Prolog

Horror & Thriller Completed 9007

LUPUS
JJS - JALAN-JALAN SERAM

SAAT PALING BAHAGIA...

BUAT Lupus atau buat anak sedunia, mungkin masa ia mungil adalah masa yang paling bahagia di mana setiap hari kita bisa menemukan hal-hal yang baru, hal-hal sangat mengasyikkan. Masa di mana setiap hari kita pun bisa mencetak prestasi baru. Masa yang penuh kekonyolan, karena kita masih belum begitu paham, apa yang seharusnya tidak boleh kita lakukan, dan apa yang boleh. Dan masa yang sangat menyenangkan seperti ini, tentu tak akan pernah datang dua kali. Hingga menjadi kenangan akan tetap kita ingat sepanjang hidup kita

Masa kecil bagi Lupus pun punya arti Karena Papi tercinta masih ada, dan Mami masih terus sibuk bereksperimen membuat kue-kue baru. Sementara Lulu yang mungil, masih selalu pura-pura cadel, biar tetap di manja. Dan bagi Lupus, saat

inilah saat yang paling bahagia dalam hidupnya. Apalagi semua keluarga Lupus amat senang bercanda. Hingga setiap hari rumah Lupus selalu dihiasi tawa-tawa ceria. Tawa yang akrab antara. Papi, Mami, Lupus, dan Lulu.

Lupus sendiri memang anak yang sangat cerdas, meski kadang juga nakal. Ya, di buku Lupus Kecil yang ke-3 ini, Lupus emang lagi ngotot nggak mau dibilang anak kecil lagi. Nggak mau dibilangin ingusan lagi. Padahal usianya baru tujuh tahun. Tapi maunya dia diperlakukan seperti anak gede. Hingga tingkah lakunya kadang bikin Papi dan Maminya kaget. Dari sinilah nanti akan kamu temui banyak cerita konyol yang bisa bikin kamu tertawa-tawa.

Seperti suatu ketika ada kejadian, ketika Lupus pergi sendirian ke supermarket yang tak begitu jauh dari rumah Lupus. Lupus berdiri di depan sebuah eskalator, dan dengan mata melotot ia memperhatikan anak tangga yang masuk silih berganti.

Tentu tingkahnya ini menarik perhatian manajer toko yang perutnya gendut. Manajer itu datang menghampiri Lupus dan bertanya, "Apa yang sedang kaupandangi di situ, Nak? Apakah ada sesuatu yang tak beres?"

"Oh, tidak," ujar Lupus tanpa menoleh. '"Saya hanya menunggu permen karet saya yang tadi jatuh." ***

-Lupus tinggal di sebuah rumah mungil yang pekarangannya cukup luas, dan b-anyak ditumbuhi tanaman. Isi rumah mungil empat orang: Papi, Mami, Lupus, dan Lulu. Luluu itu nama adik Lupus yang berusia enam tahun dan bersekolah di Kanak- kanak yang tak begitu jauh rumah. Di rumah Lupus memang tak ada pembantu. Karena Mami merasa tidak memerlukan bantuan, meski harus merawat anaknya yang badung-badung itu. Ide itu amat disetujui Papi, karena Papi kenal sangat irit kalau mengeluarkan duit. Istilahnya Lupus: pelit.

Tapi Lupus dan Lulu emang badung, kok. Suka bikin Papi sebel, kadang-kadang. Saking badungnya, Papi pernah mengutarakan pendapatnya kepada Mami, ketika Lupus dan Lulu asyik bermain di halaman dekat pohon jambu. "Papi rasa Lupus dan Lulu kalau sudah besar akan jadi dokter semua," ujar Papi sambil pasang tampang cemberut kepada Mami.

Mami yang pagi itu sedang membuat telur dadar, bertanya heran, "Apa alasan Papi berkata demikian?"

"Sebab kalo dipanggil mereka tak pernah mau datang!"

Mami cuma tertawa. Sama tertawanya ketika Lupus datang melapor padanya di suatu pagi yang lain, "Mi, kenapa jantung Lupus suka berdebar kalau melihat muka Papi akhir-akhir ini, ya?" Mami langsung meletakkan adonan kuenya, dan menatap Lupus. "Wah, jangan-jangan kamu jantungan, Pus. Sejak kapan itu berlangsung?"

"Sejak Lupus nemu uang seribu di kantong celana Papi...."

***

Di sekolah Lupus pun banyak kejadian lucu. Seperti ada anak vang bemama Toni, yang terkenal amat bandel. Yang selalu keliatan tak pernah bisa mengerjakan soal yang diberikan oleh Ibu Guru. Hingga Ibu Guru selalu merasa perlu memberi contoh pada soal hitung-menghitung yang baru ia berikan. "Coba kamu dengarkan sekali lagi, Toni. Misalnya Ibu punya sepuluh butir telur di sini, dan lima butir telur lagi di sana. Berapa butir telurkah seluruhnya yang Ibu miliki

?"

Toni terdiam beberapa saat, dan kemudian dengan suara pelan ia menjawab, "Saya sulit percaya kamu mempunyai telur sebanyak itu!"

Anak-anak pun langsung tertawa riuh. Toni pun dapat hukuman lagi, karena memanggil Ibu Guru dengan sebutan "Kamu".

Ya, Lupus memang duduk di kelas satu SD yang murid-muridnya cukup nakal, tapi juga cukup cerdas-cerdas. Mungkin itu karena anak-anak di kelas itu sudah amat lancar membaca, dan mempergunakan kepinterannya dengan membaca buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah dan di rumah. Tapi ada seorang teman Lupus yang be1um pernah belajar bagaimana harus bersikap di perpustakaan. Karena itu ketika ia masuk perpustakaan, ia berbicara dengan suara yang lantang, hingga mengganggu semua yang ada di situ.

Seorang petugas mendekatinya, dan berkata, "Sst, harap tenanglah sedikit. Orang-orang itu tidak bisa membaca...." "Mereka tidak bisa membaca?" seru anak itu dengan heran. "Lantas, untuk apa mereka datang kemari?" Hihihi...

Dan teman-teman Lupus di sekolah yang suka berbuat konyol seperti itu memang ada banyak. Uwi, yang rambutnya kini dikeriting papan, Happy yang bongsor, yang doyan ketawa serta selalu membawa kue-kue di kotak makanannya, Pepno yang rambutnya keriting dan berhidung bulat, Iko Iko yang rajin, Andi yang jangkung karena mamanya orang Amerika, Toni yang bandel, Tomi yang ketua kelas, dan masih banyak lagi.

Semua anak-anak ini biasanya dalam soal badung, suka kompak. Seperti misalnya, karena akhir-akhir ini sering terjadi kebakaran, maka Bapak Kepala Sekolah mendatangkan kelompok pemadam kebakaran untuk mengajak muridmuridnya latihan, dan diajari cara-cara mengatasi kebakaran di sekolah. Hari itu anak-anak lagi dites ketangkasannya untuk keluar kelas secepat mungkin, jika mendengar alarm kebakaran. Tapi walau telah berlatih berulang kali, tampaknya sang komandan masih juga belum puas. Karena itu, ia berkata kepada Bapak Kepala Sekolah, "Oke, ini yang terakhir. Saya harap waktunya jauh lebih baik dari yang sudah-sudah."

Sang komandan pun membunyikan tanda bahaya, anak-anak mendapat aba-aba, dan lekas-lekas lari meninggalkan kelas. Semua dilakukan dengan baik, seperti yang telah rencanakan. Waktu yang dicapai 3 menit 16 detik. Komandan cukup puas.

Tapi setelah anak-anak semua. berkumpul lagi di kelas, lima belas menit kemudian terdengar lonceng tanda istirahat. Anak-anak berhamburan keluar dari kelas. Dan sekali lagi kelas menjadi kosong. Waktu yang dicapai ternyata hanya 3 menit 3 detik! ***

Tentu saja itu baru sebagian kecil dari pengalaman konyol yang bakal kamu temui di dalam buku Lupus Kecil ini. Maka buruan deh kamu cari tempat yang enak, buat membaca sepuluh kejadian konyol lainnya yang dialami Lupus dalam buku ini. Siapa tau suatu saat kamu bisa jadi temennya Lupus juga. Asal mau janji, jangan ikut-ikutan nakal, ya?

Dan selamat menikmati hari-hari yang paling bahagia sepanjang hidup kalian....

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience