Bab 2

Romance Series 2685

Kring.... Kring....

Alarm berbunyi nyaring, menandakan pergantian antara zona nyaman ke zona aktivitas. Membangunkan semua mahkluk yang berada di bumi.

"Hoamm"Ara membuka matanya. ia sengaja memasang alarm sepagi ini, dikarenakan hari ini hari dimana ia akan memulai masuk dunia kerja.

Ara bangkit dari kasur, lalu mengikat sembarang rambutnya. Dia melangkah mendekati jendela kamar dan dibukanya. Ara Menghirup udara pagi yang segar dan sejuk.

"Kenikmatan dunia"gumam Ara.

Setelah itu Ara berlalu meninggalkan kamar dan kini ia berada di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Dan saat masakan Ara matang, Ara menyajikannya di meja makan. kakek menghampiri dimana Ara berada, diperhatikannya gadis itu seraya menyunggikan senyuman tipis.

Jika dilihat-lihat Ara semakin mirip saja dengan sang ibu. Mulai dari wajah dan ketelatenannya dalam mengerjakan sesuatu.

"Selamat pagi, kakek"sapa Ara dengan tersenyum.

"Ayo kakek, duduklah ... Ara mau pergi mandi dulu"pinta Ara seraya menarik kursi dan mempersilahkan kakek untuk duduk. Kakek pun dengan senang hati mengiyakan Ara dan langsung mendudukkan tubuhnya di kursi tersebut.

"Kakek sarapan duluan saja dan ini obatnya, jangan lupa di minum seusai makan. Oke!"

"Iya cucuku tersayang."dilihatnya macam-macam bentuk obat yang membuat kakek meneguk ludahnya sendiri dan menggidik ngeri.

Hampir setiap waktu ia harus meminum jenis obat-obatan dari dokter. Kakek sudah lelah, tetapi semangat yang diberikan Ara membuat kakek yakin penyakitnya (Asma) akan segera sembuh.

"Awas saja kalau Ara lihat obatnya belum di minum."sahut Ara dengan tegas, dan berlalu meninggalkan meja makan.

                ---------------

       Beberapa menit kemudian. Ara sudah mengenakan pakaian kerjanya, dia berdiri dengan menatap pantulan dirinya di cermin dan membenarkan kacamata bulatnya. Lalu Ara keluar kamar dan menutup pintunya, Ara berjalan menuruni anak tangga menuju ke meja makan.

     "Kakek, obatnya sudah diminum, kan?"tanya Ara sambil menarik kursi dan didudukinya.

  Kakek yang duduk di kursi tamu sambil membaca koran pun menjawab. "Iya, sudah."

 "Nggak bohong kan?"selidik Ara sambil memasukkan satu sendok makanan ke mulutnya.

 "kamu nggak percaya sama kakek?"

 "Bukan aku nggak percaya sama kakek. tapi kakek sering sekali membuang obat dan berkata iya sudah."

Kakek terdiam mendengar perkataan Ara, dan Ara menggeleng pelan.

                  ----------

       Seusai sarapan, Ara pamit kepada kakek. Sebenarnya Ara telah berbohong kepada kakek soal ia akan bekerja di mana. Karena Ara tahu jika ia berkata jujur akan bekerja di perusahaan SG pastinya kakek akan melarangnya. Ara tidak mau membohongi kakek tapi, apalah daya ia sangat membutuhkan pekerjaan itu.

         Ara pagi ini pergi ke tempat kerjanya dengan memesan ojek online karena, ia takut jika menaiki kendaraan roda empat akan terkena macet. Mengingat ibu kota terkenal akan kemacetannya dan ia tidak ingin datang terlambat.

         Saat sampai di tempat tujuan, Ara turun dari motor lalu melepas helm dan memberikan uang sesuai pembayarannya.

      "Terima kasih mbak, jangan lupa kasih bintang lima."kata sang driver ojek online dan berlalu pergi dari sana.

      Ara mengangguk. Dia berbalik badan dan berjalan menghampiri gedung tersebut. Saat dia hendak melangkahkan kaki, tiba-tiba mobil dari arah samping Ara melintas di depannya dan mengejutkan Ara. Rambutnya beriap-riap terbawa angin yang di tabrak oleh mobil tersebut.

    "Hampir aja aku tertabrak. Mobil siapa sih jalan nggak klakson dulu?bikin kaget aja."gumam Ara dalam hati. Ia mengelus dada yang dag-dig-dug kaget. Untung saja kakinya mengerem tepat waktu. Jik tidak, kemungkinan ia akan masuk rumah sakit dengan gejala patah tulang.

 Ara menatap mobil yang hampir menabraknya itu berhenti di depan gedung tempat ia bekerja. Ara bertanya-tanya siapakah orang tersebut?
Ahh!
Tidak penting.

           Brakk!

       Pintu bagian kemudi terbuka dan keluarlah pria berjas hitam dengan kacamata hitam yang mengitari bagian depan mobil. pria itu langsung membuka pintu mobil bagian penumpang.

Dan.

keluarlah sosok pria berjas cokelat yang juga memakai kacamata hitam. Pria tampan. Rahangnya tegas, kulitnya putih bersih, tubuhnya sangat tinggi, dengan modelan rambut klimis dan cool. Pria tampan itu berjalan cepat dan dua pria yang berpakaian rapi mengikutinya dari belakang.

       Ara mematung dibuatnya dengan mulut terbuka, ia terheran-heran melihat sosok pria tadi yang amat tampan. Apalagi saat semilir angin menabrak tubuh kekarnya dan detik itu pun angin membawa hembusan parfum yang wanginya nggak usah ditanya lagi, bikin kesem-sem.

        "Ternyata ... Pria tampan sekarang sedang merajalela di permukaan bumi ini. ya Tuhan mengapa kau ciptakan makhluk setampan pria  itu?"gumam Ara dalam hati dengan meronta-ronta jiwa jomblonya.

       "Ya ampun pakek kacamata aja udah keliatan ganteng banget, apalagi kalau buka baju. Astaga ! Ara ngaco nih pikirannya."Ucap Ara dalam hati sambil mengusap wajahnya.

      Ara masih sibuk membayangkan pria itu, tapi bukan membayangkan hal-hal yang jorok ya, hi hi hi.

       Pukk!

   Bahu Ara ada yang memegang dari arah belakang, sontak Ara terbangun dari lamunannya dengan terperanjat kaget. Ia pun menoleh ke belakang sana untuk melihat orang yang telah mengejutkannya itu.

To Be Continued !!!

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience