Rate

2

Fanfiction Series 463

Pria tua di hadapanku, menatapku dengan lekat.

Aku hanya bisa tersenyum canggung membalasnya.

Melihatku yang hanya berdiri mematung, ia mengeluarkan suaranya. "Eoh, kau juga ingin duduk di sini? Duduk saja, tidak ada orang di situ."

Aku menelan air liurku dengan kasar. Apa-apaan pria tua ini. Mengajakku untuk duduk dengannya? Yang benar saja. Bukannya aku sombong atau bagaimana, aku hanya takut dengan orang asing, apalagi dengan ahjussi ini. [Paman]

Astaga, Sunny! Kau tidak boleh berpikiran buruk! Bisa saja ahjussi ini memang berniat baik membagi tempat denganku.

Dengan cepat aku menghilangkan segala pikiran burukku tentang ahjussi ini dan langsung duduk dengan canggung.

"Ah, kamsahamnida!" ucapku seraya membungkuk. Lalu, aku melihatnya menganggukkan kepalanya pelan lalu tersenyum. [Terima kasih]

Sepertinya, wajah ahjussi ini sangat familiar. Aku seperti pernah melihatnya, tapi aku tidak ingat di mana dan kapan.

Tubuhnya yang besar, tidak terlalu tinggi, dan mengenakan kacamata bulat seperti Harry Potter, cukup mengingatkanku kepada seseorang. Tapi, aku tidak terlalu yakin, jika pria tua di hadapanku ini adalah ... Hitman Bang?! Tidak mungkin 'kan?

" ... hei! Kau tidak ingin memesan makanan?" Suara pria tua itu menghancurkan fantasiku yang sudah terbang ke mana-mana.

"Ah ... iya," jawabku asal. Tanpa kusadari, ternyata seorang pelayan wanita sudah berada di sampingku.

"Boleh aku melihat menunya?" tanyaku. Wanita itu memberikanku sebuah menu sambil tersenyum ramah. Aku pun mengambil menu itu dengan tersenyum ramah pula.

Aku pun melihat daftar isinya. Astaga, semua makanan ini terlihat enak. Rasanya, aku ingin memesan semuanya. Tapi, menurutku untuk saat ini tidak mungkin.

"Apakah ada menu selain daging?" tanyaku ragu. Dilihat dari menunya, aku sama sekali tidak mendapatkan makanan selain daging. Aku alergi dengan daging. Terutama dengan daging sapi.

"Oh, ada. Bagaimana dengan bibimbap tanpa daging? Di ganti dengan ayam?" tanya wanita itu. Aku mengangguk tanda setuju. Walau aku tidak terlalu mengerti dengan makanan-makanan di sini.

Kemudian, wanita itu mencatat pesananku lalu pergi meninggalkan kami berdua. Ya, kami. Aku dan pria tua ini.

"Apa kau baru pertama kali ke sini?" Pria tua itu kembali mengeluarkan suaranya.

"Iya," jawabku seadanya. "Aku baru saja tiba di sini tadi malam," lanjutku. Aku melihat pria tua itu menganggukkan kepalanya.

Setelah itu, keadaan menjadi hening. Kami menunggu pesanan datang dengan mulut tertutup rapat. Aku melihatnya sedang asik dengan smartphonenya. Sedangkan aku, aku hanya asik memandangi setiap sudut ruang restoran ini.

Tak lama kemudian, pesanan datang. Pelayan itu langsung memberikan kami sebuah bill payment. Saat aku ingin mengeluarkan dompetku, pria di depanku ini langsung membayar lunas makanan miliknya dan milikku juga. Pelayan itu kemudian pergi.

"Ah, tidak perlu Ahjussi. Aku bisa membayarnya sendiri," ucapku seramah mungkin. Takut nantinya, pria tua itu malah tersinggung karena ucapanku.

"Tidak apa-apa," jawabnya singkat, jelas, dan padat. Kali ini aku tidak bisa menyangkal. Aku hanya bisa tersenyum canggung untuk yang keberapa kalinya.

Kami pun makan dengan hening. Oh, astaga! Aku benci situasi seperti ini. Apa seperti gaya hidup orang Korea? Aku baru mengetahuinya.

Setelah semua makanan habis, tidak lupa aku meminum obatku.

"Hmm, ini," ucap pria tua itu sambil memberikan selembar kertas kepadaku, tepatnya selembar brosur.

Aku pun membaca isi brosur itu.

Bighit? Membuka audisi untuk girl grup dan model?

Untuk apa pria ini memberikan brosur ini kepadaku?

Setelah sampai habis aku membacanya, tidak sengaja aku melihat sebuah gambar di bagian pojok kanan bawah dari brosur ini. Itu adalah foto pendiri Bighit. Hitman Bang.

Astaga! Apa jangan-jangan dugaanku benar?

Aku pun sedikit melirik ke pria itu dan kemudian melihat foto itu. Seperti itu terus untuk beberapa saat.

"A-apa Anda Hitman Bang?" tanyaku ragu. Pria itu menganggukkan kepalanya sedikit lalu tersenyum ramah.

"Ah, maafkan saya. Saya tidak mengenali Anda," ujarku meminta maaf sambil sedikit membungkuk.

"Tidak apa-apa. Santai saja," jawab pria itu yang biasa dipanggil Hitman Bang di dunia entertainment.

Kemudian, Hitman menunjuk brosur yang sedang kupegang. "Aku melihat potensimu untuk menjadi model. Kalau kau berminat, ikuti saja audisi ini," ujar Hitman.

Aku sedikit membuka mulutku tak percaya apa yang ia katakan. Aku berpotensi menjadi model? Tidak mungkin 'kan?

•°•°•°•

#Author's POV

Dua hari telah berlalu sejak Sunny bertemu orang yang cukup terpandang di Seoul, Hitman Bang, pendiri Bighit ent. yang merekrut para idolanya untuk masuk ke dalam dunia permusikan.

Sunny cukup bimbang antara memilih ya dan tidak. Jika ia memilih ya, ia akan menjadi terkenal dan itu akan sedikit mengganggu Sunny yang tingkat kepercayaan dirinya lumayan rendah. Sedangkan jika ia memilih tidak, hancurlah harapannya untuk bisa dekat dengan BTS. Karena dengan ia bekerja di satu agensi yang sama dengan idolanya sendiri, cukup besar peluang untuk para member BTS mengenalnya.

"Maaf, Anda ingin memesan apa? Jika tidak, banyak orang yang mengantri di belakang Anda." Lagi-lagi, Sunny melamun untuk kesekian kalinya hari ini. Bahkan, di kasir kafe ini, ia sempat untuk melayangkan pikirannya kemana-mana.

"Ah, maaf. Aku pesan satu ice latte," ucap Sunny. Tak lama, ia mendapatkan segelas latte yang ia pesan. Ia membayarnya dan langsung keluar dari kafe itu karena merasa malu.

Dengan langkah pelan, ia berjalan di trotoar untuk menikmati waktunya sebelum ia sibuk untuk berkuliah di kampus barunya. Cuaca di siang ini cukup cerah untuk menemaninya berjalan-jalan.

Tiba-tiba, terlintas di pikirannya lagi tentang audisi itu.

Bagaimana jika aku pergi ke Bighit?, pikir Sunny.

Setelah memutuskan, ia pun langsung mencari taksi dan menuju ke kantor Bighit.

•°•°•°•

Saat ia sampai, ia langsung bergegas menuju resepsionis.

"Permisi," sapa Sunny. Para wanita resepsionis itu mengalihkan pandangannya kepada Sunny.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya salah satu wanita di resepsionis itu. Sunny tersenyum canggung.

"Eum ... apa saya bisa mendapatkan formulir pendaftaran audisi?" tanya Sunny ragu. Ia takut jika ia direndahkan ataupun dicemooh karena penampilannya yang benar-benar biasa saja. Karena, itu pernah terjadi kepadanya saat ia bersekolah di Indonesia dulu.

"Ini." Wanita itu memberikan beberapa lembar kertas kepada Sunny.

"Apa anda bisa mengisi buku tamu ini?" tanya wanita itu dengan ramah. Sunny mengangguk lalu mengisi buku itu dengan datanya.

"Terima kasih," ucap wanita itu. Kemudian, perhatian wanita itu beralih kepada buku tamu yang baru saja Sunny tulis.

"Apa Anda Lee Sun Hee?" tanya wanita itu memastikan. Sunny mengangguk heran.

"Eoh. Apakah Anda bisa menunggu sebentar di sini?"

Sunny hanya bisa mengangguk. Tidak mengerti, kenapa ia harus menunggu di sini.

Sambil menunggu, Sunny melihat sebuah kursi panjang yang kosong tepat di depan resepsionis. Sunny menghampirinya lalu duduk di kursi itu. Sesekali ia memainkan layar smartphonenya untuk menghilangkan rasa bosannya.

Tiba-tiba perhatian Sunny teralihkan pada seorang anak kecil yang sedang berlari dari arah dalam sambil membawa sebuah boneka. Yang kira-kira baru berumur 8 tahun.

Anak laki-laki itu berlari menuju luar kantor ini. Saat anak itu tepat berada di depan Sunny, anak itu terjatuh sendiri. Mungkin karena terpeleset.

Dengan cepat Sunny menghampiri anak kecil itu untuk membantunya berdiri.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Sunny cemas. Anak laki-laki itu yang awalnya hanya terdiam, kini malah menangis dengan keras setelah Sunny bertanya kepadanya. Anak yang cukup aneh.

Sunny pun membawa anak kecil itu ke kursi kosong yang ia tempati untuk duduk tadi.

"Apa ada yang terluka?" tanya Sunny lagi. Anak laki-laki itu menatap Sunny. Tiba-tiba saja tangisannya berhenti.

"Ada apa?" Sunny sudah tidak mengerti dengan anak kecil ini lagi.

"Noona cantik sekali," puji anak laki-laki itu. Tiba-tiba saja semburat merah muncul di pipi Sunny karena malu.

"Siapa namamu Noona?" tanya anak itu. Sunny tersenyum lalu menjawab, "Panggil saja Sunny Noona."

"Dan siapa namamu, adik kecil?" tanya Sunny sambil mencubit hidung anak kecil itu dengan gemas.

"Namaku Dong Won," jawab anak laki-laki itu dengan semangat.

Entah kenapa, tiba-tiba saja, Sunny merasakan sakit di kepalanya. Ia memegang kepalanya yang sedikit berdenyut. Sesekali ia memijat pelipisnya.

"Dong Won!! Jangan kabur!!" teriak seseorang dari arah dalam dengan suara cemprengnya.

"Ah, Hyungku sudah datang," keluh Dong Won dengan wajah tidak senangnya. Sunny hanya menatap Dong Won heran.

"Iya, Hyung. Ini, aku kembalikan boneka kesayanganmu," ejek Dong Won sambil menyodorkan boneka itu ke arah orang yang sedang berlari ke arahnya.

"Huh, dasar kau, anak nakal!" seru laki-laki berkulit putih seperti albino itu. Sunny yang baru melihat wajah orang yang dipanggil hyung oleh Dong Won, langsung membelalakkan matanya tidak percaya.

Apa itu Yoongi?, kata Sunny dalam hatinya.

Dan di saat yang sama, rasa sakit di kepalanya semakin memuncak. Seketika ia terjatuh dan tergeletak di lantai dengan keadaan sudah tidak sadarkan diri.

Tbc...

Haihai.. Aku apdet..

Rate & comment nya jangan lupa ??

28-4-2018
Kamis.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience