Diusir dari rumah mertua

Romance Series 1004

Sekitar jam sebelas siang Darmo pulang ke rumah nya bertemu dengan nindi yang lagi beberes, keadaan rumah kini hampir kosong karena barang sudah ditumpuk oleh nindi jadi satu, Darmo masuk tanpa salam dia langsung menatap pada barang barang yang sudah menumpuk itu

"Mau kemana?" Tanya nya pada nindi

"Aku mau pergi mas, kita sudah ngak ada hubungan apa apa lagi" jawab nindi mencoba mengontrol emosi nya,

kalau dituruti nafsunya ingin rasanya sekarang dia membac*k pria yang sudah membersamainya selama sepuluh tahun lebih ini

"Maafkan mas nin, maaf akui mas salah kamu jangan pergi ya, mas sayang sama Zahra anak kita" ucapnya memohon

"Justru karena aku sayang dan mas juga sayang sama Zahra makanya aku jauhi dia dari kamu mas, bisa bisa nanti anakku jadi korban nafsu bejad mu itu mas" nindi mulai hilang lepas kontrol

"Ngak mungkin aku berbuat begitu pada Zahra nin dia itu anak aku"

"Stop mas, jangan bicara lagi Zahra anak ku bukan anak kamu"

"Aku yang berjaga setiap malam waktu dia kecil nin, kamu malah asik tidur pulas, aku yang ganti popoknya dahulu bahkan sampai sekarang kalau Zahra takut ke kamar mandi lam aku yang nemanin bukan kamu, walaupun dia bukan darah daging aku tapi aku sudah menganggap dia anak aku nin"

"Makanya karena Zahra sering minta kawani sama kamu mas aku takut entar setan iblis mu itu masuk dan malah merusak anak ku"

"Ya Allah nindi ngak sampai hati aku nin, aku gituin anak ku sendiri " ungkapnya

"Tak perlu bawa nama Allah mas, mulut mas terlalu kotor untuk hal itu, untuk sekarang nindi minta maaf sama mas nindi banyak salah, sering melawan sama mas dahulu, sering bentak mas, dan sering menekan mas agar rajin ibadah, maaf kan nindi mas, nindi ngak mau membawa dosa itu mas, mulai sekarang lepaskan nindi mas" nindi agak melemahkan nada bicaranya agar Darmo luluh

"Kasih mas kesempatan kedua nin, jangan terburu buru nin, ini bukan murni kesalahan mas aja nin, Ellin diam mas gituin makanya mas kira dia suka"

"Ngak usah sebut itu lagi mas" suara nindi sudah naik lima oktaf

"kalau otak mu ada dan berfungsi mas kamu ngak bakalan keterusan begitu mas, kalau sekali namanya tak sengaja mas tapi kalau berulang kalau namanya ketagihan, mengerti ngak" teriak nindi lagi

Darmo terdiam dia menatap kosong sambil duduk di kursi rotan tua didalam rumahnya itu, nindi masih sibuk beberes satu buah sendok patah pun tak dia tinggalkan , Darmo hanya diam melihat dan berniat membantu atau melarang pun tiada.

Nindi melangkah keluar rumah dia hendak ke rumah mertuanya bagaimana pun dia emosi dia masih punya pikiran yang waras tak mungkin dia pergi tanpa pamitan dengan Mak nya darmo dia bangunkan Zahra lalu pergi ke rumah mertuan yang akan menjadi mantan mertua

"Assalamualaikum Mak" nindi dan anaknya Zahra masuk ke dalam rumah, semuanya sedang berkumpul sekarang, sorot mata tajam dan mengejek kini mengarah padanya

"Waalaikum salam" jawab semuanya dengan nada ketus dan Darmo pun juga memasuki rumah orang tuanya tanpa salam dan duduk di sudut ruangan

"Dasar kamu ya nindi ngak bisa menjaga aib suami sendiri" ucap ayu kakak tertua darmo dan nindi tak mengacuhkan dia fokus pada wanita baya yang duduk di sofa wanita tua itu enggan menatap nindi

"Mak nindi mau pamit, nindi mau ngontrak sama Zahra, sampai disini jodoh nindi dengan mas Darmo Mak" ucap nindi melembut, sementara mulut ayu tampak miring melihat ke arah adik iparnya itu Zahra memegang erat tangan ibunya, jelas anak kecil itu takut dengan situasi seperti ini

"Mau kemana?" Tanya Mak singkat

"Nindi mau pindah Mak, maaf kan nindi Mak kalau nindi ada salah, bukan ada salah lagi Mak jelas nindi banyak sekali salah sama Mak mulai dari kata kata nindi sikap nindi dan semuanya Mak, tolong maaf kan Mak" ucap nindi dengan sepenuh hati pada mertuanya itu

"Emang apa masalah kalian? Bukan kah itu sudah bumbu dalam rumah tangga, biasa hal seperti itu nin, kenapa kamu begis sekali?" Jawab ibu Darmo tapi dia enggan menatap nindi walaupun sedetik

"Dengar ya Mak, kalau dia" nindi menunjuk Darmo yang sedang duduk disudut ruangan "kalau dia begitu dengan wanita lain, aku" dia menunjuk dadanya sendiri
"mungkin, mungkin aku bisa memaafkan dan menerima, tapi ini dengan keponakanku anak ku sama juga dengan anak dia Bu, dimana otak nya Bu"

"Tetap saja kamu ngak bisa jaga aib suami, malah teriak teriak pula seperti orang gila lebay sekali kamu ya" ucap ayu berapi api pada nindi

"Coba mbak yang ada di posisi saya gimana mbak, bahkan mungkin mbak lebih gila dari aku" ucap nindi tak kalah emosi

"Terbongkar ya tabiat kamu selama ini rupanya kamu pandai melawan juga ya"

"Siapa yang akan diam kalau dikata katain begitu ha, hanya karena dia adik kamu terus kamu bela tanpa memandang salahnya, semoga nasib kamu berakhir juga seperti aku" balas nindi tak mau kalah

"Mau aku sobek mulut kamu itu ha" ayu hendak mendekat dan nindi tak ada beranjak menjauh atau lari sedikitpun dan ayu dengan sendirinya mundur saja

"Kamu belum tahu gila aku seperti apa ya, ayo sini kalau berani kamu nantangin aku kan" tantang nindi balik, ayu tahu kalau nindi adalah preman pada masanya

"Aku ngak ada berbuat begitu Mak, dia memfitnah aku, mana ada orang yang sadar kalau sedang tidur" Darmo pandai berikilah

"Mas lihat wajah udah bonyok begitu masih juga ngeles ya" nindi hanya menggelengkan "sekarang aku tahu siapa kamu mas"

"Aku tahu Mak kenapa aku difitnah seperti ini karena Sekarang kondisi keuangan ku lagi di bawah Mak, coba aja banyak duit mak dia bakalan senyum terus pada ku setiap hari giliran ngak ada dia akan marah marah dan menyuruh aku kerja sampai dapat uang dan ngak diberi makan Mak" pandai sungguh pandai Darmo melindunginya diri nya dengan kebohongan

"Pintar kamu berbohong ya mas, aku ngak mau banyak bicara lagi, mata kepala ku sendiri menyaksikan kamu berbuat tak senonoh mentang mentang keponakanku itu bodoh jadi kamu bisa ngibul begini kan? Kalau khilaf hanya sekali mas ini bukan berkali kali seperti kamu nagih"

"Makanya badan itu gemukin dikit ini ngak badan kayak kutilang dara kurus tinggi dada rata laki laki mana yang nafsu sama kamu, bukan tinggi pula kamu ya tapi pendek kempes begitu" ayu kembali menyolot

"Diam kamu mbak ini masalah rumah tangga ku jangan ikut campur, sekarang mas ceraikan aku, lepaskan aku, aku ngak mau lagi berbaur dengan orang sepertimu" tegas nindi pada darmo

"Sudah sudah jangan bertengkar lagi" ucap ibu Darmo dengan nada menangis meraung walaupun tak ada air mata yang keluar

"Kamu nindi, bawa semua nya, hasil kebun yang belum di panen bawa, rumah kalian yang di gunung itu bawa tinggal kan saja kebun ku jangan kamu bawa"

nindi memang sudah membangun rumah dengan Darmo di punggung salah satu gunung api di Indonesia namun sekarang keadaan gunung yang tak berhenti erupsi membuat Darmo dan nindi harus meninggalkan rumah kecil itu karena himbauan pemerintah mereka juga berkebun disana ada lobak, sayur sawi, cabe dan lain lainnya

"Oke Baik kalau begitu Mak" nindi mengambil tangan mertuanya itu dan lalu menciumnya "nindi pamit Mak, assalamualaikum, ayo Zahra salam sama nenek" suruh nindi pada anaknya dan Zahra menuruti

"Zahra pamit ya nek" untung saja nenek masih membelai rambut cucu sambung nya itu

"Sekarang kemasi barang barang kamu dari rumah kami, jangan injak kan kaki kesini lagi" ucap Darmo

"Oke itu yang aku inginkan" nindi beranjak menuju rumah nya

Memang itu merupakan rumah tua keluarga Darmo yang mereka huni letaknya berdampingan dengan rumah baru nan megah itu. Gegas nindi membereskan sisa barangnya, di bantu oleh anak gadisnya yang berusia sebelas tahun.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience