Nindi sedang berlibur dirumah kakak nya yang bernama Anna, kakak nya itu memiliki enam orang anak tiga pasang, anak keduanya memiliki keterbatasan kecerdasan dia masih bersikap seperti anak anak padahal usianya sudah dua puluh satu tahun.
Namanya Ellin, elin memiliki bentuk badan yang montok, membuat siapapun pria melihatnya akan menelan air ludahnya sendiri, sayangnya karena keterbatasan yang dideritanya membuat nya tak paham dengan hal hal yang akan membuat seseorang terpesona dan berniat jahat padanya.
Rumah kakak nya nindi itu sangat kecil dan merupakan rumah kayu panggung hanya ada dua kamar tidur itupun ukurannya sangat sempit. Nindi dan suaminya serta anaknya Zahya tidur di ruang tamu beserta dengan Ellin juga.
Posisi tidur yang mampuni untuk Darno melakukan aksi bejadnya, anak perempuan nindi tidur di apit oleh suami dan anaknya zahya sedangkan Ellin tidur di dinding bersampingan dengan Darno. Malam itu hujan turun dengan sangat derasnya mendukung Darno melakukan aksinya
"Ada apa elin, kok gelisah gitu nak?" Ucap nindi pada ponakannya yang dari tadi tidur seperti tak tenang begitu, namun Ellin tak menjawab, nindi beranggapan kalau Ellin pasti di gigit nyamuk hingga gelisah seperti itu, dan nindi kembali tidur, namun sepuluh menit kemudian Ellin tampak resah lagi
"Ellin kamu kenapa nak? Dingin ya? Atau di gigit nyamuk?" Ellin Masih tak menjawab
sementara Darno tampak tidur nyenyak, nindi tertidur kembali, hujan sangat deras diluar sana membuat nindi tambah menarik selimutnya keatas, rasanya rumah bergerak, dan nindi bangun, matanya tak menyangka melihat adegan di sampingnya. Darno sedang menggagahi Ellin, mulut elin ditutup oleh tangannya, nindi langsung terbangun
"Astaghfirullah hal'azim, Kamu ngapain mas, apa yang kamu lakukan mas" teriak nindi
Darmo gelagapan langsung menciut dan salah tingkah
"Jawab ngapain kamu mas" suara teriakan nindi bahkan mungkin bisa membangun kan orang kampung saat itu, seketika kakak nindi bangun dan keluar dari kamarnya
"Kamu udah gila mas" teriak nindi
"Ellin kamu di apain om nak?" Nindi duduk melihat kondisi ponakannya itu
"Om tangannya nakal Tante, dia pegang pedang dada Ellin, miau elin dimasukin sakit banget Tante perih" saat ini baju Ellin sudah terbuka dinaikkan keatas dan di bawah sudah tak pakai apa apa lagi, dilihat tak ada noda darah di sana, nindi yang sedang emosi bercampur kecewa heran dengan hal itu
"Darmooo sial" bruk satu tumbukan mendarat di pipi Darmo itu hadiah dari Abang Ellin namanya subhan, tak puas sampai disitu dia terus mengajarkan Darmo beruntun
"Sudah nak, sudah" mendengar teriakan ibunya Subhan menghentikan wajahnya merah membara, Plak satu tamparan dari Anna
"Mati kau Darmo" ayah elin Rinto mengambil larang kebelakang sontak Darmo ingin berlari, nindi yang dari tadi mematung mencegal tangan suaminya itu,
"Mati aja mas aku ngak mau punya suami yang kelakuannya laknat begini"
"Lepas nindi, aku belum pengen mati" Darmo berusaha melepas cengkraman tangan nindi yang kuat bahkan kuku kuku nindi tertancap dikulitnya, sementara itu Subhan dan Rahmad adiknya Ellin menghalangi ayahnya agar tak membacok Darmo
"Bunuh saja laki laki yang tak punya otak itu, mati aja kamu mas, tega kamu sama aku mas, itu anak aku mas dimana otak mu mas" nindi masih kejang kejang menangis dia sungguh tak menyangka suami yang begitu penurut itu berlaku seperti binatang seperti itu
"Maafkan aku kak" ucap nindi pada Anna, Anna memeluk adik bungsunya itu
Anna dan nindi menangis berpelukan jangan tanya bagaimana kondisi hati nindi sekarang, sangat hancur lebur, mereka menghampiri Ellin yang sedang duduk sambil main game di hp abangnya
"Nak, bilang sama Tante tadi om Darmo ngapain" Ellin diam dia malah asik bermain
"Tante ini jawabnya apa" tanya Ellin
Ellin hanya tamatan SD itu pun naik kelasnya selalu dibantu oleh guru, hingga Anna dan suaminya Rinto meyerahkan, Ellin masih terperangkap di usia anak anaknya sekarang makanya dia sering kena tipu apalagi soal uang, dia sedang main game kuis Milioner di hpnya
"Ini jawabannya" nindi menunjukkan jawabannya, dia harus bersabar mengorek informasi dari Ellin karena kalau elin dipaksa dia akan menangis dan ketakutan jadi butuh kesabaran ekstra
"Yeee tente hebat ya" dia berdiri lalu bertepuk tangan, kemudian duduk kembali lanjut ke game nya
"Nak om Darmo kapan melakukan yang kayak tadi ke Ellin"
"Yang miau elin di colok itu ya Tante?" Jawab Ellin polos
"Astaghfirullah hal'azim " nindi mengelus dadanya "apa aja yang om Darmo pegang dari tubuh Ellin nak"
"Banyak Tante, tadi om jilat miau elin abis itu n**en dengan elin, katanya om akan belikan Ellin paket internet kalau elin mau "
"Terus Ellin mau" dia mengangguk, Elin tak bisa disalahkan darmo yang memang seperti binatang itu harus mendapat ganjarannya.
"Terus kenapa elin ngak teriak nak" jawab nindi geregetan
"Kata om ngak boleh teriak nanti ganggu Tante tidur, makanya elin diam aja"
"Sejak kapan elin di gituin sama om?" Jujur sekarang hari nindi sangat panas terbakar tapi dia harus mengorek informasi
"Sering setiap Tante dan om kesini" nindi menatap lemas pada kakaknya
Nindi meraung kembali
"Tante kenapa nangis Sih?, berisik tau, ihhh elin pengen pipis aja dari tadi misi Tante elin mau lewat" elin pergi ke kamar mandi, nindi menatap punggung elin dan kembali meneteskan air mata
"An**Ng binatang kamu mas, otak kamu dimana ha???" Ucap nindi berapi api
"Aku ngak melakukan apa apa, namanya juga tidur mana aku sadar nin, aku kira itu kamu tadi" elaknya
"Ngak usah ngeles lagi mas, kamu gila ngak ada otak dasar an**Ng kamu mas, pergi kamu dari sini mas, aku tak Sudi lagi jadi istrimu mulai malam ini ceraikan aku mas" Darmo terdiam
"Ya sudah mana kunci motor " jawabnya dengan nada Santai seperti tak bersalah
"Mulai sekarang motor itu milik ku, kamu pergi pulang jalan kaki terserah, pergi dari sini aku muak lihat wajah kamu" usir nindi
Semua anggota keluarga memegang kepalanya masing masing, sementara Ellin sibuk mondar mandir kamar mandi katanya kebelet pipis terus
"Apa yang harus kita lakukan kak, kita lapor dia kepolisi kak" usul nindi
"Jangan nindi bakalan buat aib keluarga, mas seorang ustadz disini apa pandangan orang kampung entar" cegah Rinto ayah elin
"Tapi mas ini namanya pelecehan mas, mereka bukan berzina tapi Ellin di perkosa mas, kalau mas ngak mau buat nindi yang laporin laki laki an**Ng itu mas" ucap nindi sangat marah
"Biar kita selesaikan secara kekeluargaan " jawab Rinto lagi
Share this novel