BAB 3

Romance Completed 599

“Dari pada kau menghayal yang tidak-tidak, bagaimana kalau kita bersepeda? Sudah lama sekali kita tida bersepeda bersama ke pantai. Bukankah itu tempat favoritmu?”

Tanpa pikir panjang, Thalia langsung menyetujui usul sahabatnya. Keduanya langsung bergegas menuju garasi untuk mengambil sepeda. Sepasang sahabat itu mengayuh sepeda mereka dengan lembut. Keduanya mencoba menikmati sejuknya udara pagi dengan kicau burung yang seolah tengah bernyanyi.
Tak butuh waktu lama, mereka langsung di sambut oleh hembusan angin begitu sampai ke tepian pantai. Tidak banyak orang di sana. pantai itu biasanya baru akan ramai ketika petang. Di sana akan banyak pedagaang kaki lima yang menjajalkan berbagai makanan dan suvenir.

Ia menatap ke arah laut biru. Merasa diperhatikan ia lalu mengalihkan pandangannya kearah barat. Seorang pria tengah berdiri di sana. ia menatap pri itu lama, seperti pernah bertemu dengannya di suatu tempat.

Perlahan, kakinya melangkah menuju pria itu, pria itupun tak bergerak seincipun dari tempatnya. Menyadari sahabatnya tengah berjalan sendiri, Cynthia lalu mengikuti langkah Thalia perlahan tapi pasti, Thalia terus berjalan tanpa memperdulikan Cynthia yang memanggilnya dari belakang.

“Kau…”

Thalia tak mampu menyelesaikan kalimatnya. Ia langsung jatuh tak sadarkan diri melihat sosok yang berdiri di hadapannya saat ini. Cynthia yang melihat itu sontak berlari menuju Thalia Dengan segera ia membawa Thalia pada sebuah rumah sakit. Ia sangat khawatir apabila terjadi sesuatu yang buruk pada sahabatnya.

Lima jam berlalu semenjak Cynthia membawa Thalia ke rumah sakit, namun Thalia belum juga sadarkan diri. Ibunya hanya menangis memandang wajah anak semata wayangnya itu kembali terbaring lemah dengan infus yang tertancap di tangannya.

“Thalia .. bangun, nak.”

Kalimat itu berkali-kali diucapkan oleh wanita paruh baya itu. Cynthia tak kuasa melihat pemandangan di hadapannya. Ia lalu berpamitan untuk keluar. Ia tak berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Berkat gagasannya, Thalia terbaring di rumah sakit saat ini.

“Doktor .. doktor .. cepat kemari!”

Suara ibu Thalia mengentikan lamunan Cynthia . Ia langsung bergegas kembali ke kamar di mana Thalia dirawat. Seorang doktor terlihat sudah ada di sana sedang memeriksa keadaan Thalia Gadis itu tengah menyebut-nyebut sebuah nama dalam tidurnya.

“Siapa itu Iskandar ? Sepertinya dia sosok yang begitu berharga bagi pasien. Apa bisa kalian membawanya ke sini? Mungkin dengan begitu pasien akan segera menyadarkan diri.”

Setelah mendengar penuturan doktor , entah mengapa Cynthia menangkap perubahan yang sangat drastis pada ekspresi wajah ibu Thalia Wanita paruh baya itu seperti menyembunyikan sesuatu. Begitu doktor berpamitan keluar. Wanita itu lalu menyerahkan kertas dengan sebuah alamat yang tertulis di atasnya.

“Tolong bawa Iskandar ke sini. Tolong beri tahu dia mengenai kondisi Thalia .”
Cynthia sedikit bingung, namun ia tetap menganbil sepotong kertas itu. Ia lalu membacanya dengan seksama. Beruntung dia tahu di mana tepatnya alamat itu. Ia lalu bergegas ke sana secepat yang ia bisa.

Sepertinya keberuntungan belum berpihak padanya. Hanya ada rumah kosong di sana. sepertinya penghuninya sedang keluar.

“Bagaimana ini? Di mana sebenarnya dia? Ayo Cynthia berpikir! Apa mungkin?”

Cynthia lalu membalik arah mobilnya. Ia langsung menuju ke arah pantai tempat Thalia jatuh tak sadarkan diri. Dicarinya sosok yang beberapa jam lalu ia temui. Tetap saja, hasilnya nihil. Ia tak menemukan siapa-siapa di sana.

Dengan kecewa ia memutuskan untuk kembali ke rumah sakit. Namun begitu ia berbalik, ia bertubrukan dengan seseorang.

“Maaf. Aku tak sengaja.” Ujarnya kalut.
Matanya langsung membelalak begitu melihat sosok yang ada di hadapannya saat ini.

“Iskandar ?”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience