BAB 1

Drama Completed 296

Sore itu, di atap gedung Sekolah menengah atas, dua orang remaja yang tak saling mengenal berdiri menatap satu sama lain.
“Ada urusan apa?” Tanya Samuel dengan nada dingin disertai wajah tanpa Ekspresi.
“Hai.. lama tak jumpa” Ujar seorang gadis berambut coklat bergelombang.
“Kau…”

Semua berawal beberapa bulan sebelumnya.
Samuel Ardhian, seorang remaja 17 tahun yang sama sekali tidak ramah, dingin, tak berteman dan lebih tepatnya tak berperasaan, ya.. secara harfiah.
Beberapa dari manusia telah mengalami evolusi skala kecil, tepatnya pada bagian otak mereka, Samuel adalah satu dari sekian manusia yang mengalami Evolusi.
Samuel memiliki gelombang otak misterius yang membuatnya mampu mendengar, membaca, dan memanipulasi fikiran orang lain. Kecerdasanya sangat tinggi, memiliki kemampuan untuk memprediksi masa depan berdasarkan pengamatan, membaca masa lalu dengan deduksi logika serta Eidetic Memory atau ingatan sempurnya yang membuatnya tak pernah lupa.

Dalam Evolusi, organ yang tak pernah digunakan akan mengalami penurunan fungsi atau mengalami degradasi, sementara organ yang terus digunakan akan terus berkembang. Seperti halnya Samuel , untuk semua kelebihanya ada sesuatu yang harus hilang sebagai bayaranya, Emosi atau perasaan. Baginya Perasaan akan menjadi beban, Untuk menyeimbangkan mental dari kemampuanya yang luar biasa, otaknya harus beradaptasi dengan menurunkan penggunaan emosi secara drastis. dapat dibilang Samuel adalah manusia tak berperasaan.
Semua orang selalu menatap aneh pada Samuel , tak satu pun dari siswa di kelasnya mau mendekatinya atau berteman denganya. Hal itu tak membuat Samuel merasa sedih ataupun kesepian, faktanya Samuel tak pernah merasakan apapun. Kerana ia tak memiliki perasaan, ia juga tak memiliki ambisi atau keinginan tertentu, kecuali satu, hidup yang tertata.

‘Hidup yang tertata’ jawaban dari pertanyaan yang selalu menggeliat di dalam kepala pemuda yang idealis ‘untuk apa kita hidup?’. Samuel menggunakan semua kemampuanya untuk mewujudkan apa yang selama ini ia yakini sebagai prinsip dan keyakinanya, yakni hidup yang tertata. Ia kerap mengendalikan fikiran orang orang di sekitarnya yang menurutnya beresiko menimbulkan masalah sosial, bila perlu Samuel akan menghapus ingatan mereka demi menghilangkan niat jahat mereka. Dapat dibilang Samuel adalah antisosial yang bermanfaat bagi Sosial.
Samuel mampu memasuki fikiran orang lain dan mengetahui apa yang mereka fikirkan, Samuel benar benar tahu bagaimana busuknya seseorang dan rencananya, dengan begitu Samuel dapat mengetahui apa yang harus ia lakukan untuk mengentikan rencana yang beresiko merusak system dan hubungan sosial di sekitarnya.
Sampai suatu saat ia bertemu seseorang.

“Woi.. apa apaan itu tadi?” sentak seorang siswa berbadan kurus namun tinggi yang memicu keributan di kantin sekolah.
“Maaf.. aku tak sengaja..” jawab siswa berbadan besar yang tidak sengaja menumpahkan minuman ke baju siswa berbadan tinggi tersebut.
“Mau mengajak berkelahi ya…?”
“Kan sudah ku bilang tak sengaja! Mau mu apa sih?!” kedua siswa tersebut saling mendorong satu sama lain, suasana kantin pun menjadi ricuh.
Melihat hal itu Samuel memusatkan perhatianya kepada kedua siswa yang berkelahi tersebut, dia bermaksud memasuki fikiran mereka dan mengendalikan fikiran mereka, sehingga konflik dapat dihindari. Baginya konflik seperti itu hanya akan mengganggu pemandanganya.
Namun belum sempat dia memasuki fikiran kedua siswa tersebut, tiba tiba sesuatu yang aneh terjadi.
“ah.. maaf kalau begitu..”
“tak apa kawan, santai saja..” kedua siswa yang berseteru dengan amarah yang meluap tiba tiba saja tenang dan berbaikan.
Hal itu sontak membuat Samuel terkejut, matanya bergerak cepat menjelajahi setiap sudut kantin, berusaha mencari siapa yang melakukan hal tersebut, kerana ia yakin bahwa seseorang telah mengendalikan mereka berdua sebelum Samuel sempat mengendalikanya.

Samuel memasuki satu persatu fikiran siswa yang ada di lokasi, namun ia tak menemukan keanehan apapun, sampai perhatianya tertuju pada gadis berambut coklat pendek dan bergelombang yang berwajah ceria dan duduk ramah bersama temanya di bangku paling pojok. Ia satu satunya siswa yang fikiranya tak dapat dibaca oleh Samuel .
Sambil menatap gadis itu Samuel masih terheran “jika benar gadis itu sama denganku, kenapa dia begitu ceria dan ekspresif?” gumamnya keheranan.
Selang beberapa detik, Gadis itu balik menatap Samuel , dengan cepat Samuel mengalihkan pandanganya guna menghindari kecurigaan.

Sejak hari itu, terkadang Samuel mengamati gadis tersebut. Tanpa disedar i gadis yang ‘tak terbaca’ itu telah menjadi objek observasi Samuel .Terkadang gadis itu memunculkan ekspresi sedih, senang, tertekan, marah tanpa alasan yang jelas, tapi siapapun yang ada di sekitarnya selalu tampak gembira.

Suatu sore sepulang sekolah, seperti biasa Samuel berjalan pulang sendirian, membuka payung hitam yang dibawanya sejak pagi, hujan pun mulai lebat. Tiba tiba saja terdengar sebuah tembakan senjata api, peluru tepat mengenai tiang besi di sebelah Samuel .
Saat Samuel menoleh ke belakang, ia melihat dua orang berpakaian serba hitam dan berkaca mata hitam membawa senjata api sedang mengejarnya. Walau tak memiliki rasa takut ataupun keberanian, logikanya mengatakan kemungkinan dua orang tersebut berniat membunuhnya sangatlah tinggi, demi keselamatanya ia harus lari.
“Aneh sekali, aku sama sekali tak menyadari keberadaan mereka, aku tak mendengar fikiran mereka, siapa mereka sebenarnya.?” Gumamnya sambil berlari di tengah hujan dan awan hitam yang menyelimuti kota.
‘dorr..’ satu tembakan menyerempet lengan kanan Samuel .
“Hei kesini..!!” panggil seorang gadis yang muncul dari balik gang di dekat Samuel .
“kau..?”
“Cepat lah jangan banyak tanya..!” gadis itu menyeret Samuel dan membawanya bersembunyi di sebuah gedung tua.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience