Rate

BAB 5

Drama Completed 464

Kubuka mataku pelan-pelan. Rasanya mataku membengkak besar hingga tak bisa melihat. Mungkin ini kerana tadi aku menangis.

“Kau sudah sedar .” Suara dingin itu terdengar jelas di telingaku. Aku menoleh ke samping tempat tidur. Disana ada Ken yang duduk dengan ekspresi dinginnya.

Aku diam. Tak berniat menjawabnya. Hanya memandangnya. Berharap ia akan tetap berada di sana. Kalau bisa, aku ingin waktu berhenti berputar. Agar aku tetap bisa melihatnya, tanpa takut untuk kehilangan.

“Sayang, kau lupa meminum obatmu?” tanya ibuku yang masuk ke bilik ku.

“Ya, okaa-san.” Sahutku lemas. Ibu memberikanku obat dan menyuruhku meminumnya. Setelah kecelakaan yang membuat ayahku dan ibu Hideaki meninggal, memberikan efek pada tubuhku. Tubuh menjadi lemah dan harus bergantung pada obat-obatan.

Setelah ibu keluar, aku melihat ke sekeliling. Tak ada Hideaki dan Ryu. Dimana mereka berdua saat ini?

“Aku pulang dulu…” Ken mengambil tasnya dan berdiri berniat untuk pergi, tapi kalimatnya menggantung.

“Apa kau masih salah faham dengan masalah dulu?” tanyaku. Ken sepertinya tak mau membalikan badannya lagi, apalagi untuk duduk. “Kita berempat hidup bersama sejak kecil. Aku, kau, Hideaki -chan, dan Ryu-chan. Bahkan saat Hideaki -chan dan Ryu-chan pindah, aku masih tetap disini. Bersamamu.” Tukasku gemas.

“Tapi ayah dan ibumu lebih menyukai Hideaki -chan untuk menjadi menantunya.” Suara Ken terdengar kesal.

“Itu dulu. Saat kita masih kanak-kanak. Kau tahu, bahkan saat aku belum tahu itu, aku sudah lebih dulu menyukaimu.” Kataku putus asa. “Walau aku merasa sedih dan kehilangan, aku harus berterima kasih pada ayahku dan juga pada ibu Hideaki -chan. Kerana mereka, mengizinkanku untuk mencintaimu. Membiarkanku memiliki perasaan ini.” Aku menghentikan kata-kataku dan menundukkan kepalaku. Mengatur nafasku agar tak memburu. “Aku dan Hideaki sangat sedih dan kehilangan. Tapi kami tetap tegar untuk menghadapi ibuku dan ayahnya yang masih ada. Agar mereka tak berlarut-larut dalam kesedihan. Hideaki -chan memang menyayangiku, tapi itu berbatas pada status kami sebagai kakak dan adik. Selebihnya tidak. Sementara Ryu-chan, ia seperti teman nakal yang menjadi bumbu pertemanan kita. Dan kau… kau berbeda. Kau menjadi sesuatu yang lain. Tak sekedar teman masa kecil. Tetapi menjadi pria dewasa yang menjadi pemilik hatiku.”

Aku terdiam. Berharap Ken tidak pergi. Melainkan berbalik dan memelukku. Tapi yang kudapatkan adalah punggungnya yang menjauh pergi tanpa sepatah katapun.

“Mengapa kau masih tak mau mencintaiku? Walaupun sudah kuterangkan semua. Apa aku yang masih tak bisa melihat cintamu?” kedua tanganku mengusap wajahku dan membiarkannya tetap disana. Membiarkan air hangat membasahinya, melewati celah-celah tanganku. Aku menahan isakku hingga pecah menjadi sebuah jeritan yang menyakitkan dadaku.

Kini daun momoji yang mengering di halaman rumah benar-benar telah gugur. Daun momoji itu telah kehilangan ranting pohonnya. Cintanya tak memiliki tempat lagi untuk bersinggah. Hanya nama Saitou Kenshin yang tertulis di daun yang telah jatuh ke tanah. Seperti memori dan hatiku yang tercetak nama Saitou Kenshin selamanya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience