Rate

BAB 2

Drama Completed 464

Kulihat Ken berjalan menuju kelas. Aku tak berkedip sedetik pun saat mata ini tertuju pada matanya yang meneduhkan itu. Meski aku harus menahan rasa sakit, kerana tak sekalipun ia menoleh padaku. Serasa duri mencabik-cabik hati yang lemah ini.

Ken duduk di bangkunya. Kazuya, teman baik Ken mengajaknya mengobrol. Setiap kali Ken mengobrol dengan teman-temannya, aku selalu memperhatikannya dengan serius. Menopangkan dagu di atas kedua tanganku. Memandangnya tanpa beralih sekalipun pada yang lain.

“Yuri-chan!” seru Mika di depan pintu. Wajahnya terlihat kelelahan.

Seketika aku menoleh temanku itu, “Ada apa?” teriakku tanpa berjalan mendekatinya.

“Ayo kesini.” Sahutnya, menyuruhku mendekatinya sambil melambaikan tangannya.

Dengan rasa kesal dan enggan, aku berdiri dari dudukku dan berjalan menuju pintu.

“Ada apa sih? Ganggu orang lagi seneng aja.” Aku memasang wajah sungutku begitu sampai di hadapan Mika.

“Gawat! Yuri-chan! Gawat!” serunya khawatir, kayak kebakaran jenggot.

“Apanya yang gawat?” tanyaku tak antusias.

“Gawat! Yuri-chan! Gawat! Hideaki -kun lagi berantem sama murid baru di lapangan basket.”

“Apa?! Hideaki -chan berantem? Sama murid baru? Di lapangan basket?” teriakku histeris sampai anak satu kelas melihat ke arahku, termasuk Ken dan Kazuya.

“Iya.”

Mendengar penuturan Mika, aku langsung berlari menuju lapangan basket. Dan sesampainya di lapangan basket, aku terpana mendapati pemandangan di hadapanku. Sekumpulan anak tengah mengerubungi lapangan basket sambil bersorak, “AYO, HIDEAKI -KUN!” berkali-kali.

Dengan sekuat tenaga dan penuh perjuangan aku berhasil menerobos kerumunan sesak itu. Kini aku bisa melihat Hideaki yang tengah berguling di tanah. Dia tidak sendirian, dan ada murid baru bersamanya.

“HENTIKAN!” teriakku dengan intonasi mayor yang bisa membangunkan semua makhluk di belahan lain yang tengah tertidur, terbangun kaget mendengar teriakanku. Hideaki dan anak baru itu pun berhenti berkelahi mendengar teriakanku. Bukannya senang kerana perkelahian itu dapat dilerai, para penonton yang terdiri dari siswa itu malah berkoar tak senang padaku. Dan menatap sinis padaku.

“SUDAH PERGI SANA! INI BUKAN BIOSKOP!” teriakku pada anak-anak yang menonton.

Setelah anak-anak yang lain bubar meninggalkan lapangan basket, aku mendekati Hideaki dan murid baru itu. Mataku menatap tajam pada dua makhluk itu. Mika yang berdiri di belakangku, menundukkan kepalanya kerana ketakutan.

“Bagus! Kalian berdua sudah berhasil membuat tontonan gratis dan seru di sekolah. Sekarang mau kalian apa?”

“Yuri-chan.” Panggil Hideaki lemah. Ia tak berani bicara.

“Yuri, sebaiknya kita masuk ke kelas yuk. Sekarang sudah masuk, dan sebentar lagi Kiyoshi-sensei akan datang.” Bujuk Mika lembut dengan nada ketakutan. Aku tahu, sekarang Mika sangat ketakutan.

“Aku tunggu kalian sepulang sekolah nanti untuk menjelaskan semuanya padaku.” Selesai kata terakhir, aku berjalan pergi menuju kelas.

Sementara aku pergi, dua makhluk itu tetap berdiri di sana, memandang kepergianku.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience