Rate

Ketiga ??

Romance Series 1329

Bel pulang, ngerusak moment ??

"BERSIHIN SEPATU GUE ! SEKARANG !"

Jeder.

Tata meneguk salivanya sendiri, dia diam tidak berkutik. Tidak tau apa yang harus dia lakukan pada akhir. Menuruti perintah Dista atau meninggalkannya begitu saja.

Tata tidak pernah dibentak. Bahkan papanya pun tidak pernah memperlakukannya seperti ini. Baru kali ini ia merasakan sesaknya saat dibentak seseorang.

Tiba-tiba airmatanya luruh begitu saja melewati pipi chubby miliknya. Membuat Dista perlahan melunak, karena dia memang tidak suka jika melihat wanita menangis.

Dista mengacak rambutnya frustasi. Karena sangat jengkel dengan cewek aneh ini, bisa-bisanya dia kelepasan membentaknya.

"Gak jadi." Ucap Dista acuh. Dan pergi ke toilet untuk membersihkan sepatunya sendiri.

Meninggalkan Tata yang masih diam mematung ditempatnya. Sampai Rosa dan Tiwi keluar, dan melihat Tata yang menangis.

"Tata kenapa ?" Tanya Rosa.

Tiwi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu mengajak Rosa untuk bergegas menghampiri Tata.

"Lo kenapa Ta ?" Tanya Rosa.

Tata menoleh, dan dengan cepat mengusap airmata yang masih membekas dipipinya.

"Enggak." Tata menyunggingkan senyum manis miliknya.

"Seriusan gue ?" Ucap Rosa.

"Apanya yang serius ?" Tanya Tiwi.

Rosa memutar bola matanya malas, menanggapi temannya yang satu ini. Yang lemotnya minta ampun jika di ajak bicara. Tapi, jangan salah menilainya walaupun dia lemot tapi dia itu pinter dance.

"Enggak. Udah yok ke kelas !" Ucap Rosa menarik Tiwi dan Tata untuk kembali ke kelas.

??????

Dista menghela nafasnya bosan, entah sudah berapa kali ia memutar bola matanya jengah.

Pelajaran sejarah didepannya itu seakan tak ada habisnya ditelinga Dista. Cowok itu mengacak rambutnya pelan.

Sekilas melirik cewek disampingnya yang sedang asyik menggambar sesuatu sambil menggerakkan kepalanya karena lagu yang mengalun dari earphone yang menyumpal kedua telingannya.

Dista menggeleng pelan, kemudian kembali memperhatikan pelajaran didepan. Walaupun tidak ada yang masuk ke dalam akal Radista.

"Hoammzzz" ucap gadis disampingnya itu dengan sedikit keras.

Membuat pandangan seluruh kelas sekarang tertuju dibangku mereka. Terutama pak Muji yang memandang Tata dengan tatapan membunuh.

Namun yang ditatap malah menyembunyikan kepalanya diantara kedua lengan miliknya.

"Tata !"

Tata mengangkat kepalanya, dan menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

"Ya pak ?"

"Saya kesini untuk mengajar kamu ! Bukan untuk melihat kamu tidur dikelas !" Kini suara pak Muji sudah terdengar lebih meninggi dari pada sebelumnya.

"Ya siapa suruh sih ? Bapak nyeritain masalalu mulu, semuanya juga pada bosen dengerin masalalu bapak !" Celetuknya.

Seisi kelas pun tertawa, benar saja mereka memang sudah bosan dengan guru didepan mereka ini.

Pak Muji hanya bisa menggeleng takjub dengan siswanya yang satu ini.

"Sekarang-

Teett..teett..teett..

Bel pulang berbunyi, pak Muji menghentikan bicaranya. Dan menyudahi aktifitas belajar mengajar, namun sebelum dia keluar dari kelas, Tata berceletuk kembali.

"Aduh bel pulang sekolah ngerusak moment pak Muji aja ya! Kasihan"

Pak Muji berbalik dan menatap tajam ke arah Tata, namun Tata malah menyibukkan diri dengan memasukkan barang-barang ke dalam tas ranselnya.

??????

Dista menghampiri Keynan yang sudah menunggunya di koridor depan. Rencananya mereka akan pergi ke tempat biasa mereka kumpul (dulu). Bersama dua curut--Erwin dan Zildan.

"Tunggu bentar ya ! Gue mau ngecengin doi gue dulu nih" Ucap Keynan.

Dista memutar bola matanya malas, temannya yang satu ini tidak pernah berubah. Selalu soal cewek yang ada dipikirannya, status playpoy yang dia sandang gak pernah berubah.

Koridor sudah lumayan sepi, karena bel pulang sudah berbunyi sekitar 20 menit yang lalu.

"Aaaaaaaaa" Jerit seseorang.

Dista menoleh ke sisi kirinya, memandang seseorang yang tengah berlari dengan rambut acak-acakan.

"Tolong ada dugongg !!" Teriaknya lagi.

Cewek aneh. Ucap Dista dalam hati.

Nafasnya sudah terlihat terengah-engah, entah apa yang membuatnya takut seperti itu. Namun itu bukan urusan Dista, ia pun hanya mengacuhkannya saja.

Brak.

Dista kembali menoleh dan mendapati cewek aneh--Tata sudah tersungkur di atas lantai. Pantat nya menyentuh lantai dengan indah, dengan tangan yang memegangi keningnya.

Bibir Dista berkedut, dia mati-matian menahan tawanya. Namun sepersekian detik kemudian tawanya meledak begitu saja.

"Wahhahaha"

Cewek itu menoleh

??????

Tata keluar dari kelas bersama Tiwi dan Rosa, karena Felli sudah dijemput sopir pribadinya.

Mereka melewati lorong kelas yang terlihat sudah sangat sepi, Karena bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar 15 menit yang lalu.

"Ta ? Pakek kek sepatu lo, bau tau lo tenteng mulu begitu." Celetuk Rosa menutup hidungnya.

"Emangnya kayak sepatu lo apa ? Jarang lo cuci." Balas Tata tak mau kalah.

"Lagian udah kek banjir aja" tambah Rosa.

"Gak ada ujan bukannya ya ? Kok udah ada banjir, dimana ?" Tanya Tiwi dengan polosnya.

"Ya Allah" ucap Rosa dan Tata bersamaan.

"Ogeb banget nih bocah" umpat Tata.

"Temen lo tu." Ucap Rosa.

"Kembaran lo juga." Tambah Tata dan terkekeh.

Saat mereka sampai di depan kelas XI-IPA 4 yang pintunya terbuka lebar, Tata menghentikkan teman-temannya.

"Ehh bentar-bentar !" Ucap Tata.

Rosa dan Tiwi pun menoleh.

"Apa Ta ?" Tanya Tiwi.

"Noh !" Tunjuk Tata pada bangku depan sendiri dikelas itu.

Senyumnya merekah, bagai mendapat kupon hadiah dari ciki 500 an.

Tata masuk ke dalam kelas tersebut, dan mendapati parfum yang masih setengah.

"Lumayan kan ya, daripada ngabisin parfum mahal bokap." Ucap Tata enteng.

"Lo belum bilang ke orangnya Ta ?" Ucap Tiwi.

"Bodo amat"

Tata menyemprotkan parfum itu keseluruh tubuhnya. Kemudian ke sragam milik Rosa dan Tiwi, namun hanya sedikit.

"Buseettt bau apaan tu parfum ?" Rosa terbatuk.

"Bangke" ucap Tata.

Dia melihat sepatu yang dia tenteng, lalu menyemprotkan parfum tersebut.

"Astaga, jorok banget lo Ta ! Ampun dah gue." Ucap Rosa geleng kepala karena sikap sahabatnya ini.

"Aduh abis lagi. Gue duluan." Pamit Tata ngebecirrr keluar kelas.

Dia bertemu dengan makk dugong--Dona. Yang badannya udah kayak tong isi air.

"Abis ngapain di kelas gue Ta ?" Tanyanya polos.

"Main aja." Jawab Tata santai.

"Widihh bau lo wangi bener. Udah kayak parfum gue aja."

Deg.

Tata meringis. "Gue duluan." Ucap Tata segera berlari menjauh.

"Tataaaaa !" Tata menoleh dan mendapati Dona sudah berlari mengejarnya.

"Aaaaaaa !" Teriaknya histeris.

"Tolong ada dugong !" Teriaknya kembali.

Dona sudah tidak nampak lagi dibelakang, namun Tata masih saja berlari tanpa memperhatikan jalan.

Brakk.

Tata terjatuh ke lantai dengan pantat duluan. Seperti diperlambat, pantatnya sangat indah saat mencium lantai.

Ditambah sepatunya yang terbang mengenai kepala, dan juga keningnya yang berdenyut menabrak pintu.

"Siall !" Umpatnya.

"Wahahahahahaha"

Tata cepat-cepat menoleh dan.....

"DISTAAAA GUE MALU ANJIRRR !" Tata histeris sendiri.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience