Diamnya Ayah Ellin

Romance Series 1004

Nindi menjambak rambutnya sendiri, otaknya seperti benang kusut sekarang, mengapa suami kakaknya ini tak berani bertindak tegas dan masih mementingkan pandangan masyarakat padanya yang seorang ustadz, kalau hal itu terjadi pada anak nindi dia akan menyeret mayat lelaki b*j**gan itu ke kantor polisi

"Benar kata mas kamu nin, lagian Darmo mandul Ellin tak kan kenapa Napa" jawab ibu Ellin, otak nindi tambah mendidih mendengar jawaban dari suami istri ini

"Itu anak kalian, masa bodoh kak dengan pendapat orang mati konyol lah kak kalau begini, atau mentang mentang karena Ellin bodoh kalian diam? Iya coba kalau hal ini terjadi pada anak emas kakak aufa pasti kakak sama mas Rinto bakalan tuntasin kasus ini kan" nindi ngap ngapan dari tadi, dia yang paling berang disini, dikhianati suaminya terang terangan di depan matanya dan bodohnya orang tua Ellin tak bertindak, dan benar suami istri itu tak mampu berkutik

"Semua udah terjadi dan takkan bisa kembali normal, sebaiknya kita lanjut tidur toh Ellin Baik baik saja" jawab Rinto, ingin rasanya sekarang nindi menghujam kepala lelaki yang sudah bergelar ayah itu dengan batu besar biar encer sedikit otaknya

****

Rinto becucuran air mata di dalam kamarnya, dia memeluk dirinya sendiri, ayah mana yang tak hancur dan sakit hati nya melihat dan tertangkap basah suami iparnya memperkosa anaknya sendiri, namun Ego Rinto masih tinggi dia takut job nya nanti berkurang dan masyarakat tak percaya lagi padanya anaknya masih banyak yang butuh nafkah darinya.

Begitu juga dengan Anna hatinya seperti diperas dan diremas, batu besar kini menghujam otaknya, yang salah jelas Darmo tapi mereka yang megundang Darmo untuk masuk kedalam keluarga besarnya, ya Anna lah yang menjodohkan Darmo dengan nindi yang waktu itu sedang hamil besar tanpa tanggung jawab dan di tinggal pergi oleh pacarnya.

"Kita harus apa mas?" Tanya Anna pada suaminya

"Kita harus lapor polisi mas" sambung Anna lagi

"Ngak guna nangis mas, ngak bakalan nyelesaikan masalah, Ellin udah kotor mas siapa yang bakalan mau sama dia lagi mas udah bodoh dan udah rusak pula mas" ujar Anna menangis

"Mas akan pikirkan jalan keluarnya ya, kamu tenang aja dek" jawab rinto dengan mata Sabak

Mereka berdua pun larut dengan pikiran masing masing hati nya benar benar hancur sekarang bukan masalah anaknya memiliki keterbatasan tapi ada hal yang lebih besar yang menjadi pertimbangannya.

***

Paginya Nindi pulang ke rumah tua mertuanya, rumah itu telat berada di samping rumah yang dihuni mertuanya. Sementara rumah yang nindi tempati saat ini merupakan rumah yang sudah ditinggalkan oleh mertuanya karena sudah membangun rumah baru.

Niat nindi ingin membereskan semua barang barangnya malam ini, dia bingung harus berlindung kemana dan membawa anak yang masih gadis kecil. Nindi sangat stress karena uang nya juga sedang menipis sekarang

"Ya Allah tunjukkan lah hamba jalannya" dari tadi air matanya menetes terus

"Zahra tidur ya nak, semalam Zahra ngak nyenyak tidurnya" ucapnya lembut pada anak nya

"Ibu jangan sedih ya, ayah ngak usah di pikirkan lagi Bu, kita hapus saja dari pikiran kita Bu, Zahra benci sama ayah Bu"

Zahra tak tahu menahu kalau Darmo bukan lah ayah kandungnya, dia menyembunyikan hal itu dan masih merahasiakan yang Zahra tahu Darmo lah ayah nya padahal Darmo menderita penyakit sp**ma encer yang membuat dia tak bisa mendapatkan anak

"Ibu ngak bakalan nangis kalau anak ibu nurut sama omongan ibu, tidur ya nak ya" Zahra menurut

gadis yang berusia 11 tahun itu sudah mengerti sedikit akan peliknya situasi ibunya sekarang, nindi meraih hpnya satu satunya harapan dia yaitu minta bantuan pada kakak nomor tiganya yang seorang koki di kapal tengker, walaupun di kapal tengker gajinya hanya sebesar 10 jutaan kalau di rupiahkan

"Assalamualaikum bang" salam nindi, dia berusaha menahan agar suaranya tak bergetar

"Waalaikum salam" jawab abangnya
"Abang sudah dapat kabar dari bang Rahman dan juga kak Rosma, kamu harus pindah dari rumah itu ya, Abang akan kirim uang ke rekening Anna ya, jangan nangis lagi, minta bantuan Randi anak ku untuk memindahkan barang ya" jawab Dedi kakak nomor tiga nindi

"Ya Allah bang, nindi pusing setengah mati sekarang bang, duit ngak ada sebenarnya nindi malu untuk minta sama Abang tapi gimana lagi bang" benar nindi tak pernah menampung tangan sekalipun pada kakaknya itu

"Tak usah sedih jangan nangis lagi, gunanya saudara ya begitu nin, jangan malu kalau ada kurang minta aja sama Abang ya, bagi Abang kamu jangan tinggal lagi disana kemas barang barang kamu sekarang ya, ya udah jangan lama lama nelfon nya nanti kalau udah aman ngobrol lama ngak papa kamu harus gerak cepat kalau ngak entar diserang pula oleh keluarga Darmo itu" tet, memang Abang nindi yang satu ini tak suka basa basi dia fokus pada hal yang dihadapi. Nindi kembali menelfon Randi anak pertama Dedi abangnya

"Assalamualaikum nak"

"Waalaikum salam Tante ada apa? Kenapa ribut ribut itu?"

"Itu nak si Darmo itu dia manjat Ellin nak di depan mata Tante"

"Tante yang benar aja lah masa iya, kalau bohong jatuh nya fitnah tante" ucap Randi tak percaya

"Mata kepala Tante sendiri saksinya nak, sekarang Tante diserang sama keluarga Darmo, Tante ngak takut lawan mereka nak tapi Tante takut kalau Zahra yang jadi imbasnya nak, jemput Tante kesini nak" jarak rumah nindi dan Abang Dedi itu sekitar 40 menit kalau berkendara ngebut

"Laporin lah Tante, ada video nya ngak?"

"Ngak perlu video video nak, ngak orang lain yang menangkap basah nak tapi Tante sendiri nak, tolong sekarang jemput Tante dan Zahra ya nak" pinta nindi

"Aduhhh aku kan sekarang lagi di kampung istriku Tan, Abang istri ku mau nikah tiga hari lagi, tadi aku udah pulang tapi di cegah oleh Mardi padahal udah nyampe batas katanya dia bisa menyelesaikan masalah itu dan biar aku di kampung Mona sampai pesta pernikahan abangnya Mona selesai tan" randi dan istrinya beda kabupaten berjarak sekitar 5 jam perjalanan menggunakan motor

"saat ini Afri kecelakaan juga tadi pagi Tan, sekarang sedang di ronsen di rumah sakit Afri Tan" jelas randi

"Ya Allah astaghfirullah, mengapa bertubi tubi cobaan nak" jawab nindi

"Ya udah biar aku telfon siapa yang bisa jemput Tante di sana ya, yang penting jangan ngamuk dan menggila disitu ya, kontrol emosi, dengar ngak" ucap Randi, nindi memang terkenal emosional dan tak takut dengan akibat yang terjadi dia memang agak tomboy dari kecil

"Iya iya nak, akan Tante usahakan"

"Ya udah Tante aku cari bantuan dulu ya, assalamualaikum" Randi mematikan telfonnya

Randi adalah ponakannya yang paling peduli padanya selama ini, dan nindi juga punya dosa khusunya pada istrinya Randi Mona namanya.

Dan saat ini sebenarnya hubungan antara meraka saat ini sedang perang diam dingin, nindi sengaja mengadu domba antara Mona dan mertuanya Dedi dengan mengarang cerita, saat ini memang Mona tinggal dengan mertuanya karena ibu mertuanya meninggal sebelumnya mereka tinggal mengontrak namun atas permintaan Dedi mertuanya secara pribadi dengannya dengan mengatakan kalau ayah mertuanya keberatan karena uang dapur kebanyakan dari Dedi abangnya nindi namun diluar dugaan nindi ternyata Mona lebih berani dan lebih gila dari pada dia, dan langsung mengkonfirmasi sendiri berita itu pada Dedi dan terjadi lah perang antara mereka waktu itu.
Nindi tersentak ini mungkin salah satu karma dari perbuatannya yang suka membawa kayu bakar menyebar fitnah dan suka mengadu domba.

Nindi memang terkenal memilki sikap seperti itu dalam dia beradik kakak dan belum terubah sampai saat sekarang ini.

Sambil menunggu bantuan datang nindi memasukkan dahulu baju bajunya ke dalam koper dan tas besar, semua barang barang dia bungkus dengan plastik besar, sejam sudah Randi belum menelfon balik, apakah Randi mau balas dendam dengan sakit istrinya dahulu? Nindi ngak tahu harus melangkah kemana sekarang kalau untuk badannya sebatang yang dibawa dia takkan ragu melangkah tapi yang dia khawatirkan Zahra anak semata wayangnya itu.
***

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience