BAB 3

Drama Completed 296

Sesaat setelah mobil berjalan. “ini salah satu hal yang tidak kusukai, Linker muda tak berpengalaman.” ujar seorang yang sebelumnya tak kelihatan kerana duduk di bangku belakang. Baik Samuel , Pengemudi, maupun lelaki yang barusan bicara, mereka tak memperlihatkan ekspresi apapun di wajah mereka.
“Linker?” sahut Mia.
“Kita adalah Linker, manusia yang mengalami evolusi otak. Selama ini, hidup orang seperti kita hanya berakhir di dua tempat, di laboratorium ilegal atau pusat penelitian militer milik pemerintah. Orang orang yang mengejar kalian adalah agen rahasia militer.”
“Kenapa mereka memburu kami?”
“Tak dapat kah kau mendeduksi alasan tersebut? kau Linker muda yang lelet.” ujar si pengemudi pada Samuel , namun begitu Mia tak merasakan ketegangan apapun antara mereka. “Pemerintah telah lama memburu orang orang seperti kita, yang mereka butuhkan adalah otak kita, berdasarkan penyelidikan yang ku lakukan, mereka ingin membangun senjata dari otak otak kita, senjata yang memancarkan sinyal yang mampu mengendalikan fikiran masyarakat. Beberapa dari kita juga dimanfaatkan untuk keperluan militer.”
“Apakah banyak yang seperti kita?” Samuel bertanya.
“Banyak? tentu saja, kami berusaha membaur dengan masyarakat, memalsukan emosi agar terlihat normal, dan tak meninggalkan jejak telepati atau hipnotis apapun pada orang lain, kerana itu dapat membuat kita dilacak. Tapi Linker muda sepertimu yang berlagak seolah kau jagoan telah mengacaukan rencana, membuat kalian diburu. Dan dengar, kami bukan superhero berkepala plontos tua atau bercakar besi yang datang menyelamatkan remaja labil seperti kalian, asal kau tahu, semakin banyak Linker yang tertangkap, pemerintah semakin mudah mendeteksi Linker lain di luar sana, itulah jika kau tertangkap, kau membahayakan Linker lain.”
“Maafkan kami..” sahut Mia. Samuel menoleh kearah Mia.
“Maaf? Meminta maaf untuk masalah ini sungguh konyol, tak rasional dan tak ada gunanya.” jawab pengemudi dengan dingin.
“Apa susahnya bilang, ya tidak apa apa, kau buang buang napas untuk mengatakan sesuatu yang tidak perlu.” balas Samuel pada sang pengemudi.
“Oh.. kau membela gadis ini? Apa kau punya rasa simpati? Jangan konyol.”
“Eh.. sudah sudah..” Mia nyengir berusaha agar tak terjadi konflik kerana perkataanya.
“Oh iya, dan kau nona, kau merupakan masalah baru bagi kami. Kau spesies langka, kau berevolusi seperti kami, tapi dalam hal berbeda. Agen pemerintah memasang alat mengacau gelombang otak Linker di lehernya, jadi kami tak dapat mendeteksi atau mengendalikan fikiranya. Tapi kau dapat , kau memiliki frekuensi yang berbeda, dan kerana kau berusaha menolong pemuda ceroboh dan bodoh ini, mereka jadi mengetahui keberadaanmu, kini kau juga dalam bahaya.”
“Kumohon hentikan kalimat kasar anda!” Mia menyentak, seketika Samuel dan linker lain di dalam mobil merasakan perasaan marah sesaat. Hal itu membuat semuanya sedikit terkejut.
“Wah wah, ternyata ini lebih menarik dari yang kubayangkan, nona, gelombang otak kita mungkin dapat saling memperngaruhi satu sama lain.”

“Lalu apa rencanamu pak tua? apa kita akan terus lari dan bersembunyi ataukah kita..” sahut Samuel .
“Menyerang..!” sahut pengemudi tersebut. “Besok, kita akan melakukan penyerangan terhadap markas rahasia mereka, kami telah menyusun rencana sematang mungkin. Dan kalian berdua akan menjadi bagian dari rencana ini. Malam ini kalian tidak akan pulang.” jawab sang pengemudi. “Tenang saja, kalian pasti dapat memanipulasi fikiran orangtua kalian.”
“Ngomong ngomong siapa nama anda?” Tanya Mia.
“Itu sia sia, jangan menanyakan hal yang sebentar lagi tidak akan kau ingat sama sekali..”
“Lagi lagi kalimat tidak efisien.” sahut Samuel .

Mereka sampai di sebuah tempat rahasia yang bahkan rute jalanya tak pernah dilalui oleh Mia dan Samuel .
Mia dan Samuel menginap di gudang besar rahasia yang di dalamnya terdapat belasan Linker dari berbagai kalangan dan usia, mereka beraut wajah sama, dingin dan suram seperti robot.

Para Linker berencana untuk menyerang tanpa ketahuan sedikitpun, pertama seorang akan masuk ke markas rahasia dengan menyamar, mengendalikan fikiran petugas cctv dan meretas rekaman data, para linker juga telah memanipulasi banyak hacker sehingga peretasan dapat dilakukan oleh para ahli yang fikiranya juga sedang dikendalikan, setelah meretas keamanan, mereka akan menghapus data data tentang Linker sampai habis, mereka akan membebaskan Linker yang ditahan, dan tahap akhir, mereka akan membersihkan ingatan para petugas disana secara total dan menggantikanya dengan ingatan palsu untuk menghilangkan jejak.
“Hei… apa kau tak pernah merasakan apapun?” Tanya Mia yang tiduran diatas tumpukan kardus di sebelah Samuel .
“Kenapa kau menanyakan sesuatu yang kau tahu jawabanya?”
“Kau tahu, aku tidak begitu pandai biologi, tapi kurasa tak sepenuhnya emosi kalian hilang, hanya saja mengalami penurunan fungsi.” Samuel menoleh ke arah Mia. “Dulu waktu mereka memburu kakakku, aku tahu kakakku sama dinginya denganmu, tapi sesaat sebelum kami berpisah, dia memelukku dengan erat, dan setelah itu, aku tak pernah melihatnya lagi. Aku tahu kakakku menyayangiku.”
Samuel sedikit bingung, detak jantungnya mulai tak beraturan, “Ah.. ini kah yang namanya sedih?” Samuel membuka mata lebar lebar merasakan detak jantungnya sendiri. “Kurasa emosimu barusan mempengaruhi gelombang otakku.”
“Jadi aku dapat membuatmu merasakan apa yang kurasakan?”
“Secara teknis iya, jika kita menyesuaikan frekuensi otak kita, kita dapat saling mempengaruhi seperti yang dikatakan si Hendra itu..” jawab Samuel .
“Hendra? maksudmu pengemudi tadi? Bagaimana kau tahu namanya?”
“Kau memang bodoh ya? Tentu saja aku masuk ke fikiranya, sebelum dia merubah frekuensi otaknya dan memblokir fikiranku dari memasuki fikiranya. Dan juga, apa kau selalu mengambil keputusan berdasarkan perasaan? Selalu merasakan segala hal di sekitarmu? Jujur saja aku tak dapat membaca fikiranmu kerana kau jarang berfikir secara rasional dan jika kau berfikir pasti ada bias emosi di dalamnya, sehingga tak mampu ku baca.”
“Iya, kau benar sekali.”
“Dan kau tak dapat mengenali emosimu sendiri kerana emosimu selalu terbias dengan emosi orang orang di sekitarmu?”
“Bagaimana kau tahu?”
“Aku hanya memperkirakan, kau harus tahu bahwa itu akan menghancurkanmu, kau selalu peduli dengan perasaan orang lain dan mengutamakan mereka, tapi kau tak sedar dengan perasaanmu sendiri, dan jika kau tak menggunakan rasionalitasmu dalam mengambil keputusan mungkin kau akan menguntungkan orang lain, tapi merugikan dirimu sendiri.”
Mereka berdua terdiam sejenak.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience