ArtiNama

Drama Series 266

Aku dan artinama
1 Hai... namaku Bunga,nama panjangku Alsava Bunga brahmantio yang artinya ketenangan bunga yang paling dicintai sedangkan brahmantio itu nama ayahku yang bekerja disuatu perusahaan didaerah surabaya dan aku tinggal yogyakarta dimana kota yang istimewa heheheh.Balik lagi keartinamaku ketenangan,sepertinya nggak cocok untuk arti dalam hidupku,karena aku tuh orangnya pecicilan,nggak bisa diem,banyak ngebanyol kata sahabat-sahabatku sih.. hehehehe. Kata bunda makna dari artinama itu diberikan agar Bunga yang mereka miliki itu selalu dicintai sama orang-orang yang berada didekat bunga itu, dan bunga itu adalah aku... so sweet banget ya bunda, oh iya aku hampir lupa.. aku tinggal berdua sama bunda dirumah warisan kakek didaerah yogyakarta sedangkan ayah pulangnya satu minggu sekali karena ayah kerjanya,jadi aku dari kecil lebih sering dengan bunda dan aku sekarang umur 16 tahun,remaja yang baru menginjak sekolah menengah atas, tangga kali ah diinjak. Setelah lulus SMP aku daftar di salah satu SMA favorit didekat rumahku, rahasia ya nama SMAnya hehehe.
2 Hari itu... hari senin, aku mengikutin ujian seleksi untuk masuk SMA,aku dapat tempat duduk dipojok kanan belakang dimana itu tempat duduk yang diharapkan oleh siswa yang mengikuti ujian seleksi,soalnya tempat duduk itu strategis untuk nyontek hehehe,tapi jangan diikutin ya,itu nggak baik,sebagai siswa itu harus jujur. Balik lagi,Senin jam 70.00 pagi didalam ruangan kelas yang sangat berbeda dari kelasku yang dulu,didalam kelas itu yang mengikuti seleksi hanya 20 orang dan duduknya sediri-sendiri tapi bangku didepanku masih kosong,aku kira orang yang dapet bangku didepanku ini nggak jadi ikut seleksi eh.. lima menit kemudian dateng anak laki-laki tinggi,putih,cakep dengan mata yang tajam menyamperiku, berkata:

“punya pulpen lebih nggak?” tanya dia.
“punya”
“pinjem!” kata dia sambil ngulurin tangan dan tanpa ekspresi.
Ya aku kasih aja,mukanya nggak ada senyumnya sama sekali
“udah minjem nyolot lagi” dalam hatiku,nggak mungkin aku berani bilang gitu sama dia.

Setelah 1 setengah jam berlangsungnya ujian ini, dia si laki-laki tiang listrik yang jutek itu selesai duluan dan menaruh pulpennya gitu aja diatas mejaku tanpa bilang terimakasih sama sekali coba,bukan berarti aku ingin diucapkannya tetapi setidaknya berucap trimakasih kan ibadah juga. Setelah dia ngumpulin hasil ujiannya terus keluar duluan lalu aku pelan-pelan jalan disamping bangkunya untuk lihat namanya yang ditempel diatas bangkunya sambil ngumpulin hasil ujianku,dan namanya adalah Adnan Manaf Rahman.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience