Rate

3

Fanfiction Series 463

Saat aku membuka mataku, aku sudah berada di ruangan serba putih ini.

"Di mana ini?" gumamku sambil menyentuh kepalaku yang masih terasa sakit. Perlahan, aku mencoba untuk duduk tapi seseorang menahan tangan kiriku.

"Yoo-Yoon Gi? A-apa itu benar-benar kau?!" tanyaku sekaligus menyeru orang di sampingku ini. Pria berkulit putih, dengan mata yang sipit, bibir tipis dan wajah datar dinginnya. Tidak salah lagi. Ini benar-benar Yoon Gi!

Dia bahkan duduk di sebelahku.

"Noona! Kau sudah bangun?!" seru Dong Won tiba-tiba. Aku mengalihkan perhatianku kepada anak kecil itu, lalu tersenyum sekenanya.

Lalu, perhatianku beralih lagi kepada Yoon Gi. Astaga, aku tidak bisa menatapnya lama-lama! Apa aku sedang bermimpi? Aku bertemu dengan biasku sendiri. Sekarang, bukan panggung yang memisahkan kami, kini hanya jarak sepuluh senti saja yang memisahkan kami.

"Apa masih sakit?" tanya Yoon Gi kepadaku dengan wajah datarnya.

Ini tidak mungkin 'kan? Seorang Yoon Gi mengkhawatirkanku. Oh, seseorang. Tolong bangunkan aku dari mimpi indahku ini!

"Hei, kenapa kau diam? Apa masih sakit?" tanya Yoon Gi lagi. Suaranya yang serak sekaligus cempreng membuatku ingin tertawa. Lucu sekali.

"Sedikit," jawabku seadanya. Aku pun mencoba untuk bersikap normal. Berpura untuk tidak terlalu fanatik di depannya. Aku takut, ia malah menjauh jika tahu aku adalah penggemarnya.

"Obat apa yang ada di dalam tasmu? Maafkan aku sudah membuka tasmu. Tadi aku sangat panik, sehingga aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Jadi aku membuka tasmu, mana tahu ada benda yang bisa membantu. Karena tidak ada apa-apa selain obat ini, aku membawamu ke sini. Ruang kesehatan di Bighit," jelas Yoon Gi. Tiba-tiba saja, rahang bawahku terasa jatuh begitu saja. Jadi dia yang membawa ku ke sini?

"Ah, terima—." Belum sempat Sunny mengakhiri kalimatnya, seseorang datang dan menyeru yang membuat kalimatnya terpotong.

"Hyung! Ayo, sebentar lagi latihan dimulai!" seru laki-laki itu di ambang pintu.

Saat melihatnya, ingin rasanya kuberteriak. Tapi, tidak mungkin untuk saat ini. Aku harus bisa menjaga imageku di hadapan mereka.

"Iya, sebentar lagi aku akan ke atas!" jawab Yoon Gi dengan nada yang tidak santai. Aneh sekali.

Laki-laki itu pun masuk dan berjalan ke arahku. Jimin. Iya, Jimin. Park Jimin. Ultimate biasku. Oh, ayolah. Aku tidak bisa menahan teriakanku!

"Eoh, apa kau tamu PD-nim?" tanya Jimin. Ini kali pertamanya aku berinteraksi secara langsung dengannya.

Tapi, aku sedikit bingung dengan pertanyaannya. Tamu? Aku bahkan tidak diundang ke sini.

Aku mengernyitkan dahiku tidak mengerti. "Maksudnya?" tanyaku lagi. Aku seperti orang bodoh sekarang.

"Kalau kau sudah pulih, kau bisa ke ruang PD-nim di lantai dua. Dia menunggumu," ujar Jimin. Aku mengangguk mengerti. Oh, karena itu resepsionis tadi menyuruhku untuk menunggu. Takdir ini cukup unik.

Masih dengan perasaan senang yang menggelegar di dalam hatiku. Lihat saja nanti, aku akan berteriak sekencang-kencangnya saat mereka tidak ada.

"Ya sudah, aku ke atas dulu," pamit Jimin kemudian meninggalkan kami bertiga di sini.

"Noona, aku pulang dulu, ne? Orang tuaku sudah menjemput. Sampai jumpa lagi," pamit Dong Won sambil berjalan ke arah kami.

"Ini boneka kesayanganmu, Hyung!" ejek Dong Won yang membuatku gemas. Ia memberikan sebuah boneka Elmo berwarna merah. Lalu pergi keluar meninggalkan kami berdua di ruangan ini.

Tak sengaja aku melihat Yoon Gi yang menggertakkan rahangnya. Seperti sedang menahan amarahnya.

•°•°•°•

#Author's POV

Gadis bersurai hitam pekat panjang itu, sedang menikmati makan siangnya yang terlupakan. Karena ia lupa untuk makan, otomatis ia juga tidak meminum obatnya. Hal itu yang menjadi penyebab Sunny sempat pingsan satu jam yang lalu.

Kali ini, Sunny makan siang di restoran yang berdekatan dengan kantor Bighit, karena setelah ini ia harus bertemu dengan PD-nim, entah dengan alasan apa PD-nim ingin bertemu dengan Sunny.

Setelah selesai, ia langsung meminum obatnya dan segera kembali ke kantor Bighit.

Saat di teras depan kantor Bighit, Sunny berhenti sejenak untuk menghela napas. Sesekali ia memperhatikan sekitar kantor ini.

Kantor yang tidak terlalu besar, namun cukup mewah, pikirnya.

Kantor Bighit ini sangat identik dengan warna putih. Bagian dalam dan luar kantornya mengandalkan cat berwarna putih. Warna itu yang memberikan kesan kantor Bighit ini menjadi mewah.

Setelah meredakan rasa gugupnya, ia pun masuk dan langsung menuju ke resepsion.

"Hmm, permisi. Ruang PD-nim di sebelah mana, ya?" tanya Sunny sopan. Resepsionis itu langsung memberitahukan bahwa ruangannya berada di lantai dua. Ia harus menaiki lift agar bisa sampai ke lantai dua.

Segera, ia berjalan menuju lift. Dengan kedua tangannya yang sudah basah karena keringat dinginnya, ia masuk ke dalam kotak bergerak itu.

Ia pun langsung menekan tombol angka dua di dinding lift ini. Saat pintu lift hampir tertutup, seseorang menahannya. Mencoba untuk masuk, tidak ingin ketinggalan dan harus menunggu lagi.

Dan akhirnya, orang itu bisa masuk. Ia berdiri tepat berada di sebelah Sunny. Sunny yang melihat sekilas, merasa takut dengan orang di sebelahnya itu. Ia melihat dengan ujung matanya, laki-laki yang sepenuhnya tertutup. Mulai dari celana panjangnya, jaket kulitnya, masker hitamnya, dan topi hitam. Hanya itu yang bisa Sunny lihat.

Ia bergidik ngeri dan berharap lift ini cepat sampai di lantai 2.

Lelaki di sebelahnya, menatap Sunny sambil mengernyitkan dahinya. Ia membuka masker hitamnya dan berniat untuk membuka suara.

Ting!

Suara lift terdengar. Betapa gembiranya hati Sunny karena bisa keluar dari lift yang isinya lelaki aneh itu.

Dengan langkah besar ia meninggalkan lift itu dan mencari ruangan PD-nim.

Padahal, baru saja ingin bicara, pikir lelaki itu.

Karena sudah merasa lelah, ia putuskan untuk tidak mengejar gadis di sebelahnya tadi. Ia pun langsung naik ke atas, menuju lantai empat untuk segera bergabung dengan member lain. Hari ini adalah jadwal mereka untuk latihan. Mau bagaimanapun, ia harus menjaga staminanya agar tidak terkuras habis.

Sampai di lantai empat, ia langsung membuka pintu ruang latihan dan masuk dengan diam.

Tapi, tetap saja, semua orang yang berada di sana menatap ke arahnya.

"Dari mana saja kau, Taehyung?" tanya pria yang paling tinggi di sana sekaligus leader dari boy group bernama BTS.

Lelaki yang baru saja ditanya itu, terdiam. Merasa bersalah karena ia pergi terlalu lama dan tanpa izin dari ketuanya.

"Maaf, Hyung. Aku mengurus adikku tadi," jawab lelaki tampan yang dipanggil Taehyung itu.

"Tidak apa-apa. Tapi, sebaiknya kau hubungi kami, agar tidak terjadi sesuatu yang tak diinginkan," tegas Namjoon, sang leader BTS. Taehyung mengangguk lalu mengikuti latihan seperti biasa mereka lakukan. Melatih gerakan, vocal, dan lain sebagainya.

Di sisi lain, Sunny yang sedang gelisah karena duduk berhadapan dengan PD-nim, selalu menatap ke bawah. Ia terlalu gugup untuk menatap PD-nim di hadapannya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya pria tua itu khawatir karena Sunny terus saja menundukkan kepalanya.

"Ah, maafkan saya. Saya terlalu gugup," jawab Sunny jujur.

PD-nim tersenyum lalu berkata, "Tidak usah gugup. Anggap saja, ini pertemuan kita pertama kali saat di restoran itu," ujar PD-nim. Sunny mengangguk mengerti, lalu memberanikan dirinya untuk menatap PD-nim.

"Saat pertama kali saya melihatmu, saya sudah menyadari ada potensi besar untukmu menjadi model. Sebenarnya, saya bisa saja langsung merekrutmu. Tapi, saya rasa itu tidak adil, karena saya sudah memasang iklan ini di mana-mana. Jadi, saya berharap besar kepadamu untuk ikut audisi ini. Eoh, Lee Sun Hee? Bisa kamu ceritakan riwayat hidupmu?" ujar PD-nim panjang lebar dan diakhiri oleh satu pertanyaan yang jawabannya sangat panjang.

•°•°•°•

Malam ini, adalah malam terindah yang pernah Sunny rasakan sepanjang hidupnya. Malam di mana orang sepertinya yang tidak beruntung, tidak akan pernah merasakan hal indah ini.

Makan malam bersama delapan laki-laki di kantor Bighit, salah satu di antaranya adalah PD-nim. Tujuh orang selebihnya, adalah idolanya sendiri, member BTS.

Bagaimana Sunny tidak merasa bahwa malam ini adalah malam terindah yang pernah ia rasakan jika ia bisa makan satu meja dengan ultimate biasnya sendiri!

"Kau tidak makan Sunny?" tanya Hoseok di hadapannya yang merasa heran karena Sunny tidak ikut makan.

Sunny bukannya tidak mau makan, hanya saja makanan di hadapannya itu adalah daging sapi. Bagaimana bisa ia memakan makanan yang membuatnya alergi?

"Dia tidak suka daging," sahut Yoongi tiba-tiba berbicara.

Semua member BTS menatapnya heran. Yoongi yang biasanya diam dan tidak ingin mengeluarkan suaranya, ke mana?

"Ah. Maksudku, mungkin dia tidak suka daging. Kalau kau tidak suka, biar aku saja yang memakannya. Aku masih lapar," lanjut Yoongi. Semuanya kembali menatap Yoongi dengan biasa. Yoongi yang ketus ternyata sudah kembali lagi.

"Ah, maaf. Aku lupa kalau kau tidak suka daging," jelas PD-nim yang duduk tepat di sebelah Sunny. Sunny hanya bisa tersenyum canggung.

"Bagaimana kalau meminta tolong staff tadi untuk membelikan makanan lagi," usul Jin.

"Ah, tidak apa-apa. Aku bisa mencari makanan lain sebelum pulang," jawab Sunny.

Akhirnya, mereka makan dengan tenang. Sedangkan Sunny hanya menatap wajah tampan member BTS sepuas-puasnya. Ingin sekali ia berteriak seperti saat ia sedang berada di konser tour world BTS tahun lalu di Indonesia. Tapi ingat, ia harus menjaga imagenya.

Setelah selesai mereka makan, Sunny pun pamit untuk pulang.

"Maaf, sepertinya sudah malam. Saya harus pulang," pamit Sunny.

Tapi, tentu saja PD-nim tidak akan membiarkan Sunny untuk pulang sendirian di malam hari seperti ini.

"Biar saja, sopir di sini yang mengantarmu. Di mana rumahmu?" tanya PD-nim. Sunny bingung harus menjawab apa, secara ia sendiri tidak ingin merepotkan PD-nim.

"Aku tinggal di apartemen Gangnam. Tapi tidak perlu repot untuk mengantarku. Aku bisa naik taksi sendiri," tolak Sunny secara halus. Mau bagaimanapun Sunny tidak ingin di cap sebagai anak manja, dan ia sebenarnya bisa pulang dengan taksi.

"Biar aku yang mengantarnya."

Semua orang menoleh ke arahnya. Taehyung, yang dijuluki alien, ternyata dia memang seperti alien. Tiba-tiba berbicara tidak jelas.

"Aku juga ingin pergi ke Gangnam mall. Ada yang ingin kubeli untuk adikku," lanjut Taehyung memperjelas pernyataannya tadi.

"Ya sudah. Taehyung, aku titip Sunny padamu," ucap PD-nim kepada Taehyung.

Karena Taehyung juga ingin ke Gangnam, berarti itu sama sekali tidak merepotkannya. Akhirnya, Sunny menerima tumpangan dari Taehyung.

Mereka berdua, Sunny dan Taehyung pun turun ke lantai dasar dan menuju ke parkiran.

Saat Taehyung sampai di mobilnya, ia membalikkan badannya menghadap Sunny yang masih berjalan ke arahnya.

"Cepat naik!" titah Taehyung terdengar memaksa. Tiba-tiba saja, Sunny merasa takut kepada Taehyung. Taehyung yang ia kenal bukanlah lelaki pemarah seperti ini.

"I-iya."

Aneh sekali, batin Sunny.

Tbc...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience