Tentang Miya

Drama Series 881

"Gelap, kenapa ini? Aku dengar ada seseorang disini. Suara siapa ini?"

Aku mencoba membuka kedua mataku. Pertama kali yang ku lihat hanya sinar lampu yang menerangiku "silau". Setelah mataku melihat dengan jelas, aku mengedarkan pandangan ke segala arah berpikir "Ini dimana? Ini bukan kamarku. Kenapa aku ada disini?"

Lalu tak sengaja iris mataku berpapasan dengan iris mata seorang pria. Aku terkejut kemudian duduk dan memegang selimut dengan erat sekali. Aku bertanya "Siapa kamu?". Dia hanya mengatakan jika ini hanya salah paham.

Kemudian tiba-tiba datang seorang pria lagi. Aku menyakan hal yang sama pada mereka " Siapa kalian?"

Aku teringat akan kejadian di halte tadi. Pria yang membawaku tadi dimana?. Seenaknya saja dia membawaku kesini.

"Mau apa kalian?" tanyaku. Pria yang baru masuk tadi ingin menjelaskannya padaku. Tapi ditahan oleh orang yang berada disampingku ini.

"Kami disini ingin tanya banyak hal tentang adikmu"kata pria itu. " Oh iya sebelum itu perkenalkan namaku Levin Tristan. Kamu bisa memanggilku Levin atau Tristan itu terserah kamu. Lalu ini asisten pribadiku namanya Fredrik. " tambahnya memperkenalkan diri padaku. Sejenak aku berpikir "Untuk apa dia ingin tahu tentang adikku Miya? Pasti ada sesuatu nih"

"Aku tidak bisa memberitahu mu tentang adikku. Aku akan pergi sekarang terimakasih" aku bangun lalu melangkah pergi dari sini. Aku melewati dia kemudian dia memegang tanganku, menahan ku untuk tidak pergi dari sini. Aku menatapnya sinis "Lepaskan aku. Atau aku-".

Belum selesai aku melanjutkan perkataan ku dia memotongnya "Atau aku apa hem?. Kamu ingin berteriak atau panggil polisi? Silahkan. Aku tidak akan menghalangi jalan mu."

Aku terdiam dengan ucapannya. Maunya apa sih?

"Apa mau mu?" tanyaku. Kemudian dia tersenyum licik lalu mendekatkan wajahnya padaku. Jarak ini sangat dekat, aku tidak bisa bernapas. Bibirku dengannya hampir bersentuhan.

"Kan aku sudah mengatakannya padamu. Aku ingin mengetahui semua tentang adik mu. Aku tidak bisa mengatakan alasannya padamu." katanya menjelaskan kembali padaku.

Aku menyerah dengan sikapnya yang keras kepala ini. Aku mengatakan seluruhnya tentang Miya mulai dari apa yang dia sukai, temannya, sekolah dan lain-lain. Kecuali satu hal.

"Itu saja tentang Miya, puas. Kamu ini siapanya Miya sih? Kenapa kamu ingin tahu sekali tentang Miya Jangan-jangan kamu suka pada Miya?" tanyaku. Dia tersenyum padaku, tapi senyum kali ini berbeda. Senyum ini sangat tulus sekali.

"Iya, aku suka pada adikmu. Apa ada yang salah? Malah aku ini-" dia tidak melanjutkan perkataannya. Diam, itulah yang bisa aku deskripsikan saat ini.

"Tidak ada. Aku hanya menyukai adikmu." lanjut nya. Kemudian ia bangun dari tempat duduknya lalu melangkah pergi meninggalkan ku disini sendiri. Tapi sebelum itu ia mengatakan "kamu sekarang bisa pulang Nila. Dan Fredrik, antarkan gadis ini pulang kerumahnya."

Asistennya mengangguk mengerti lalu meninggalkan ku bersama Fredrik. Fredrik mempersilahkan ku keluar dari kamar itu. Kami berjalan keluar sampai masuk kedalam mobil pribadi orang ini. Sebelum berpisah aku sempat menanyakan apa yang terjadi pada tuannya. Ia hanya diam lalu mobil yang ku tumpangi berangkat pergi dari sini.

///////

"Terimakasih paman." ucap Nila berterimakasih

Sekarang Nila masuk kedalam rumahnya. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Pantas saja selama diperjalanan seluruh kota sudah sepi seperti tidak ada penghuninya. Ya, sesekali ada orang lewat dijalan ini.

Nila membuka pintu kemudian masuk kedalam. Suasana dalam rumah juga seperti kota mati, tidak ada penghuninya. Nila yakin bahwa penghuni rumah ini telah masuk ke alam bawah sadarnya. Betul saja, Miya telah tertidur di atas meja belajar nya. Nila pun membangunkan Miya untuk pindah ke atas kasur.

"Dek bangun dek, pindah keatas kasurmu dek." Panggil Nila. Miya hanya bergumam kemudian tertidur lagi.

Nila pun mempunyai ide untuk membangunkan adik satu-satu nya ini. Ia berdiri disebelah adiknya kemudian berteriak "Dek ada Andika dek, bangun dek!" Miya pun bangun lalu bertanya "Mana Andika, dimana dia?".

"Ye giliran di bilangin ada Andika langsung bangun. Tadi dibangunin sebelumnya malah tidur lagi." Ketus Nila

"Aduh kak, kan kakak sudah tahu kalau aku ini suka sekali sama Andika. Makanya aku bangun" kata Miya yang sedang menguap kemudian naik ke atas ranjang.

"Ya udah tidur lagi gih. Kakak mau kembali ke kamar kakak" kata Nila. Menutup pintu kamar Miya lalu melangkah ke kamarnya.

Ia membuka pintu kamarnya. Melepas kuncir rambut yang dikenakannya membiarkan rambutnya tergerai begitu saja. Berjalan ke atas ranjangnya kemudian tidur diatasnya. "Hem.. Untuk apa kedua orang itu menanyakan tentang adikku. Aku harap mereka tidak melakukan sesuatu pada adikku. Tapi, kedua pria tadi terasa tidak asing bagiku. Aku pernah melihat mereka dimana ya?" gumamnya kemudian ia pun tertidur.

///////

Di kediaman Tristan, terdapat ia yang duduk di depan meja kerja mengerjakan beberapa tugas yang harus diselesaikan hari ini.

"Tuan, sebenarnya saya ingin memberi tahu tuan masalah ini. Tapi sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat" jelas Fredrik.

"Katakanlah Fredik" kata Tristan tanpa melihat ke arahnya.

"Begini tuan, apakah tuan tidak merasa wajah nyonya Nila begitu tidak asing. Apakah tuan merasa hal yang sama dengan saya?" tanya Fredrik. Trisna mengangguk mengerti apa yang diucapkan oleh asisten pribadinya ini. Lalu ia memandang ke arah Fredrik.

"Iya aku tahu maksudmu. Aku merasa kan hal yang sama padamu. Pertama kali ku melihat wajahnya, dia seperti gadis seribu tahun yang lalu. Tapi aku percaya padanya ia tidak akan menyakiti adiknya itu seperti seribu tahun lalu. Kali ini ia berbeda Fredrik, jadi aku bisa mempercayainya walaupun hanya sedikit" kata Tristan menjelaskan. Fredrik mengangguk "Baiklah tuan saya mengerti. Saya undur diri tuan" Fredrik melangkah meninggalkan Tristan sendirian diruangannya.

Setelah Fredrik menutup pintu, Tristan berhenti mengerjakan tugasnya kemudian berjalan ke arah jendela besar yang langsung menampilkan pemandangan taman dan sinar bulan malam ini.

"Sayang, sedang apa kamu sekarang? Aku telah lama merindukanmu dan sekarang kamu muncul lagi di kehidupan ini. Aku menyesal seribu tahun yang lalu aku tidak menyelamatkan mu, maafkan aku Leviana. Aku harap kita bisa bersama sampai maut memisahkan kita ya sayang.." gumam Tristan. Tanpa disadari air mata jatuh di kedua pipinya.

////////

"Leviana!" ucap kedua pria

"Selamatkan seluruh bangsa kita. Jangan perdulikan aku. Aku baik-baik saja." kata Leviana tersenyum pada kedua pria itu

"Leviana jangan tinggalkan kami.. Leviana, Leviana!"

"Astaga!" teriak Miya. Miya terbangun dari mimpinya. Kini Ia mengusap kepalanya dan memegang tubuhnya yang bergetar ketakutan. Mimpi ini terasa nyata bagi Miya. "Mimpi apa tadi? Aku merasa mimpi itu nyata sekali. Lalu kedua pria itu tidak asing bagiku." ucap Miya. Ia melirik jam yang ternyata masih menunjukkan pukul tiga pagi.

Miya pun turun kebawah mengambil minum didalam kulkasnya. Lalu kembali ke atas ranjang. Berdoa sebelum tidur dan memejamkan kedua matanya. "Semoga mimpi itu tidak muncul lagi." gumam Miya

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience