika tidak akan menyesal nantinya". Setelah mengatakan itu, Justin pergi. Tristan termenung dengan kata-kata yang barusan dilontarkan oleh adiknya itu "Apa maksud dari Justin?"

Tristan menatap Fredrik dengan tanda tanya. Fredrik mengerti apa maksud dari tuannya ini "Tuan, malam ini nona akan hadir dalam acara". Setelah Fredrik menjelaskan, Tristan bangkit dan matanya membulat "Benar kah gadis itu akan datang?". Fredrik mengangguk lalu senyuman terukir diwajah Tristan.

"Aku harus hadir acara malam ini. Aku sangat merindukan dirinya" Ucap Tristan.

////////////

"Hatchihh.. Siapa yang merindukan ku ya?" tanya Miya pada diri sendiri. Saat ini, Miya membuat hadiah untuk Thalita yaitu sebuah Explosing box. Menurutnya hadiah ini cukup untuk diberikan pada Thalita.

"Adik, apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Nila yang kebetulan lewat depan kamar Miya.

"Tidak ada. Aku hanya membuat explosing box untuk teman ku Thalita" Jawab Miya. Ya setelah Miya sampai rumah, ia langsung membuatnya.

"Oh Thalita teman SD mu itu ya.. Ada apa dengannya hingga kamu memberikan dia itu?" tanya Nila lagi. Miya tidak menatap mata Nila, dia tetap membuatnya "Thalita teman ku ulang tahun kak, jadi aku ingin memberikan nya ini."

Nila mengangguk mendengar jawaban dari adiknya. Akhirnya Nila mengambil satu kertas karton lalu mengguntingnya "Sini, biar kakak bantu buatkan". Miya mengucapkan terimakasih pada Nila. 

"Oh iya dek, apa kamu sudah menyiapkan gaun untuk dipakai dipesta nanti?" tanya Nila. 

Miya tersenyum pada Nila "Belum kak, aku belum ada gaun untuk pergi ke acara nanti".

"Untuk kakak punya satu gaun yang cocok untuk mu. Malam nanti kamu pakai kesana ya" Kata Nila. 

"Sekali lagi terimakasih ya kak, kakak telah menolongku"

 "Sama-sama dek"

////////////

Malam ini banyak sekali orang datang ke acara ulang tahun yang diadakan oleh Thalita. Termasuk Miya yang sedang bersiap-siap sekarang.

Miya malam ini kelihatan cantik sekali. Gaun selutut berwarna biru muda yang seirama dengan kedua bola matanya. Memakai make up yang natural yang terlihat lebih fres. Dan tidak lupa memakai kalung hadiah dari almarhum ibunya. Miya siap pergi ke acara itu, tetapi sekarang ia menunggu Chila, Shintya dan Sabrina menjemputnya.

"Wah cantik sekali dirimu Miya. Harusnya Andika menjadikan mu pacar loh" ledek Cinta.

"Kenapa kamu membawa nama itu lagi sih? Lagian tidak mungkin kami bisa bersama." ucap Miya kesal.

"kan kita tidak tahu takdir kita gimana Miya. Aku yakin kok Andika bakal jadi ehem.. kamu tahu lah hehehe" kata Cinta

"Betul tu Miya, positif thinking aja" kata Chila menambahkan.

Mobil yang ditumpangi mereka akhirnya sampai di kediaman Thalita. Miya tertegun melihat pemandangan didepannya. Terdapat patung air mancur yang di sekeliling nya ditanami bunga mawar. Lalu rumah Thalita yang begitu besar sekali seperti gedung sekolahnya. Miya melangkah masuk beserta Chila, Cinta dan Chintya. Sebelum masuk, mereka diminta petugas untuk memperlihatkan undangan yang diberi Thalita sebelumnya. Setelah itu melangkah masuk kedalam.

"Rumah Thalita besar sekali.. Oh lihat itu artis favorite ku datang kesini. Ayo Chintya temani aku kesana" Cinta menarik lengan Chintya pergi. Sekarang hanya ada Chilla yang bersamanya. "Chila, ayo temui Thalita terlebih dahulu" Chila menyetujui perkataan Miya kemudian mencari keberadaan Thalita.

 Akhirnya mereka menemukan Thalita bersama sekelompok gadis yang mereka yakini itu teman Thalita. "Hai Thalita, selamat ulang tahun ya.." Thalita balas menjabat tangan Miya. "Terimakasih Miya atas ucapan nya dan juga hadiahnya". Setelah Miya giliran Chila memberikan ucapan pada Thalita.

Thalita permisi pamit pada Miya dan Chila karena ada beberapa tamu yang harus dia sapa. Miya dan Chila mengambil makanan yang telah disediakan oleh pelayan kemudian mereka berbincang bersama. Pundak Chila merasakan ada seseorang yang menyentuhnya. Langsung saja dia membalikkan badannya ke belakang. Ternyata ia bertemu dengan teman lamanya. Teman lama Chila mengajak ia untuk menghabiskan waktu hanya berdua saja. Miya mempersilahkan mereka berdua pergi dan kini hanya ada Miya sendiri.

Di luar banyak sekali orang ribut karena ada dua orang yang sangat terkenal dikota itu. "Tolong semua nya berikan jalan pada tuan" teriak petugas itu. Orang itu berjalan masuk lalu memandang sekitarnya. Banyak sekali orang yang ada dipesta itu ingin bertemu mereka.

"Ada apa sih ribut banget. Lebih baik aku berjalan keluar saja." kata Miya. Lalu Miya melangkah pergi dari sana.

"Tuan Tristan, tuan Justin minta tanda tangan dong"

"Tuan Tristan minta foto dong"

"Minggir semuanya minggir!"

Banyak sekali penggemar Tristan dan juga Justin. Mereka berdua tidak menghiraukan teriakan dari fans dan melangkah terus mencari keberadaan pujaan hati mereka. Tristan melihat Miya pergi ke arah pintu keluar disisi barat rumah Thalita.

"Aku tahu dimana dia sekarang. kita temui Thalita terlebih dahulu setelah itu Miya" Kata Tristan. Tristan mendahului Justin mencari Thalita sekarang.

///////////

Miya pergi ke taman untuk melepaskan kepenatan dalam dirinya. Cahaya bulan menyinari penuh taman malam ini. Miya menemukan bangku di taman itu, lalu duduk memandang sinar rembulan. Sangat indah hingga Miya meneteskan air matanya. Ia mengingat kejadian pada saat kedua orang tuanya meninggal tepat bulan purnama. Miya tidak mengingat kejadian yang menimpa keluarganya sampai kedua orang tua mereka meninggal. Miya pastikan itu bukan kecelakaan.

Miya mengusap air mata yang menetes dari matanya. Tiba-tiba ia merasa pundaknya di sentuh oleh seseorang. Segera membalikkan badan dan melihat seorang laki-laki yang begitu tampan. Dia adalah Andika yang menghampiri Miya karena melihat Miya sedih sendiri ditaman ini. "Ada apa? Kenapa kau menangis?".

Miya menggelengkan kepala "Tidak ada. Kamu jangan khawatirkan aku" Ucap Miya membuang muka.

Taman itu seketika terasa hening. Miya sibuk dengan pikiran sendiri sedangkan Andika bingung memulai pembicaraan mereka."Andika sedang apa kamu disini?" tanya Miya tiba-tiba. Andika tersenyum "Thalita mengundangku malam ini. Apa kau lupa kalau aku dan Thalita berteman?".

"Oh iya aku lupa, kalian dulu berteman ya" ucap Miya sedih. Andika tiba-tiba saja mengelus puncak kepala Miya. "Ya sudah kamu jangan banyak pikiran, dan jaga kesehatan ya". Muka Miya seketika memerah karena malu dengan pernyataan dari Andika.

"Em.. Miya, apa besok kamu ada waktu luang?" tanya Andika. 

"Iya, kenapa?" Jawab Miya. dia masih tidak menatap Andika. 

Andika menyentuh pundak Miya lalu mata Miya menatap Andika. kedua mata mereka saling bertatapan. Mata biru Miya mencari sesuatu dibalik mata hitam Andika untuk mendapatkan jawaban yang selama ini ia cari. "Apa kamu bisa pergi bersama ku ke jembatan Cinta besok?"

Miya sadar lalu jantungnya berdegup kencang. Andika yang ia sukai mengajak Miya ke jembatan cinta, tidak salah?. Jembatan cinta terkenal sekali sebagai tempat seorang pria melamar wanita dikota tempat mereka tinggal. Konon di jembatan itu ada sejarahnya.

"Iya, aku bisa datang" kata Miya.

"Baiklah, lebih baik kamu masuk kedalam nanti kena demam kalau lama-lama disini" kata Andika. Andika pamit meninggalkan Miya sendirian di taman, sambil menatap punggung Andika pergi. Miya tersenyum diam-diam sambil tertawa sedikit.

"Ah senangnya hari ini.. lebih baik aku masuk kedalam sekarang. Kalau lama-lama disini nanti sakit dan gak bisa ketemu Andika besok." Miya masuk kedalam pesta. Di balik semak-semak tidak jauh dari Miya, ada dua orang yang memperhatikan gerakan Miya dan Andika sedaritadi. Mereka adalah Tristan dan juga adiknya Justin. Tristan dan Justin sama-sama kedua tangan mereka mengepal dengan kuat. Mereka marah sekali jika ada seseorang yang berani merebut bagian terpenting dalam hidup mereka.

"Kak kita pastikan agar si brengsek itu besok menerima pelajaran dari kita. Agar dia tidak sembarangan merebut milik kita" Ucap Justin geram.

"Tenang aja adik, kakak punya sesuatu untuk mengusir dia dari kehidupan Miya dan juga kita." Kata Tristan santai, walau didalam hati sangat benci sekali.

 "Lihat saja, orang yang bernama ANDIKA itu besok dia tidak akan hidup lagi" Kata Tristan dalam hati. Mereka berdua masuk dalam mobil dan pulang ke mansion.

Tidak menyangka ternyata ada orang yang mengamati mereka berdua juga dari balik pohon. Orang itu pun tersenyum jahat "hehehe sepertinya menarik. Kamu banyak penggemar juga ya Elviana. Pantas saja kau meninggalkan ku seribu tahun yang lalu karena kedua pria itu. Ya, kedua pria itu merebut Elviana ku hingga kau pergi dari sisiku karena mereka. Jika tidak ada mereka aku dan kamu pasti akan bersama kan. Aku pasti akan membawa mu kembali ke sisi ku lagi Elviana, aku janji."

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience